Semua Bab Jodoh Wasiat Istri : Bab 21 - Bab 30

21 Tatapan semua orang tertuju ke meja depan, di mana Haikal, Pak penghulu, Fahar, dan kedua saksi nikah berada. Sebagai Paman tertua dari keluarga Lula, Fahar menggantikan tugas Adik bungsunya yang telah wafat 7 tahun lalu, untuk menikahkan Lula.Fahar dan Haikal diberi kesempatan berlatih ucapan ijab kabul oleh penghulu. Kemudian mereka bersiap-siap untuk melaksanakan akad yang sebenarnya. Fahar mengucapkan ijab dengan tenang, yang dibalas Haikal dengan kalimat kabul yang lugas, dan dalam satu tarikan napas. Penghulu menanyakan keabsahannya pada kedua saksi, yakni Sultan Pramudya dan Janadi, Kakak almarhumah Ibu Lula. Setelah dinyatakan sah oleh kedua saksi, sang penghulu langsung melantunkan doa-doa, yang diamini hadirin. Kemudian Kepala KUA setempat meminta agar pengantin perempuannya dihadirkan. Lula muncul dari ruang rias di dekat tangga hotel. Dia diapit Hamdiyah dan Lastri, istri Janadi. Namira dan Rita, istri Fikram, membantu memegangi ujung gaun pengantin biru mengilat ya

23Resepsi pernikahan itu usai tepat jam 2 siang. Hampir semua orang berpencar untuk kembali ke rumah masing-masing. Yang tersisa hanya keluarga inti pasangan pengantin, dan para sahabat. Lula bergabung dengan para pegawai tokonya yang datang full pasukan. Mereka juga turut membantu menghias sekitar pelaminan, dengan ratusan tangkai bunga tulip aneka warna, yang menjadi bunga kesukaan Lula. Haikal yang berada di meja tim PBK, berbincang serius dengan Alvaro. Kemudian Haikal memanggil keempat direktur Baltissen, yang segera datang. Tidak berselang lama, keenam orang itu pindah ke meja kosong. Hugo dan Miranda, turut bergabung dalam rapat mendadak itu. "Abang pergi aja. Aku tetap di sini, sampai Abang pulang honeymoon," cakap Hugo dengan bahasa Indonesia yang fasih. "Beneran, nih? Dua minggu lebih, Hugo. Karena ane mau sekalian ngecek proyek kita di New Zealand dan Australia," terang Haikal. "Iya. Aku memang mau stay sampai akhir Februari," balas Hugo. "Ente di sini, yang nemenin

25Haikal bangkit dan bertumpu ke siku kanan. Dia merapikan rambut yang menutupi wajah Lula. Kemudian Haikal berbaring kembali. Lula menjengit saat rambutnya dibelai dengan lembut. Dia memejamkan mata sambil menikmati belaian itu, yang membuatnya merasa tenang. Perlahan sukma Lula melayang, hingga dia benar-benar terlelap. Haikal masih mengusap rambut istrinya sambil memandangi punggung Lula. Haikal menghentikan belaian dan menggeser tangannya melingkari pinggang Lula. Haikal mendekatkan diri, dan menempelkan wajahnya ke rambut sang istri. "Maaf, La. Abang hanya bisa seperti ini," bisik Haikal. "Bersabarlah. Abang tengah berusaha menyayangimu, lebih dari sekadar Adik," lanjutnya bermonolog. Haikal mundur sedikit. Dia masih memandangi sang istri selama beberapa saat. Kemudian Haikal memejamkan mata dan mengatur napasnya. Puluhan menit berikutnya, Lula terbangun. Dia kaget, karena mendengar suara dengkuran di belakangnya. Lula menggeser tangan kiri Haikal dari pinggangnya, kemudia

27 Mohan menyunggingkan senyuman, saat pintu depan terbuka dan seorang pria keluar. Dia menunggu pemilik rumah tiba di dekat pagar, kemudian Mohan langsung menanyakan tentang Lula. Haikal tidak segera menyahut, karena tengah menyusun kata-kata dalam benaknya. Haikal tidak akan berbohong, dan hendak menjelaskan semuanya sesuai dengan kenyataan. "Lula memang tidak tinggal lagi di rumah Ayah," ucap Haikal. "Hmm, berarti Bibi nggak bohong," sahut Mohan. "Bibi itu nggak pernah bohong. Dia selalu berkata jujur." "Ehm, ya, Bang." Mohan memandangi lelaki berkumis tipis yang balas menatapnya saksama. "Aku tadi sangat kalut. Keluarga Lula satu pun nggak ada yang di rumah. Nanya ke Bibi, jawabannya ketus, gitu," lanjutnya. "Bibi masih marah ke ente. Karena sudah menyakiti Lula.' Mohan mendengkus pelan. "Padahal aku sudah berusaha sesopan mungkin, tetap saja dimusuhi." "Ente nyariin Lula, buat apa?' "Aku mau menerangkan, jika pengadilan tinggi sudah menolak pengajuan banding dari Manika.

29 Jalinan waktu terus bergulir. Jumat siang, seusai salat di masjid, Haikal dan beberapa rekan sekantornya, berangkat menuju kediaman Beni yang berada dalam satu kompleks dengan rumah Hisyam dan rekan-rekannya. Diaz yang hendak menjemput Lula di toko, melajukan mobil bosnya dengan kecepatan tinggi, agar bisa segera sampai di lokasi. Saat Diaz tiba, ternyata ada mobil sedan hitam yang terparkir tidak jauh dari depan toko. Diaz memvideokan mobil itu, kemudian dia mengirimkan video tersebut pada Haikal. Setelah Lula menaiki mobil bersama kedua stafnya yang membawa beberapa kantung besar berisi aneka bunga, Diaz segera memacu kendaraan ke kompleks perumahan elite di kawasan Pasar Minggu. Diaz tidak menceritakan tentang mobil yang diketahuinya sebagai milik Manika itu, pada Lula. Diaz tidak mau sang nyonya akan gelisah dengan kehadiran Manika.Setibanya di dekat blok kediaman Beni, Diaz menghentikan mobil agar ketiga penumpangnya bisa turun. Kemudian Diaz kembali memacu mobilnya ke b