Beranda / Urban / Kebangkitan Sang Raja Teknologi / Bab 76. Jiwa Yang Terancam

Share

Bab 76. Jiwa Yang Terancam

Penulis: KiraYume
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-31 22:25:45

“Oke, santai bro… becanda. Oke, tiga menit,” ujar Raven, kali ini lebih pelan, meski nada sinisnya masih samar. Ia menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara pengap bercampur karat, lalu menempelkan telapak tangannya lebih kuat ke besi licin. Tangannya sudah basah, entah oleh keringat atau air yang menetes dari dinding.

Ia terus naik. Satu langkah. Dua langkah. Tubuhnya menegang, setiap gesekan sarung tangan, karat menempel, meninggalkan warna kusam yang memudar.

Ketika akhirnya sampai di puncak, Raven menempelkan bahunya ke palka. Ia mendorong perlahan. Engsel tua itu berdecit lirih, suara yang terdengar terlalu jelas di telinga, membuatnya refleks berhenti. Ia menahan napas. Seluruh tubuhnya diam membeku, hanya jantungnya yang masih berdenyut cepat. Ia menunggu. Lima detik. Sepuluh detik. Tidak ada gerakan. Tidak ada tanda-tanda reaksi.

“Aman,” suara Tirta terdengar, lega. Setelah drone serangga kecil itu sudah melayang keluar lebih dulu, sayapnya nyaris tak mengel
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 80. Telah Menimbulkan Trauma

    Seminggu telah berlalu sejak operasi penyelamatan. Bunker Quantix tidak lagi terasa sama. Secara fisik, mereka lebih aman dari sebelumnya. Leo tidak berhenti menambahkan lapisan pertahanan baru, bahkan sistem keamanan kini sudah tiga kali lipat lebih kuat dari sebelumnya. Pintu baja digandakan, firewall berlapis, sensor gerak tersebar di setiap sudut. Dari luar, bunker itu nyaris mustahil ditembus.Tapi di dalam, rasa aman itu tak benar-benar ada. Ada sesuatu yang mengendap, jauh lebih berat dari sekadar ancaman fisik. Trauma yang menempel di dinding-dinding bunker, di wajah-wajah mereka sendiri.Di sudut ruangan, Freya duduk di depan konsolnya. Layar dipenuhi skema jaringan, bukan baris kode yang biasanya ia susun dengan irama santai. Jari-jarinya bergerak cepat, merancang arsitektur keamanan baru untuk perangkat pribadi tim. Ia tidak lagi hanya bekerja untuk misi, ia sedang membangun benteng digital di sekeliling mereka semua dan dirinya sendiri. Privasi menjadi obsesinya. Tak ada

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 79. Tersembunyi di Balik Besi Tua

    Dari kegelapan sebuah ruangan di sisi gudang, sosok perempuan itu muncul dengan langkah anggun namun tegas. Valeria. Rambutnya yang tergerai setengah basah oleh semprotan sprinkler membuat bayangan wajahnya semakin tajam di bawah cahaya darurat merah. Tak ada sedikit pun ketakutan terpancar darinya. Justru senyumnya tenang, seperti seorang penonton yang baru saja menyaksikan drama favoritnya.Di tangannya, sebuah remote kecil berwarna hitam, dengan satu tombol merah menyala. Ia menatap Raven lurus, suaranya jernih dan dingin. “Pertunjukan yang hebat, Raven. Benar-benar… menghibur. Tapi sayang sekali, justru kalian yang masuk ke dalam perangkapku.”Sebelum Raven sempat bergerak, jari Valeria menekan tombol itu.TREEEEETTT!!!Alarm meraung memekakkan telinga, sirene merah berputar liar di seluruh penjuru gudang. Getarannya terasa hingga ke lantai, membuat dada Raven ikut bergetar.Dan dari pintu-pintu samping, gelombang kedua penjaga berhamburan masuk. Kali ini jumlah mereka lebih ban

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 78. Bakat Terpendam Yang Bersinar

