Another Side of EARTH

Another Side of EARTH

Oleh:  Ditarina  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
27 Peringkat
176Bab
5.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Artemis La Yori mengirimkan catatan hidupnya di tahun 2050 untuk kita, sebelum ia menghilang selamanya. Apa yang kita putuskan nanti didalam catatannya akan berpengaruh padanya di masa yang akan datang. Cerita memiliki alur yang unik dan kita bisa memilih mau berakhir seperti apa. Lihat catatan bagian bawah untuk tahu harus menuju catatan yang beberapa.

Lihat lebih banyak
Another Side of EARTH Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Fidia Haya
Wow... keren ini ceritanya tentang masa depan.
2022-01-04 16:59:31
2
user avatar
Ayunina Sharlyn
keren, kak. masa depan. seru nih ......
2021-12-12 19:47:44
2
user avatar
Ditarina
Perhatian! Update cerita ini satu hari satu bab ya. Artemis maunya sih cepetan. Saya nya yang tepar nanti kalo sehari 10 bab hehe....
2021-12-12 15:34:59
0
user avatar
pasaazka
ceritanya keren banget kak.. serasa membaca novel terjemah dengan setting luar negeri.. deskripsinya juga bagus. jadi bisa bayangin langsung. lanjutkan
2021-12-12 04:00:39
1
user avatar
KSATRIA PENGEMBARA
unik ceritanya lanjutkan thor salam pengembara
2021-12-12 01:02:17
1
user avatar
ANATA MEGA
Keren kk, wajib baca sampai tamat
2021-12-11 23:41:15
1
user avatar
A_W
Keren parah sih ini ceritanya... Lanjut, Thor...
2021-12-11 19:33:59
1
user avatar
Ditarina
Terima kasih untuk semuanya yang sudah mendukung karya ini ya. Saya akan teruskan sampai nanti ada satu cerita spin off salah satu karakternya. Tunggu saja ya!
2021-12-04 20:09:13
0
user avatar
Tane
ini fantasi scifi gitu, keren banget dah pokoknya
2021-11-26 08:05:50
1
user avatar
Tanty Longa
Wah ampe merinding baca awalnya. Seru banget kak, ide cerita yang langkah. Semangat ya kak
2021-11-26 06:07:33
1
user avatar
Nina Milanova
Ceritanya lain dari yang lain. Lanjut, Kak!
2021-11-25 13:18:44
1
user avatar
Buenda Vania
jadi berpetualang yaa, keren ihh
2021-11-25 11:32:36
1
user avatar
The_BlueMoon
mikir tapi seru!
2021-11-25 11:31:16
1
user avatar
Jasmine
Nice kk... keren nih!
2021-11-25 08:18:05
1
user avatar
Faver
Seru abis ceritanya kak.
2021-11-24 23:34:31
1
  • 1
  • 2
176 Bab

Catatan Pertama : 2050

"Silahkan ID Anda..."Suara AI atau Artificial Intelligence yang keluar dari mesin penerima tamu di hadapanku itu sangat khas. Seringkali suaranya membuatku tak sadar kalau itu bukan manusia, melainkan mesin. Segera ku tunjukkan lengan kiri yang terdapat tato mirip barcode ke arah sensor mesin tadi."ID diterima! Silahkan masuk Tuan Artemis."Pintu megah dihadapanku itu terbuka lebar. Kini aku disambut oleh dua robot humanoid yang nyaris mirip manusia. Wajah, kekenyalan kulit dan warna, kedipan mata mereka semua nyaris sama. Hanya perbedaannya, gerakan mereka masih nampak kaku."Mari kami antar, Tuan. Kamar anda ada di lantai 10.""Saya bawakan barang bawaan anda, Tuan."Kedua robot itu memang cukup membantu, meski sesekali aku ingin membawa tasku sendiri. Anggap saja ini olahraga. Tapi dua robot humanoid itu keburu mengambil tasku. Ya sudahlah...."Oh, maaf...."Mungkin kalian masih bingung. Teknologi ini belum ada di masa kalian hidup. Jika kalian membaca tulisan ini, maka artinya ka
Baca selengkapnya

