Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff

Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff

Oleh:  Kikyo de Kira  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
46 Peringkat
49Bab
9.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tubuh Zero remuk tertabrak mobil, dan secara mengejutkan ia justru terlempar ke dimensi lain. Di kota tak berbintang yang disebut Gardraff ia pun menyandang nama Hero Gladiolus. Hero dianugerahi kekuatan dahsyat. Bersama Seema Wisteria dan Leander Lupine ia bergerak menyingkap rahasia di balik gerbang suci Kota Gardraff, melepaskan segel yang menyelubungi kota, dan bertarung mengalahkan Hemlock. Seiring niatnya melindungi semua orang, Hero juga mendapati banyak rintangan. Suatu hari Seema memberitahu sebuah rahasia, bahwa manusia seperti Hero tak akan bertahan lama di Gardraff. Hero, lelaki 16 tahun itu diramalkan meninggal saat pohon raksasa di gerbang suci Kota Gardraff menggugurkan daun-daunnya. Tepat saat usianya menginjak 17 tahun. Mampukah Hero menyelesaikan misi sebelum waktunya habis? Adakah jalan untuk bertahan hidup dan menyaksikan ribuan senyum merekah di Gardraff?

Lihat lebih banyak
Hero Gladiolus and The Gate of Gardraff Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aldi pga
Numpang promo kak, mampir ke novel legenda Galuh Tapa, kali aja ada yang mau membaca tulisan sederhana ini, ditunggu ya kak.
2022-07-18 19:53:13
0
user avatar
Akrislee
lebih suka cerita yang genrenya high fantasy kayak gini, setidaknya semakin Banyak penulis yang mampu mendongeng kayaknya JRR Tolkien atau CS Lewis. tips aja tingkatin mendeskripsikan dng detail benda,penampilan karakter, atau latar tempat, misal bangunan jalan setapak, suangi tau hutan juga suasana
2022-05-13 01:11:15
0
user avatar
Rai Seika
Wah keren nih cerita fantasi ^^v zero to hero kukira ungkapan ternyata namanya berubah dari Zero menjadi Hero. Ayo Hero jadilah Hero yang sesungguhnya. pindah dunia ya menarik. salam dari Crystal of Soul : Twins
2021-11-19 06:34:53
0
user avatar
Nila Zulkifli
Semangaaat terus thooorrr, keren ceritanya..
2021-11-18 15:39:27
0
user avatar
Saturnus uranus1
semangat terus kak
2021-11-18 15:38:03
0
user avatar
Faver
Wow, fantasi. Lanjutkan kak.
2021-11-18 15:27:34
0
user avatar
Rezquila
Ceritanya seru, bikin nagih
2021-11-18 15:22:43
0
user avatar
Asmi
Menarik nih...
2021-11-18 15:15:12
0
user avatar
Aldho Alfina
Aku kira perjalanan Zero to Hero, tapi ternyata hanya ganti nama :_). Ijin promo juga thor. ~Reinkarnasi Ke-dua di Dunia Lain Reinkarnasi kedua dari sang penguasa benua Danirmala di dunia sihir. Isekai, Magic, Overpower, Demon Lord, Ecchi, Harem
2021-11-01 23:38:32
2
user avatar
hobibaca
cepatin update bab barunya, author...
2021-10-19 17:51:27
0
user avatar
kheisa aurelia
Fantasi, keren, semangat kak up nya
2021-10-15 10:10:01
0
user avatar
Wafa Farha
Mantul dehh....
2021-10-15 06:46:37
0
user avatar
Princess kenyan
Semngat kkk
2021-10-14 15:28:24
0
user avatar
niandez
Next thor ...
2021-10-06 21:55:33
0
user avatar
Asnafa
Semangat kak!
