“Kak Puspa, biar aku yang dorong kursimu masuk ya. Di dalam sini mewah banget, lengkap semua fasilitasnya! Kalau kau butuh apa pun, tinggal bilang, aku bantu urus semuanya…”Nada manis Wulan terdengar penuh antusias, lagaknya bak nyonya rumah sejati. Namun tangan Puspa segera terangkat, menghentikannya dengan isyarat dingin. Suara yang keluar dari bibirnya pun sekeras es, “Apa kamu nggak bisa lihat?”Wulan sontak terdiam, wajahnya kebingungan. “Maksudmu apa, Kak Puspa?”Puspa menatapnya datar. “Apa kamu nggak bisa lihat kalau aku nggak suka padamu?”Dia sangat menjengkelkan, apa dia nggak tahu? "Kak Puspa."Wulan menggigit bibir bawahnya, wajah memelas seperti anak kecil yang habis dimarahi. Mata berkaca-kaca, seolah sedang jadi korban. Tepat di saat itu, Indra ikut angkat suara, membela si ‘putri rapuh’. “Dia nggak maksud macam-macam. Dia cuma ingin merawatmu.”Pandangan Puspa tertuju padanya, penuh ironi dan sindiran. Benarkah dia nggak tahu apa yang Wulan pikirkan? Atau dia hanya
Baca selengkapnya