Ucapan itu membuat napas Dina tersendat, seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan. Ia mengerjap cepat, mencoba menetralkan ekspresi yang mungkin sudah terbaca jelas di wajahnya. Setelah menarik napas panjang, Dina meletakkan tumpukan kertas di atas meja. “Mungkin itu cuma perasaanmu saja, Mas,” ucapnya berusaha terdengar tenang meski ujung suaranya bergetar. “Aku dan Mas Arka baik-baik saja. Tidak ada masalah apa pun.”Davin tak langsung menanggapi. Ia hanya menatap Dina dalam diam, sorot matanya tajam tapi lembut, seperti mencoba membaca isi pikirannya. Tatapan itu terlalu lama, terlalu dalam, sampai-sampai Dina merasa seolah tak ada satupun rahasianya yang tersisa. “Mas, sebaiknya kamu keluar sekarang,” ujarnya. Ia berdiri, lalu meraih lengan Davin, menuntunnya ke arah pintu dengan langkah cepat.Davin tidak menolak, hanya mengikuti dengan wajah datar. Namun, saat Dina hendak menutup pintu, tangannya menahan daun pintu itu terbuka. “Berikan aku nomor ponselmu,” katanya t
Last Updated : 2025-10-24 Read more