2021-09-28 18:37:09
0
  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
49 Bab
From Zero to Hero
Bulan sabit melengkung indah di langit malam, bintang pun bertaburan sangat mengagumkan. Zero menyeret langkahnya, ia merasa tak bertenaga sama sekali. Ini adalah hari ketiga ia tak mengonsumsi makanan apa pun. Rasa lapar yang tak dapat dijelaskan bagai melilit seluruh tubuhnya hingga remuk. “Aku lelah sekali.” Zero berhenti sejenak dan mengambil botol minum di dalam ransel lusuhnya. Ia bahkan harus menghemat air itu. Tak ada yang bisa dimintai bantuan, justru ia bisa hidup hingga di usia 16 tahun ini karena membantu orang lain. Satu tahun lalu saat usianya menginjak 15 tahun, Zero memilih keluar dari panti asuhan. Tidak ada alasan ia harus tinggal lebih lama, sebab di sana tak ada orang yang benar-benar menyayangi Zero. Tubuh kurusnya sangat tidak seimbang dengan tinggi badannya 172 cm. Zero seperti orang-orangan sawah dibalut baju kaos hijau tua dan celana dengan sobekan yang tak normal di lutut. Beberapa orang yang melihat mungkin akan mengira ia adalah pe
Baca selengkapnya
Keluarga
Hidup sebagai remaja yatim piatu selama ini membuat dada Zero bergemuruh ketika seseorang datang dan mengatakan akan menjadi ayahnya. Lelaki itu mengulurkan tangan dan meminta Zero berdiri.“Selamat datang ... aku adalah Atalla Gladiolus, yang memanggilmu ke dunia ini.” Atalla menyambut Zero dan memecah keheningan di antara mereka, ia kemudian mengajak Zero beranjak dari sana.“Se-sebenarnya aku masih tidak mengerti,” kata Zero seraya menggaruk kepalanya. Ada senyum kecil di wajah yang salah tingkah itu.“Nanti kau pasti akan mengerti, dan aku juga tidak memiliki niat jahat padamu. Singkatnya kau dipanggil ke sini karena aku dan penduduk kota ini membutuhkanmu,” jelas Atalla. Ah, rupanya masih tak dapat mengusir tanda tanya di kepala Zero.“Dan aku akan lebih senang jika kau menerima nama pemberianku dan bersedia menjadi anakku,” lanjut Atalla. Mereka berdua berjalan pelan melewati gerbang kota. Zero melihat
Baca selengkapnya
Seema dan Leander
“Yo! Apa yang sedang kaupikirkan?” Leander menepuk bahu Hero dan membuyarkan lamunannya.“Kau pasti tahu ada banyak hal yang membuatku bingung,” jawab Hero pelan.Leander yang mengenakan pakaian santai itu mengambil sesuatu dari saku celananya. “Ini pakailah! Wajahmu tampak kusut dengan rambut begitu, atau kaupotong pendek saja sepertiku,” saran Leander lalu menyodorkan karet gelang untuk Hero.Hero tersenyum mengingat ia tidak merapikan rambutnya yang tumbuh lebih panjang saat tiba di Gardraff. Selesai merapikan setengah bagian rambutnya yang menghalangi pandangan, Hero mengucapkan terima kasih. Leander tampak bersahabat dan ramah, tak butuh waktu lama mereka pun bisa akrab.“Lean ... oh, ayolah! Kenapa kau bisa lupa kegiatan hari ini?” Seema datang dari belakang.“Hei! Aku tidak lupa, ini baru saja mau mengajak Hero,” sanggah Leander.“Ayo, cepat! Kita berangkat,” ajak
Baca selengkapnya
Sudut Kota Gardraff
