Menuju Matahari

Menuju Matahari

Oleh:  Wiwien Wintarto  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
20 Peringkat
79Bab
23.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Pulang dari pengembaraan ke timur, Wisnumurti menjumpai Pasir, kampung halamannya, dikacau serangkaian pembunuhan berantai. Beberapa tokoh atas rimba persilatan tewas dibunuh dua jagoan gelap yang hanya dikenal dengan nama Tanpa Aran dan Pangeran Langit. Baru saja ia hendak mengejar kedua pembunuh tersebut, Jaladri menghilang. Sahabatnya itu diculik Suwung Saketi dan Remak, pasangan pendekar sakit jiwa dari utara yang gemar makan daging manusia. Berkejaran dengan waktu, mereka terseret dalam pusaran persekongkolan maut dari tiga dasawarsa lalu yang hari ini mulai memakan tumbal. Dan nyawa menjadi tak ada arti sama sekali!

Lihat lebih banyak
Menuju Matahari Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
betawi aja
Bagus banget, sayang gak ada kelanjutannya.
2023-08-29 23:13:12
0
user avatar
Kebo Rawis
Hlo, kok ternyata nggantung gini tamatnya? Terus, bisa dibaca di mana kisah Narendra Wyat?
2023-03-17 02:17:16
0
user avatar
Kebo Rawis
GoodNovel beruntung sekali ada penulis sekelas Mas Wiwien yang mau ikut menyumbangkan karyanya. Salah satu harta karun di platform ini. Cerita yang sangat layak baca bagi siapapun yang paham bedanya karya yang benar-benar bagus dan berkualitas, bukan sekadar "bagus" karena statistik.
2023-03-07 13:24:06
1
user avatar
Goess Souza
mohon ceritanya di lanjut lagi,masih penasaran sama klanjutannya, kok bisa Narendra wyat itu wisnumurti.?
2021-10-20 15:09:16
1
user avatar
Goess Souza
novelnya mantap......
2021-10-11 00:30:17
1
user avatar
Indy Shinta
Rugi gak baca ini. Bagus!
2021-09-25 14:08:07
1
user avatar
IztaLorie
Auto masuk ke rak buku kalau yang ini
2021-09-10 21:08:05
1
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
Numpang Promo y thor ! Pernah terbayangkan ngak ? kalau ada seorang pendekar dari JAWA DWIPA yg suka mengembara ke berbagai negeri & bertarung dg semua pendekar-pendekar hebat dari seluruh dunia. Pastinya pengembaraan ini sangat menarik utk diikuti Ksatria Pengembara akan UPDATE TIAP HARI
2021-09-10 01:21:25
1
user avatar
Lyxn
Hi kak.. saya novelist baru ijin promosi novel baru saya berjudul. 5 games on.. terimakasih
2021-09-03 18:44:33
1
user avatar
Cengko
Permisi Author, saya mau promosi. 'Hero Saga Online' sudah keluar, harap teman pembaca mau membacanya dan memberikan kritik dan saran. Tinggal cari 'Hero Saga Online' di kolom pencarian.
2021-07-31 19:48:05
1
user avatar
erwansyah collink
ok mantap bos
2021-07-12 15:11:33
1
user avatar
Agam Mardila
bagus ceritanya, ditunggu kelajutan ceritanya di narendra wyat
2021-06-22 21:08:43
1
user avatar
Aulia Hazuki
Keren Mas Wien🌸🌸
2021-06-10 22:30:11
1
user avatar
Kebo Rawis
Wuih, nggak nyangka banget ada Mas Wien di sini. Langsung deh masukin bukunya ke dalam rak.
