Pagi itu, Sevi terbangun dengan tubuh yang terasa berat. Nyeri di bagian dadanya kembali menyerang, lebih menusuk daripada biasanya. Ia meringkuk di sisi ranjang, menahan sakit yang tak kunjung reda. Air matanya sudah siap jatuh, namun sebelum benar-benar mengalir, lengan hangat melingkari tubuhnya.Arlan.Lelaki itu bangun cepat, refleks memeluk Sevi dari belakang, mengusap pelan lengannya agar tenang. “Ssst… aku ada di sini. Tenang ya, jangan dipaksa nahan sakit sendirian.” Suaranya rendah, lembut, seolah meredakan gejolak yang hampir pecah dari hati Sevi.“Ini… sakit, Lan,” lirih Sevi, suaranya bergetar.Arlan mengangguk, menatapnya penuh empati. “Aku tahu. Boleh aku bantu pijat? Biar sedikit lega.”Sevi sempat ragu, tapi menolak pun tak ada gunanya. Ia tahu, Arlan tidak akan berhenti sebelum dirinya menyerah. Dengan pasrah ia mengangguk kecil. “Lakukan saja…”Arlan duduk lebih dekat, jemarinya bergerak hati-hati. Perlahan ia memijat bagian dada Sevi, mencari titik yang terasa ker
Last Updated : 2025-09-14 Read more