Hari itu, udara di ruang tamu terasa lebih berat daripada biasanya. Hening merayap seperti asap, menyusup ke setiap celah dinding, menyesakkan dada siapa pun yang berada di dalamnya. Di atas meja, selembar kertas tergeletak dengan tenang, seakan hanya selembar dokumen biasa. Namun bagi Kinan, kertas itu bagaikan vonis kematian: hasil pemeriksaan kesuburannya. Kata-kata yang tertera di sana sederhana, tetapi maknanya menghancurkan seluruh dunia yang ia kenal. Infertil. Mandul.Ia duduk di ujung sofa, tubuhnya gemetar, bahunya luruh, wajahnya sembab oleh air mata yang tak kunjung kering. Napasnya pendek-pendek, seperti seseorang yang tengah menahan beban di dadanya. Isaac duduk di sisi lain sofa, hanya berjarak setengah meter darinya, tetapi seolah-olah terbentang samudra luas yang tidak bisa mereka seberangi.Isaac menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras, kedua tangannya bertaut di atas lutut. Ekspresinya campuran antara kemarahan, kelelahan, dan keengganan. Tidak jelas siapa yang i
Last Updated : 2025-10-02 Read more