Pagi itu di Cianjur, suasana rumah mewah bergaya kolonial milik mertua Fahmi terasa dingin dan sepi, bertolak belakang dengan hiruk pikuk di rumah sakit Bogor di mana Rina berada. Fahmi sudah bersiap. Kekey, putrinya yang berusia lima tahun, sudah rapi dengan ransel kecil bergambar Unicorn.“Kita pulang, Nak. Kita lihat rumah, ya?” bisik Fahmi, mengecup pipi Kekey.“Asik! Kekey bisa makan es krim malem-malem!” seru Kekey riang, membuat Fahmi tersenyum hangat.Namun, senyum itu langsung membeku begitu ia memasuki ruang tengah. Bu Sintia, Mamanya Aqila, sudah menunggu dengan wajah masam dan tangan terlipat di dada, seperti hakim yang siap menjatuhkan vonis.“Mau ke mana kamu pagi-pagi begini, Fahmi?” tanya Bu Sintia, nadanya lebih terdengar seperti perintah.“Saya mau bawa Kekey pulang, Ma. Saya kan sudah bilang semalam,” jawab Fahmi sopan, meski hatinya sudah mencelos melihat aura judes Bu Sintia.Bu Sintia tertawa sinis, tawa yang menusuk hingga ke ulu hati. “Pulang? Kamu pikir kamu b
Last Updated : 2025-10-20 Read more