All Chapters of Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati: Chapter 31 - Chapter 40

Hari pertama kerja, Darlene langsung diminta lembur. Anehnya, hanya dia satu-satunya karyawan yang harus melakukannya. Ketika akhirnya semua tugas selesai, waktu sudah lewat hampir satu jam dari jam pulang kantor."Maaf, maaf, kalian pasti sudah nunggu lama ya?" Darlene berlari keluar dari gedung kantor FY dengan napas sedikit terengah-engah. Di pinggir jalan, mobil Ella sudah menyalakan lampu hazard sejak tadi."Naik dulu, baru ngomong," kata Ella sambil melambaikan tangan.Biasanya Darlene akan duduk di kursi depan, tapi kali ini di sana sudah ada Adnan. Setelah mendengar Darlene diterima di FY yang merupakan perusahaan bergengsi, Ella dan Adnan sepakat ingin merayakannya dengan makan malam bersama. Mereka tidak menyangka Darlene malah harus lembur di hari pertamanya.Darlene akhirnya duduk di kursi belakang bersama Adnan, sementara Ella pura-pura mengeluh bahwa dirinya seperti sopir pribadi untuk mereka berdua. Candaan itu membuat suasana di dalam mobil terasa hangat dan ringan. Ras

"Aku nggak peduli koneksi siapa yang kamu gunakan untuk bisa masuk ke FY, tapi kalau kamu berani mengkhianatiku, aku pastikan kamu akan menanggung akibatnya."Ucapan Kenward terdengar dingin dan tajam, tapi di saat bersamaan, dia menyerahkan buket bunga di tangannya kepada Darlene."Karena kamu nggak suka mawar merah muda, kali ini aku beli yang merah .... Satu hal lagi, kamu nggak perlu selalu membandingkan dirimu dengan Gianna. Gianna bisa masuk FY karena dia memang kompeten. Wajar kalau kamu nggak sebanding dengannya. Lagi pula, aku nggak butuh wanita yang terlalu sempurna untuk dijadikan istri."Melihat Darlene hanya berdiri diam tanpa menerima bunga itu, Kenward memaksa menyelipkannya ke dalam pelukannya, lalu menunduk sedikit dan merangkul bahunya, membawa Darlene masuk lebih dalam ke suite.Gerakan itu membuat tubuh Darlene menegang seketika. Dia buru-buru mengembalikan bunga itu ke dada Kenward dan berbalik hendak pergi. Namun, Kenward jelas tidak memberinya kesempatan. Dia men

"Dulu aku masih heran kenapa kamu terus menolak Malcolm waktu SMA. Sekarang aku baru paham, ternyata karena Kenward." Begitu Ella menyebut nama Malcolm, hati Darlene terasa sesak.Suasana kamar tidur langsung sunyi, Ella menepuk dahinya sendiri. "Maaf, maaf, salahku. Kita ganti topik saja ... misalnya Adnan? Dia juga nggak jelek, meskipun kalah sedikit dari Kenward, tapi tetap aja cowok muda yang manis.""Wanita yang sudah menikah mau godain mahasiswa gitu?" Darlene tak kuasa menahan tawa."Kenapa nggak? Suamimu saja laki-laki yang sudah menikah, tapi nggak punya moral, tiap hari gandengan sama si pelacur itu."Begitu menyebut nama Kenward, Ella selalu tidak tahan untuk mengomel. Darlene mengambil ponselnya untuk melihat jam, lalu tanpa sadar membuka media sosialnya. Kenward jarang sekali mengunggah apa pun, tapi malam ini entah kenapa dia malah memposting sebuah status, disertai foto.Foto itu memperlihatkan sebuah kamar tidur yang tampak asing bagi Darlene, terutama ranjang besar di

Darlene juga tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Kenward. Dia menebak, mungkin Kenward datang ke FY hari ini untuk urusan bisnis atau mungkin juga untuk mengantarkan buket mawar itu pada Gianna, sekalian membahas kerja sama.Namun, tak peduli alasan mana yang benar, Kenward tidak seharusnya muncul di hadapannya.Sejak insiden di hotel tempo hari, Darlene memang mulai merasa enggan berada sendirian di ruangan tertutup bersama Kenward. Sebenarnya bukan hanya enggan, dia juga takut dan gugup.Kedua tangannya disembunyikan di belakang tubuh, jarinya menekan telapak tangan sendiri, matanya menghindar dari tatapan Kenward.Udara di ruang rapat terasa dingin. Darlene tidak tahu apakah karena pendingin ruangan terlalu kuat, atau karena hawa dingin yang dipancarkan oleh pria di depannya.Kenward hanya berdiri diam menutup pintu, membuat Darlene bingung dan gelisah."Aku sudah dengar semuanya ...." Akhirnya Kenward membuka mulut.Darlene mendongak dengan wajah penuh kebingungan. "Kamu

Tanpa disadari, semua perwakilan dari departemen lain sudah meninggalkan ruang rapat, hanya tersisa Rafika dan beberapa kepala sub-divisi desain.Mereka sedang berdiskusi serius dengan Darlene, membahas secara mendalam soal perbaikan teknik untuk lini produk baru.Meski Darlene berasal dari Departemen PO, rekan-rekannya di departemen itu justru tidak merasa bangga, malah terlihat muram dan kehilangan semangat. Termasuk Gianna."Kamu kenapa?" tanya Kenward saat melihat ekspresi Gianna yang tampak tidak senang.Gianna segera menggenggam tangan Kenward dan menariknya ke sudut ruangan. "Kenward, aku cuma kasih tahu kamu satu hal ... sebenarnya, teknik baru yang disebut Darlene tadi itu ... idenya dariku.""Apa?" Kenward terkejut.Gianna buru-buru menempelkan jari di bibirnya, "Ssst ... jangan terlalu keras. Waktu itu Darlene datang memintaku membantu meninjau desainnya. Aku nggak berpikir panjang, jadi aku cerita sedikit tentang konsep teknik itu. Aku nggak menyangka dia malah mempresentas