“Kau bilang apa barusan?”Aku bungkam, diam-diam meraba pintu di belakang punggungku, berharap segera menggapai kenop supaya bisa kabur.Tapi jelas itu tak mungkin bisa kulakukan, karena Mark sudah berbalik lagi, bahkan juga kembali maju mendekat padaku seperti sebelumnya.Mencoba mengembalikan suaraku yang seperti hilang pasca ucapan bodoh yang kulontarkan, aku menggeleng panik dan berkata, “Maaf... a-aku tidak bermaksud....”“Kau tahu?” Mark tersenyum miring. Aku terdiam gemetar.“Aku tidak pernah bertemu orang seberani dirimu,” sambungnya.Segera kutundukkan kepalaku demi menghindari tatapannya yang memipih. Masih terus menahan kepanikan yang membuat tanganku gemetar, aku buka mulut, “Maafkan aku, Mark. Tidak seharusnya aku lancang.”Dia mencengkeram daguku dengan salah satu tangannya, membuatku kembali mengangkat kepala dan menatapnya lagi.Berkat sepasang mata biru yang menusuk itu, pendingin ruangan yang menyala terasa berembus persis di depan wajahku, terlalu dingin, berhasil
Last Updated : 2025-11-12 Read more