Semua mata tertuju pada Leonhardt. ia menatap lurus ke depan, lalu perlahan menoleh ke arah Margarethe. Di wajah wanita itu, tak ada isyarat. Tak ada permohonan. Hanya persetujuan diam, seperti dua agen yang menandatangani perjanjian tak tertulis. Lalu ia memalingkan wajahnya. Di sisi kanan altar, bayangan Adelheid berdiri diam. Matanya seperti dua kilat di tengah badai yang tertahan. ia menggigit bibir, menahan kata-kata yang tak bisa ia ucapkan. Masih terlalu muda untuk mengerti, namun terlalu cerdas untuk tidak curiga. Leonhardt kembali menghadap pastor. Dan untuk sesaat, dunia terasa berhenti. Tak ada yang terdengar, kecuali detak jam tua di dinding gereja—setiap dentangnya seperti memaku sesuatu yang tak bisa ditarik kembali. Ia menarik napas pelan. “Aku bersedia,” ucapnya pelan, nyaris seperti doa yang dikirim diam-diam ke langit kelabu. Seolah bukan hanya menjawab untuk hari ini. Tapi untuk semua luka yang belum sembuh, dan masa depan yang belum tentu ia percayai. Se
Last Updated : 2025-11-27 Read more