Kandang kuda berbau jerami basah dan keringat hewan, sesekali riuh oleh ringkikan. Cahaya sore menembus celah papan, memantul di tumpukan jerami yang berhamburan.Gaun sederhana Aveline sudah ternodai. Ia mengangkat sekop berisi kotoran, wajahnya bercahaya oleh peluh.“Kalau bukan karena kelicikan Sylvette, aku tak akan di sini,” gerutunya, menghantamkan isi sekop ke ember. “Seandainya aturan bangsawan tidak mengikat, sudah kujatuhkan dia di ring tinju.”Elowen terkekeh, mengusap pelipis dengan punggung tangan.“Aku bisa bayangkan wajahnya setelah satu pukulanmu. Tapi tenanglah… aku yang akan menyiapkan balasan. Sesuatu yang lebih manis daripada tinju.”Mata remaja itu berkilat, tinjunya mengepal.Aveline mendesah, meski bibirnya terangkat samar.“Kau… selalu lebih licik dariku.”Di atas tembok batu, Mocha duduk anggun, mengeong seolah ikut menimpali.“Lihat? Bahkan dia setuju,” kata Elowen, membuat keduanya tergel
Last Updated : 2025-10-20 Read more