Catatan Kedua : Memori

Jalanan di tahun 2050 tak terlalu ramai, hanya beberapa Flying Skate saja yang nampak masih melayang di gelapnya malam. Setelah alat teletransporter ditemukan, mereka lebih memilih menggunakan itu. Meski masih ada manusia yang sadar akan kesehatannya hingga rela jalan kaki agar tetap terjaga kebugaran tubuhnya. Ini wajar dilakukan oleh mereka yang memang terlahir secara murni melalui rahim seorang ibu.Sangat berbeda denganku yang lahir di laboratorium saat masa transisi. Manusia buatan sepertiku daya tahan tubuhnya lebih baik. Bahkan aku tak akan cepat menua seperti mereka yang terlahir alami."Aah... sampai juga di rumah. Halo W115, aku pulang!""Selamat datang kembali, Tuan Artemis. Mau saya buatkan teh hangat?""Tidak, W115! Buatkan kopi hitam saja untukku."W115 adalah robot rumah tangga disini sekaligus sahabatku juga. Selama rumah ku tinggalkan, dia yang mengurus semuanya. Terdengar suara guntur dari luar. Ah...hujan lagi! Tapi di masa ini hanya ada hujan buatan termasuk sinar m
Baca selengkapnya

Catatan Ketiga : Sebuah Teka-Teki

Tuan Putri Serenada adalah perempuan tipe pemaksa. Semua orang harus mau menuruti apa katanya. Apa boleh buat? Lebih baik ku ikuti saja dulu kemana dia mengarah nantinya."Yaa... baiklah!""Yeah! Itu baru Artemis, temanku! Aku mau melihat apa alat pemutar musik yang kita temukan tadi ada isi memorinya atau tidak?""Ini cuma alat kuno biasa. Tidak ada isinya!"Serenada langsung merebutnya dariku. Tentu saja itu buatku terkejut. Dia melihat lebih teliti lagi benda itu."Kau kurang teliti. Bagaimana mungkin orang sepertimu bisa menjadi Arkeolog?"Nah, mulai lagi dia meledekku. Serenada memaksa membuka pemutar musik itu dan tiba-tiba ada yang terjatuh saat alat itu terbelah menjadi dua."Hei, alatnya rusak! Kalau sudah begini jadi tidak berharga lagi."Serenada tak menghiraukanku. Dia mengambil benda kecil tadi yang terjatuh. Lalu menunjukkannya padaku. Rupanya ada memori yang hampir sama bentuknya dengan yang tadi."Kita lihat apa isi memori ini."Saat memori tadi dimasukkan ke dalam alat
Baca selengkapnya

Catatan Keempat : Tidak Ada Pilihan Lain

Lama kami bertiga hanya terdiam. Sial! Aku kini terjebak pada situasi semacam ini. Tak pernah kusangka kalau manusia di dalam Dome sudah banyak yang penasaran dengan dunia di luar sana."Jadi, bagaimana Artemis? Hanya kau yang sedari tadi diam. Tapi, aku tidak akan membiarkanmu untuk berkata TIDAK."Senyum Dova berubah menjadi sinis, ia sepertinya mulai membaca pikiranku. Aku tak tahu lagi harus berkata apa. Kulihat tangannya menekan sesuatu pada meja putih bundar.Dinding di samping Dova terbuka layaknya laci. Ia mengeluarkan sesuatu dari sana. Saat kusadari benda apa itu, reflek kakiku mundur satu langkah. Itu senjata penghapus data! Bagaimana dia bisa memilikinya?"Baiklah, aku ikut saja!""Bagus, itu yang ingin kudengar darimu Artemis.""Jangan bercanda dengan senjata itu, Dova!""Aku tidak bercanda kali ini, Tuan Putri! Ini adalah misi rahasia yang sangat ku jaga dengan rapat. Kalau Artemis berani menolak atau melapor ke robot polisi, lebih baik datanya kuhapus saja."Aku bernapas
Baca selengkapnya