2021-05-22 09:19:40
3
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-30 12:51:30
2
  • 1
  • 2
79 Bab
1
Angin berhembus kuat. Matahari bersinar terik di puncak langit yang berwarna biru tajam, sementara ombak memecah luar biasa membentur bebatuan di pantai Karang Bendan.Di pasir pantai yang halus, dua orang lelaki berdiri tegap saling berhadap-hadapan dalam jarak satu setengah tombak. Lelaki pertama bertubuh jangkung, dengan kumis tipis yang bagus di atas bibirnya. Ia mengenakan baju dari bahan yang paling mahal berwarna ungu. Blangkonnya juga bagus. Sepintas pandang saja sudah tampak jika lelaki ini tentulah menpunyai persediaan uang yang jauh lebih dari cukup.Berbeda dengan dia, laki-laki kedua memakai pakaian yang boleh dibilang sangat sederhana. Warnanya hitam mirip pakaian petani di gunung. Ikat kepalanya juga berharga murah. Badannya sendiri besar dan gempal, dan memelihara cembang yang lebat. Di ikat pinggangnya terselip sebilah golok besar. Maka lengkap sudah tampangnya memenuhi syarat sebagai seorang penjahat ganas!“Baik, Bajul,” ujar si Ja
Baca selengkapnya
2
“Demak iya, dan juga Semarang. Soal Mataram, aku hanya mendengar-dengar berita saja. Penguasa kota itu yang bergelar Ki Gede Mataram meninggal. Lalu ia digantikan Sutawijaya, anaknya, yang kemudian menggunakan gelar Senopati ing Alaga.”“Wah, gahar sekali gelarnya—panglima di medan perang. Seperti tiap saat menantang negara lain untuk berperang.”“Dia memang seorang panglima yang sangat hebat, dan juga pesilat tanpa tanding di wilayahnya sana. Dan ia pernah diramal suatu saat akan menjadi raja diraja yang menguasai Jawa hingga ratusan tahun ke depan.”“O, ya? Siapa pula yang memberikan ramalan itu?”“Sunan Giri Prapen, penguasa Giri Kedaton yang perkasa di wilayah timur. Dan itu membuat para penguasa negeri-negeri timur resah lalu ingin secepatnya melenyapkan Mataram sebelum menjadi terlalu besar dan tak bisa lagi dilawan.”Jaladri selalu senang berbincang dengan Wisnumurti. Anak mud
Baca selengkapnya
3
Seekor kuda dipacu berderap mengarah ke pendapa. Beberapa pembantu rumah yang tengah menyalakan lentera di sekeliling halaman rumah besar itu menoleh kaget. Yang datang pasti bukan jenis tamu biasa. Terlebih kemudian enak saja penunggangnya melompat turun dari kuda tanpa perlu menunggu kudanya berhenti terlebih dulu, dan ia tidak jatuh nyungsep.Matahari tepat sepenuhnya terbenam di hamparan langit biru kelabu saat pria bertubuh tegap itu melangkah bergegas menuju pendapa, sementara kudanya dikejar untuk ditangkap oleh beberapa orang pengawal rumah. Sang pria pendatang baru berhenti setelah muncul sosok besar Bajul dari arah pintu rumah utama.“Ada apa?” tanya Bajul cepat. “Soal mayat yang dibakar tadi?”“Ya. Mana Wisnumurti?”“Di dalam. Ayo!”Keduanya masuk ke rumah utama. Di ruang pringgitan, beberapa pria yang duduk di amben bambu seketika bangkit berdiri untuk menyambut laki-laki itu, yan
Baca selengkapnya
4
“Bangun.”Bisikan itu lirih sekali. Nyaris tak terdengar. Namun sesuatu di dalamnya kuasa membangunkan Jaladri seketika. Dan hal pertama yang langsung menyinggahi ingatannya adalah bahwa ia tindhihen—mata melek sadar di tengah tidur lelap namun sekujur badan tak bisa digerakkan.Beberapa kali ia mengalami ini. Yang tak lazim adalah bahwa barusan, sepertinya, ia mendengar suara seseorang berbisik.Itu suara sungguhan apa gangguan gendruwo penunggu rumah ini?Kediaman keluarganya memang angker. Sering sekali para pengawal atau pembantu melapor melihat hantu tanpa kepala, makhluk raksasa berbulu hitam, atau pocong yang mengambang di pohon mangga samping pendapa. Namun Jaladri sendiri seumur hidup belum pernah melihat sendiri penampakan semacam itu.“Tenang. Aku bukan hantu.”Jantungnya berdegupan kencang, terlebih ketika kemudian matanya yang mulai menyesuaikan dengan kegelapan kamar menangkap kehadiran sa
Baca selengkapnya
5
Dengan cepat ia kembali menaiki lereng landai tepian sungai dan bergabung dengan kedua temannya. Matahari sudah tinggi, sedikit mulai bergulir ke barat. Setelah setengah hari meninggalkan Karang Bendan, mereka menemukan tempat itu, tepat di tepi sungai kecil yang berair jernih.Ketiganya kemudian berhenti untuk makan siang dengan nasi bungkus bekal dari keluarga Ki Soma. Sekarang perut sudah terisi, siap melanjutkan perjalanan tanpa henti hingga tiba di Kenipir yang berada di barat Karang Bendan. Karena berjarak tak terlalu jauh sehingga oleh karenanya sering dilewati, ruas jalan dari Karang Bendan menuju Kenipir memang telah cukup rapi. Selalu tersedia medan yang lapang dan rata, sehingga kuda-kuda dan kereta kuda serta berbagai jenis gerobak bisa melintas dengan baik.Perjalanan pun cukup aman. Hampir tak ada gerombolan begal yang berkeliaran di antara kedua daerah ini, sehingga warga bisa bepergian dengan aman tanpa harus berkelompok dan menyewa tenaga pendekar sila
