“Oke, santai bro… becanda. Oke, tiga menit,” ujar Raven, kali ini lebih pelan, meski nada sinisnya masih samar. Ia menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara pengap bercampur karat, lalu menempelkan telapak tangannya lebih kuat ke besi licin. Tangannya sudah basah, entah oleh keringat atau air yang menetes dari dinding.Ia terus naik. Satu langkah. Dua langkah. Tubuhnya menegang, setiap gesekan sarung tangan, karat menempel, meninggalkan warna kusam yang memudar.Ketika akhirnya sampai di puncak, Raven menempelkan bahunya ke palka. Ia mendorong perlahan. Engsel tua itu berdecit lirih, suara yang terdengar terlalu jelas di telinga, membuatnya refleks berhenti. Ia menahan napas. Seluruh tubuhnya diam membeku, hanya jantungnya yang masih berdenyut cepat. Ia menunggu. Lima detik. Sepuluh detik. Tidak ada gerakan. Tidak ada tanda-tanda reaksi.“Aman,” suara Tirta terdengar, lega. Setelah drone serangga kecil itu sudah melayang keluar lebih dulu, sayapnya nyaris tak mengel
Last Updated : 2025-08-31 Read more