“Oh iya, Lean ... apa manusia yang dipanggil ke sini memiliki kriteria tertentu?” Hero tak henti meluncurkan pertanyaan di sepanjang jalan.“Kami tidak tahu terlalu banyak tentang masalah orang dewasa, Hero. Namun dari penyelidikanku selama ini ada dua hal penting yang harus ada di diri manusia itu, suka menolong dan kebaikan hatinya murni,” jelas Leander seraya tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya. Ia kembali menepuk bahu Hero seolah menegaskan bahwa Hero memang pantas berada di Gardraff.“Saat Kota Gardraff resmi berdiri, paman Atalla melakukan pemanggilan. Setiap tahun begitu, dan mereka para manusia itu sudah mengajari kami banyak hal,” lanjut Lean.Mereka kemudian berhenti sejenak, sebelah Timur Kota Gardraff sangatlah indah. Di sini semua penduduk memiliki ladang, daerah Timurlah yang menopang kebutuhan makanan pokok semua penduduk kota. Sayur, buah, hingga berbagai macam bunga tumbuh subur. Daerah Timur Kota Gardraf
Baca selengkapnya
Mimpi
Mereka bertiga berjalan pelan menuju istana. Hero mendongak melihat langit Kota Gardraff tak berubah sama sekali, masih tampak sendu seperti kemarin. Tak bisa membedakan siang dan malam di sini, para penduduk hanya dapat melihat jam seperti yang diajarkan oleh manusia yang pernah datang.“Menjelang jam malam, apa ada tanda khusus di kota ini?” tanya Hero, mengingat sejak kedatangannya ke sini Hero belum pernah tidur. Otaknya terlalu sibuk memikirkan banyak hal sehingga ia selalu terjaga di kamarnya.“Sebentar lagi kau akan melihat ada cahaya yang menyala,” jawab Leander. Dan benar saja, di depan rumah setiap penduduk menyala bola-bola api kecil berwarna ungu pucat.“Itu ide adikku, dan ayah yang mewujudkannya,” ujar Seema dengan wajah bangga. Ia terlihat bahagia karena Genio bisa memikirkan ide cemerlang. Ini dimulai sejak Seema membakar habis tanaman Leander empat tahun lalu. Genio memang masih anak-anak, tapi menurutnya jika
Baca selengkapnya
Sebuah Alasan
“Hero, ada apa?” tanya Mana ketika melihat Hero terdiam mematung.“O-oh ti-tidak ada apa-apa, Ibu,” jawab Hero tergagap.Mana tahu Hero masih belum bisa bercerita lepas padanya, namun ia mengerti dan berharap nanti bisa dekat dengan Hero.  “Ibu, boleh aku menanyakan satu hal?” Hero mengumpulkan suaranya yang tercekat di tenggorokan.“Tentu boleh, Anakku.” Mana tersenyum menatap Hero yang berusaha memberanikan diri. “Selama Ibu bisa menjawabnya pasti akan Ibu jawab,” kata Mana.“Apa dulunya Ibu adalah manusia sepertiku? Dan sebelum menikah dengan Ibu apa ayah punya sayap seperti cerita peri dalam dongeng? Terus yang paling penting, apa yang terjadi 16 tahun lalu?” pertanyaan-pertanyaan itu mengalir bebas seperti arus sungai.“Katanya mau bertanya satu hal, tapi ternyata ada tiga pertanyaan,” ujar Mana lalu tertawa pelan, dilihatnya Hero juga tersipu malu
Baca selengkapnya
Sorot Mata Seorang Ayah
Latihan tadi siang menguras cukup banyak tenaga, Hero merasakan otot-otot tubuhnya menegang. Kakinya bahkan terasa nyeri dan berat sekali jika tetap memaksakan pergi ke perpustakaan malam ini. Sepertinya ia memang harus menunda untuk melihat cincin ruby merah.Namun ia tak bisa hanya terus uring-uringan di atas tempat tidur, meski Mana sudah menyarankan agar Hero istirahat saja, justru dua kakinya yang nyeri itu seolah ingin mengajak berjalan-jalan.Hero menapakkan kaki pelan-pelan, ia beranjak menghadapi cermin di kamar dan merapikan rambutnya. Karet gelang dari Lean sepertinya akan terus ia gunakan. Karena kamarnya berada di lantai dua, ia pun menuruni anak tangga dengan hati-hati, Hero tak bisa cepat seperti biasa karena kondisi kakinya sekarang.Mana sedang mengunjungi laboratorium untuk melihat obat-obatan yang berhasil dibuat Xalma. Sementara Atalla, Hero tak melihatnya sejak ia pulang dari latihan. Hero baru menyadari ia masih belum banyak tahu tentang ak
