Perjalanan melintasi lebatnya hutan selalu menuntut daya tahan fisik dan mental yang tiada tara, namun bagi Mpu Kumbayoni, Megarana, dan Wiyuhmega, pelarian kali ini terasa berlipat ganda kesukarannya. Luka-luka yang menggores tubuh Mpu Kumbayoni, meski telah dibalut seadanya, masih terasa berdenyut-denyut. Setiap langkah memancarkan gelombang rasa sakit yang tajam, menusuk hingga ke relung jiwanya, namun demi kewajiban dan kelangsungan hidup mereka, ia harus menahannya. Aroma dedaunan basah dan kelembapan rimba menjadi satu-satunya pendamping yang setia, menyelimuti perjalanan mereka yang sunyi dan penuh kewaspadaan.Mereka terus bergerak, merangkak, melompat, menghindari semak belukar berduri dan celah bebatuan, seraya telinga mereka senantiasa siaga terhadap setiap riak suara, khawatir bila patroli pasukan Medang masih mengendus jejak mereka. Matahari telah terbit dan terbenam beberapa kali semenjak mereka meninggalkan medan laga, menyisakan keletihan yang mendalam, namun secercah
Последнее обновление : 2025-11-09 Читайте больше