“Wah, perusahaan besar itu,” kata Bu Sukma, tampak terkesan. “Bagus, bagus. Jadi begini, Mas. Kamarnya ada satu, di lantai satu. Harganya juga lagi promo, lho. Sudah saya turunkan. Air, listrik, sudah termasuk.”Joko sudah siap untuk langsung setuju. Namun, ia melihat perubahan di wajah Bu Sukma. Senyumnya yang tadi menggoda kini sedikit memudar. Ia tampak ragu-ragu.“Tapi…,” lanjut si janda muda itu, suaranya kini lebih pelan dan hati-hati.Joko mengerutkan keningnya. “Tapi kenapa, Bu?”Bu Sukma menggigit bibir bawahnya sejenak. “Gini lho, Mas. Saya ini orangnya jujur saja, ya. Biar sama-sama enak. Nggak mau nanti Masnya sudah bayar terus minta uangnya kembali.” Ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan.“Kamar itu… angker, Mas.”“Angker?” ulang Joko.Bu Sukma mengangguk cepat, wajahnya kini terlihat serius, bahkan sedikit merinding. “Iya! Seram pokoknya! Yang terakhir itu, anak kuliahan. Baik anaknya, ganteng kayak Mas-nya ini. Baru tiga hari, Mas! Tiga hari!”Ia bergidik ngeri. “T
Terakhir Diperbarui : 2025-11-15 Baca selengkapnya