Baca selengkapnya
6
Wisnumurti menangkap tali kekang kuda Jaladri, sementara Bajul dengan sigap menurunkan orang yang terluka itu ke tanah.“Dengan luka sayatan yang sama?” tanya Wisnumurti.“Ya, sama persis” sahut Jaladri. “Bapak yang satu ini kemungkinan tak ada di tempat saat peristiwa terjadi, lalu dia sempat lari menyelamatkan diri. Luka-luka di tubuhnya disebabkan oleh hal lain. Mungkin dia bertemu macan atau ditabrak celeng.”Wisnumurti dan Bajul memeriksa pria itu, yang berumuran kira-kira sebaya dengan Ki Soma. Dia tergolek tak sadarkan diri. Darah di sekujur badannya keluar dari begitu banyak luka cabikan di sekitar dada, perut, dan bahkan leher. Sepertinya itu memang luka akibat binatang buas.Mengingat darah yang keluar terlalu banyak, pria itu tak akan bertahan. Yang jelas ia masih hidup. Dadanya naik turun, tersengal oleh napas satu-satu yang diperjuangkan sepenuh daya di tengah deraan rasa sakit yang pasti tak tertanggungkan
Baca selengkapnya
7
Gadis kencur itu pastilah yang tengah dikehendaki Pangeran Candrakumala untuk menjadi selirnya yang kesekian. Mungkin sang pangeran mendengar berita tentangnya dari para bawahan yang melewati desa-desa tertentu, seperti Brabo sekarang ini. Lalu ia tertarik dan mengirimkan senopatinya untuk melakukan penjemputan.Sebagai makhluk yang kerap keluyuran, Wisnumurti sudah terlalu sering melihat peristiwa semacam itu. Biasanya ia akan cuek saja, tak mau ikut campur dalam urusan orang-orang kerajaan. Kali ini masalahnya adalah kekerasan yang dilakukan para anak buah senopati itu terhadap keluarga sang gadis.Ia bisa memahami mengapa Jaladri begitu marah barusan. Mereka baru saja melihat bayi dan anak-anak balita terbunuh di dua tempat. Maka ada bayi bergulir tergelincir lepas dari tangan ibunya yang didorong-dorong kasar ke tanah oleh tiga pria sekaligus jelas sangat mudah membuat tekanan darah naik.Barangkali saja sebentar tadi sempat muncul sikap yang kurang legawa d
Baca selengkapnya
8
Pintu kamar terbuka. Wisnumurti masuk sambil menguap. Pintu ia tutup kembali. Jaladri dan Bajul yang sudah berbaring di amben lebar seketika bangkit. Mereka sudah sama-sama bersiap tidur, meringkuk di balik kain sarung yang dibekalkan oleh Ki Soma dari rumah.“Kupikir kau mau melek sampai subuh,” kata Jaladri, menguap juga.“Ki Buyut dan yang lainnya berharap begitu,” kata Wisnumurti, melepas kain bawahan dan meraih sarung pula dari kantung perbekalannya. “Mereka senang tiap kali ada pesilat yang mampir, terlebih ada kau. Para bapak itu cerita macam-macam, terutama kejadian penampakan hantu dan tempat-tempat angker.”Jaladri duduk, bersandar ke dinding bambu rumah itu. Ia pun setali tiga uang. Asal sudah ada Wisnumurti, ia bisa tahan melek sampai pagi mendengarkan cerita-cerita orang itu.“Jadi betul keluarga Sarni tadi nyaris dihukum penggal kepala Senopati Natpada hanya karena Sarni sedang sakit?” tanya di
Baca selengkapnya
9
“Makanya. Ini jadi menarik, kan? Apalagi karena lingkunganmu yang berpeluang melatihmu dalam soal ilmu bela diri kan sudah jelas kita semua tahu siapa saja. Bajul, lalu ada Ki Gede, ada Pratiwi. Kalau mereka tertarik bakatmu, misalnya, lalu ingin membantumu berlatih, kan tinggal dipanggil saja. Atau langsung diajak bertarung. Yang satu ini kenapa malah sok main rahasia begitu? Alasannya apa? Siapa dia? Mengapa memilihmu dan bukan Bajul?”“Dan kau sekarang tak merasa kenapa-kenapa, kan?” tanya Bajul. “Soalnya tendangan si senopati itu tadi benar-benar tendangan yang dimaksudkan untuk mencelakai. Kupikir kau bakal modar. Setidaknya pingsan sepekan lah. Tapi kau masih bisa bangun dan sepertinya baik-baik saja.”Jaladri meraba bagian dada yang tadi kena tendang.“Tadi cuma ngilu di sini, lalu aku sempat tidak bisa napas sebentar. Lalu ya biasa-biasa saja. Masih bisa jalan.”“Malah Senopati Natpada yang ter
Baca selengkapnya
10
Alis Senopati Natpada berkerut.Kaki kanannya kemudian terulur, mengangkat dagu pria di depannya hingga kepalanya terdongak.“Apa? Apa yang mau kausampaikan padaku?”Pria rapuh itu makin kencang gemetar. Sebagian karena kedinginan, sebagian lagi karena keder berhadapan langsung dengan seorang senopati Keraton.“D-dia... anak... Ki Soma...”“Apa?” Senopati Natpada mendekatkan telinganya ke wajah orang itu, dengan tangan menjambak rambut kuat sekali. “Tidak dengar.”“Katanya, anak muda yang kemarin kurang ajar terhadap Gusti Senopati adalah putra Ki Somanagara,” kata prajurit yang bernama Pangat.“Anak Ki Somanagara? Pedagang beras dan perhiasan dari Karang Bendan itu?”“Betul, Gusti. Orang ini warga Brabo juga, dan semalam ikut berkumpul makan-makan dengan mereka bertiga. Begitu ia sudah memastikan jadi diri mereka, ia langsung menyusul Gusti kemari. S
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status