Baca selengkapnya
Hutan Larangan
Aktivitas penduduk kota berjalan seperti biasa, mereka saling sapa, saling berbagi hasil panen, dan bertukar cerita. Tak jauh dari pusat kota mengarah ke sebelah Selatan terdapat pusat perbelanjaan, kios-kios kecil yang terbuat dari kayu berderet rapi, ada yang menjual hasil kreatifitasnya, hasil panen, pakaian, perabotan rumah, berbagai olahan makanan, hingga alat-alat yang biasa digunakan saat berada di medan perang.Di Kota Gardraff alat tukar yang digunakan adalah koin perak dan koin emas. Tidak ada raja yang memimpin kota ini. Tiga keluarga bangsawanlah yang mengambil peran penting menyatukan kekuatan penduduk kota demi menjaga keamanan dan kesejahteraan.Ini membuat Hero makin penasaran lagi, menurutnya akan masuk akal jika yang berdiri adalah sebuah negara atau kerajaan, tak hanya kota. Sayangnya tak ada yang pernah menceritakan hal itu pada Hero. Ia benar-benar harus bergerak mencari tahu sendiri.“Kenapa kau mengajak kami ke sini, Seema?” ta
Baca selengkapnya
Andromeda
Hero masih berdiri tak jauh dari posisi air terjun yang menghilang. Sebelumnya saat Leander meminta mereka bergegas, ada sesuatu yang mencuri perhatian. Hero merasa seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari jauh, namun ketika menoleh untuk memastikan, sosok itu tak ada. Hero juga sudah tak melihat Leander dan Seema.Kali ini Hero tak terkejut lagi. Ia berjalan pelan dan melihat air terjun itu sekali lagi dan lebih lama. Lalu benar saja, ada seseorang di sana. Gadis berambut pirang keemasan itu sekilas mengingatkan Hero pada Eireena, tapi jelaslah mereka berdua adalah orang yang berbeda. Gadis ini memiliki rambut bergelombang yang lebih panjang.Hero melompati batu-batu besar di sekitar air terjun. Gadis itu sama sekali tak beranjak menghindar. Bisa Hero lihat dari dekat, pemilik sepasang mata hijau emerald itu tersenyum tipis, lengkung senyumnya menawan seperti bulan sabit terakhir yang dulu Hero lihat.“Apa kau melihat kami bertiga sejak tad
Baca selengkapnya
Penyakit Aneh
Sejak nekat pergi ke hutan larangan di hari itu, mereka bertiga tidak mengulanginya lagi. Keseharian dihabiskan dengan latihan bersama teman-teman yang lain, sementara di malam hari Hero latihan sendiri di dekat gerbang kota. Ia berlatih keras sekali sampai membuat Mana khawatir dan meminta Atalla menghentikan Hero. Mana tak ingin putranya itu terluka.Tidak menuruti permintaan Mana, Atalla justru tertawa. Ia ingat bagaimana seriusnya perkataan Hero malam itu. Atalla tak akan menghentikan Hero meski waktu tidur putranya sangat berkurang bahkan tak pernah lebih lama dari dua jam.Berhari-hari Hero mungkin terlihat menyiksa diri sendiri, namun ia hanya tidak ingin menjadi lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa. Ia tak memiliki kekuatan seperti Seema dengan api ungu di tangannya, juga tak punya kemampuan mengendalikan pohon-pohon seperti Lean, karena itu Hero harus berlatih keras.Saat ini kemampuan berpedangnya sudah membaik. Ia memang masih tak sepandai Arion, na
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status