Malam datang lagi. Dan kali ini, terasa lebih berat dari malam sebelumnya.Aku berbaring di sisi ranjang yang sama, dengan punggung membelakangi Tama. Aku tahu ia ada di sana, berjarak beberapa senti dariku, memperhatikanku.Pantulan wajahnya terlihat samar di kaca. Dan matanya… tak lepas dariku sejak beberapa waktu lalu.Kucoba memejamkan mata. Tapi rasa malu selalu membanjiri ingatan setiap kali kulakukan itu. Ingatan tentang tawa bodoh, bisikan yang terlalu pribadi, bahkan tanganku yang berani menyentuh bibirnya—semua yang ternyata terekam jelas dalam ingatannya.Aku menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri, berharap ia mengira aku sudah tertidur.“Anya.”Suaranya rendah, nyaris berbisik. Tapi jantungku melonjak seketika.Aku tetap diam.“Jangan berpura-pura tidur,” lanjutnya. Aku menghela napas pasrah, lalu membalikkan badan, menghadap Tama. “Maaf, Anya.” katanya lembut.“Apa kau tak pernah memikirkan perasaanku? Sedikitpun?” tanyaku, suaraku datar, tanpa emosi.“Aku ta
Last Updated : 2025-12-10 Read more