    Mata Leo melebar di balik lensa hijau ketika dunia yang tadinya hanya pekat berubah menjadi bentangan hijau-hitam yang jelas. Ia bisa melihat tiap percikan air yang jatuh, wajah-wajah penjaga yang kebingungan meraba-raba, bahkan Radja yang tampak tegang di tengah ruangan.Dia langsung mengerti. Nafasnya memburu, tubuhnya menegang, namun bukan karena takut, .03melainkan karena dorongan untuk bergerak. Dengan alat kejut listrik yang bergetar di genggamannya, Leo melesat ke arah penjaga terdekat.“ARGH!” jerit pertama terdengar, tubuh seorang pria jatuh terjerembab, tangannya masih mencoba meraih pistol yang licin. Tanpa menunggu, Leo menghantam penjaga kedua dengan pukulan keras di rahang, lalu menyambar bahunya dan menempelkan alat kejut itu. Sengatan listrik biru berkilat singkat, disusul tubuh besar itu ambruk.Leo mendengus puas, lalu menyeringai lebar di balik night vision. “Hei… ini menyenangkan.”Raven, yang berjongkok di dekat Leo, hanya menepuk jidatnya. Air dingin menetes dari

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 77. Sebuah Taktik Dari Kegelapan

    Raven menyaksikan dengan ngeri melalui umpan drone ketika Leo diseret ke tengah gudang. Tubuh sahabatnya itu dijepit dua penjaga, sementara satu orang lagi menyalakan alat kejut listrik. Cahaya biru menyambar-nyambar di ujungnya, desisnya terdengar jelas lewat mikrofon drone. Waktu seakan berhenti.Setiap detik terasa panjang, seolah dunia sengaja memperlambat langkahnya hanya untuk memperlihatkan adegan yang tak sanggup ia terima. Raven ingin berlari, ingin menerobos, tapi kakinya tertahan oleh realitas: ia hanya satu orang, melawan enam penjaga bersenjata, plus Radja.Namun, di dalam dada yang nyaris meledak oleh amarah, sesuatu berubah. Rasa marah yang biasanya meledak-ledak kini membeku, jernih, tajam, menjadi amarah yang dingin. Ia memejamkan mata sejenak. Nafasnya ditarik panjang, lalu dilepaskan perlahan. Dalam kegelapan kelopak matanya, sebuah ide gila menyelinap, begitu tiba-tiba namun terasa tepat.“Kegelapan….”“Benar juga…” pikirnya.Ia membuka mata. Pandangannya jatuh ke

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 76. Jiwa Yang Terancam

    “Oke, santai bro… becanda. Oke, tiga menit,” ujar Raven, kali ini lebih pelan, meski nada sinisnya masih samar. Ia menarik napas dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan udara pengap bercampur karat, lalu menempelkan telapak tangannya lebih kuat ke besi licin. Tangannya sudah basah, entah oleh keringat atau air yang menetes dari dinding.Ia terus naik. Satu langkah. Dua langkah. Tubuhnya menegang, setiap gesekan sarung tangan, karat menempel, meninggalkan warna kusam yang memudar.Ketika akhirnya sampai di puncak, Raven menempelkan bahunya ke palka. Ia mendorong perlahan. Engsel tua itu berdecit lirih, suara yang terdengar terlalu jelas di telinga, membuatnya refleks berhenti. Ia menahan napas. Seluruh tubuhnya diam membeku, hanya jantungnya yang masih berdenyut cepat. Ia menunggu. Lima detik. Sepuluh detik. Tidak ada gerakan. Tidak ada tanda-tanda reaksi.“Aman,” suara Tirta terdengar, lega. Setelah drone serangga kecil itu sudah melayang keluar lebih dulu, sayapnya nyaris tak mengel

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 75. Dalam Lorong Bawah Tanah

    Raven menunduk, menatap lingkaran besi tua yang menutup mulut got di bawah kakinya. Jalanan malam itu lengang. Lampu jalan redup, suara mesin kendaraan hanya sesekali terdengar jauh. Jari-jarinya yang berbalut sarung tangan hitam menelusuri permukaan dingin itu, memastikan tidak ada yang mengintai dari balik bayangan.Di sampingnya, Tirta merogoh tasnya dengan cekatan. Satu per satu, alat-alat keluar dan diletakkannya di tanah. Smartwatch beserta tablet kecil yang menyala dengan cahaya biru, binocular berlapis lensa hijau, sebuah drone mungil yang tampak rapuh, hingga sepasang alat pertahanan kecil yang lebih menyerupai mainan dibanding senjata. Raven tersenyum tipis, meski matanya tetap dingin. Ia lalu menekan tombol kecil di telinga kanannya. “Kalian dengar suaraku?”Suara Kinar terdengar jelas dari seberang jalan. “Terdengar jelas, Raven. Ingat. Jangan banyak gaya, fokus saja.”Raven berjongkok, menempelkan telinga ke permukaan penutup got. Hanya suara tetes air samar yang terdeng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status