“Pagi, Bu. Tentu saja, sudah siap. Hari ini kita fokus latihan kaki,” jawabku profesional, meskipun gestur dan tatapannya sedikit menggangguku.Kami memulai sesi. Latihan kaki memang berat, dan dia mulai mengeluh.“Aduh, Mas Bima, berat banget! Enggak kuat…” rintihnya manja, lalu tiba-tiba meletakkan tangannya di lengan bawahku yang sedang tegang menahan beban.Aku segera menarik lenganku dengan sopan. “Tahan, Bu. Sedikit lagi. Ingat, reps terakhir adalah yang paling berharga.”Dia kembali fokus, tetapi matanya tidak lepas dari tubuhku. Saat dia beristirahat, dia mulai menggoda lagi.“Mas Bima ini ya, kalau di kantor arsitek, kan, pakai kemeja. Enggak kelihatan segagah ini. Saya jadi suka salah fokus, nih,” katanya, mengedipkan mata, suaranya dibuat serendah mungkin.Aku tahu dia hanya bercanda, tetapi aku harus menjaga batas profesionalitas. “Terima kasih atas pujiannya, Bu. Tapi, fokus pada otot kaki yang sedang bekerja. Kalau enggak, latihannya enggak akan maksimal.”Dia tertawa re
Last Updated : 2025-11-04 Read more