Arsya terbangun dengan napas tersengal. Tubuhnya terasa lemas, matanya berat seakan habis menangis sepanjang malam. Sisa-sisa air mata masih mengering di pipinya, membekas dingin. Ia terdiam lama, menatap kosong ke langit-langit kamar yang asing baginya.Di kepalanya, bayangan masa lalu masih berkelebat, wajah Reysa, tawa kecilnya, tangisannya, hingga saat terakhirnya di rumah sakit. Semua terasa nyata, seperti baru saja terjadi. Arsya mengusap wajahnya perlahan, mencoba menghapus rasa sesak yang kembali menguasai dada.“Aku masih hidup…” bisiknya lirih, seakan meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini bukan mimpi.Kamar itu rapi, bersih, namun dingin. Dinding putihnya seperti tak menyimpan kehangatan apa pun. Ia belum terbiasa dengan tempat ini, rumah orang asing yang telah menyelamatkannya saat ia hendak mengakhiri hidup di jembatan malam itu.Perlahan, Arsya duduk di tepi ranjang. Kepalanya masih berat, tubuhnya belum sepenuhnya pulih. Beberapa hari terakhir ia hanya terbaring, berjuang
Last Updated : 2025-08-23 Read more