All Chapters of Hasrat Liar Paman Suamiku : Chapter 11 - Chapter 20

Sontak raut wajah Rendra berubah jika Laura ikut ke pameran otomatis dia akan mengklaim kalau semua desain itu adalah miliknya. Rendra mencoba mengalihkan perhatian David, “Laura capek paman dari tadi dia bersih-bersih rumah,” katanya sembari mengelus rambut istrinya. Kini tatapan Rendra beralih ke Laura, “Iya kan sayang kamu capek.” Dia mencoba mengintimidasi Laura lewat tatapannya berharap wanita itu tak terpengaruh dengan ucapan David. “Aku tidak capek kok mas,” jawabnya yang membuat Rendra kembali tak karuan. “Kamu ini sekali-kali ajaklah istrimu menghadiri acara perusahaan.” Ujar David. Renda kini serba bingung bagaimana jika istrinya benar-benar ikut ke pameran? “Laura lebih senang di rumah paman daripada menghadiri acara-acara seperti itu,” dia kembali mengintimidasi Laura namun istrinya bersikeras ingin ikut ke pameran. "Aku suka kok Mas ikut ke pameran, kan karyaku ada disana." Laura tersenyun menatap Rendra. Suaminya mau cari alasan lagi, malam ini dia aka

Hari berlalu dengan cepat desain-desain yang Laura buat kini sudah dijadikan perhiasan. Semua perhiasan itu terjual habis di launching pertama nya bahkan permintaan pasar terus meningkat. Rendra dan Monica sangat senang karena mereka mendapatkan royalti yang cukup banyak dari hasil penjualan perhiasan itu sementara Laura pendesian asli hanya mendapatkan berapa juta saja dari Rendra. Miris tapi begitulah cara main mereka. Pagi itu Rendra masuk ke ruangan David tapi dia tak tak menemui pamannya. “Paman.” Saat dia hendak meletakkan laporan, netranya menangkap sebuah foto yang terletak diantara berkas-berkas David. Tangan Rendra sontak bergerak mengambil foto itu. “Laura.” Gumamnya. Rendra tersenyum sinis ternyata David masih memendam perasaan terhadap istrinya. Bersamaan David keluar dari toilet pribadinya dan terkejut melihat Rendra berdiri di depan meja kerjanya. “Apa yang kamu lakukan Rendra?” Suara bariton David mengejutkan Rendra. Pria itu sontak menoleh.

Buru-buru Laura mengajak Rendra keluar, “Mungkin ada sesuatu yang jatuh ayo kita keluar pasti kamu sudah lapar.” Tak ingin keberadaan David diketahui Laura mengajak Rendra keluar. Dirasa Laura dan Rendra sudah pergi David juga keluar dengan senyum sinisnya, tangannya juga mengepal melihat sikap Laura terhadap Rendra. David menelpon asistennya minta sama asisten untuk membawa segala bukti mengenai keadaan serta semua biaya pengobatan orang tua Laura. Dia sudah tidak mau menutupi apapun, karena Laura bisa terus dimanfaatkan oleh Rendra. Disisi lain, Revan asisten David tersenyum akhirnya atasannya itu berubah pikiran.Selama ini dia sudah menyarankan David untuk berterus terang kepada Laura hanya saja pria itu tak mau melakukannya. Malam itu David menarik Laura masuk ke dalam kamarnya. “Paman ada Mas Rendra aku harus keluar.” Dia berusaha melepas tangan David. “Memangnya kenapa kalau ada Rendra, lagipula dia juga tak memperdulikan kamu.” Pria itu membawa Laura duduk di tepi ranjan

Malam itu sebelum pulang ke rumah Rendra mampir dulu ke toko bunga dia membelikan Laura bunga mawar, tak hanya itu dia juga membeli makanan kesukaan istrinya. Apa yang Rendra lakukan bukan karena sayang ataupun cinta melainkan ingin membujuk Laura supaya mau mendesain untuk Monica. “Laura sayang.” Langkah kakinya mendekat ke arah Laura. Dia menyunggingkan senyuman manis menatap istri yang kini tengah menonton TV. “Ini bunga dan makanan kesukaan kamu.” Rendra menyodorkan apa yang dibawa kepada Laura. Netra wanita itu memutar menatap sang suami yang kini tersenyum manis padanya. Bukannya senang mendapatkan bunga dan dibawakan makanan kesukaannya Laura malah terlihat kesal. Dia sudah hafal jika seperti ini pasti Rendra menginginkan sesuatu. “Apa yang kamu inginkan?!” tanya Laura to the point tanpa mengambil apa yang suaminya sodorkan. Pria itu berpura-pura memelas mencoba menarik perhatian Laura. “Aku hanya ingin membawakan bunga dan makanan kesukaan istriku a

"Tidak! jangan paman." Pinta Rendra. David tidak memiliki alasan untuk mempertahankan Rendra. "Bawa sekalian sekretaris nggak guna ini! orang yang nggak kompeten harus segera disingkirkan." Ujar David. Setelah memohon bahkan mengiba kini Rendra justru tertawa. “Apa kamu lupa Paman kalau aku memiliki saham di perusahaan ini!” Rendra tak terima David memintanya hengkang dari perusahaan karena bagaimanapun juga dia adalah satu-satunya keluarga David. Mendengar itu David pun terdiam dia hampir lupa kalau telah memberikan saham perusahaan kepadanya. Karena kepemilikan saham, David tidak bisa memecat Rendra begitu saja, karena diperlukan rapat dewan direksi dan komisaris. Jika hanya soal desain dirasa kurang cukup untuk menguatkan alasan pemecatan Rendra. Di ruangannya David memutar otak memikirkan cara supaya dewan direksi dan komisaris langsung memecat Rendra tanpa pikir panjang lagi. Pria itu berdiam kemudian netralnya tak sengaja melihat dinding pemisah ruangannya dan