Leherku kaku, tangan kesemutan.Ada rasa berat di kepala, seperti baru bangun dari mimpi yang terlalu panjang.Butuh beberapa detik sampai aku sadar—pipiku bersandar di tepi ranjang, dan tanganku masih menggenggam tangan TamaUdara terasa lebih hangat pagi ini.Suara monitor masih terdengar, namun tak lagi menakutkan.Aku menatap wajah Tama. Garis di bawah matanya lebih jelas sekarang, kulitnya tak lagi pucat seperti kemarin.Aku menegakkan tubuh pelan, lalu memiringkan kepala sedikit ke arah wajahnya."Tama?"Tidak ada reaksi.Aku menunggu beberapa detik, lalu mencondongkan tubuh lebih dekat.“Tama, kamu…” aku menggigit bibir, suaraku kecil, “…nggak balik koma, kan?”Seketika aku meragukan ingatanku. Apa aku cuma mimpi waktu dia bangun semalam?Aku menatap dadanya—naik, turun, teratur. Ritmenya tenang, tapi membuat dadaku sesak.Kalau benar aku cuma bermimpi, mengapa rasanya begitu nyata?Tangan kami masih bersentuhan. Dingin, tapi tak sedingin dulu. Aku menelusuri ruas jarinya p
Last Updated : 2025-11-17 Read more