Catatan Kelima : Kunjungan Tuan Presiden

"Dova, ayo bantu kami!""Iya, aku datang! Ayo segera bawa ke ruangan.""Bruuk!"Debu berterbangan di dalam ruangan membuat kami terbatuk sesaat. Mesin penghisap debu otomatis di dalam ruangan segera bekerja. Kini ruangan kembali bersih. Benda hitam kotak apa ini? Seluruh lapisan benda ini ditutupi kain hitam."Ini alat elektronik jaman dulu?""Sepertinya bukan Artemis, lebih baik kita buka dulu."Kami mencoba membuka kain penutupnya terlebih dahulu. Barulah nampak ini adalah sebuah kotak kayu. Dova membersihkan permukaannya dengan kain tadi."Hanya kotak kayu biasa, tapi kenapa bisa seberat itu ya?""Supaya kita tahu, buka saja dengan Laser Pembelah.""Kalian berdua minggirlah! Biar aku yang membukanya."Dova mulai membelah kotak itu dengan sangat hati-hati. Aku dan Serenada hanya bisa melihatnya sampai akhirnya satu sisi kotak itu terbuka dan isinya berhamburan."Astaga! Apa ini?""Ini disebut buku, Tuan Putri. Jaman dulu orang membuat buku dengan kertas yang berasal dari pohon. Rupan
Baca selengkapnya

Catatan Keenam : Catatan Profesor Sanders

Dova masih diam tak mampu berkata apapun. Aku berlari ke bagian pantry dan menekan tombol otomatis untuk menyeduh coklat hangat. Tuan Presiden memang beberapa kali ke laboratorium. Namun, baru kali ini aku melihat wajah Dova nampak pucat bahkan sampai terjatuh. Setelah bertemu dengan Tuan Presiden."Minumlah ini, tenangkan dirimu dulu.""Ba-baik Artemis. Terima kasih ya!"Coklat hangat yang ada sekarang memang sudah buatan secara kimia. Meski begitu, efeknya tetap sama, mampu menenangkan suasana hati seseorang."Aku rasa ayahku mencurigaimu, Dova.""Kenapa begitu, Tuan Putri?""Karena Dova dulu paling sering berhubungan dengan Profesor Sanders. Sementara beliau saja pada akhirnya mencoba keluar dari sini dan dianggap pembelot. Bukan begitu Dova?""Terkadang aku tidak paham dengan dunia ini, Tuan Putri Serenada. Orang yang sudah banyak berjasa bagi kemajuan Dome, justru dimusuhi begitu hebat hanya karena dia memiliki prinsip yang berbeda dengan ayahmu."Kepala Dova mulai mendongak ke at
Baca selengkapnya

Catatan Ketujuh : Makan Malam Bersama

Aku sudah bersiap berada diatas Flying Skate. Tapi tiba-tiba Serenada memanggilku. Nah, ada apa lagi? Jam kerja sudah berakhir dan aku mau pulang."Boleh aku malam ini menginap di rumahmu, Artemis?"Serenada mau menginap di rumahku untuk apa? Duh, jelasnya aku tak suka. Mengganggu privasiku saja! Sejak dulu aku terbiasa sendiri, eh tidak juga! Maksudku hidup bersama W115, robot pelayan sekaligus sahabatku itu."Sekali ini saja Artemis, kumohon.""Nanti Tuan Presiden mencarimu. Aku bisa dihapus datanya dan dianggap menyembunyikan anak kesayangannya.""Huh! Kau tidak tahu ayahku seperti apa. Tenang saja, dia tidak akan mencariku.""Ah, pokoknya tidak!"Kutinggalkan Serenada begitu saja dan langsung terbang menaiki Flying Skate milikku. Dalam perjalanan, sebenarnya aku masih berpikir tentangnya. Tidak biasanya Serenada bersikap begini anehnya. Sepertinya setelah dia tahu rumahku, rasa penasarannya terlalu tinggi.***"W115, tolong buatkan kopi untukku!""Satu atau dua, Tuan Artemis?""Ten
Baca selengkapnya

Catatan Kedelapan : Novan

Aku tak pernah mengira kalau Serenada akan tetap berbicara saat tertidur. Apa dia saat itu sedang menggigau ya? Entahlah! Jelasnya aku kapok untuk tidur bersamanya lagi. Anehnya, pagi ini kulihat dia tersenyum saat pergi bekerja."Kau sudah tidak waras ya?""Apa katamu, Artemis?""Ah! Malas untuk mengulang pertanyaan tadi. Kalau begitu kenapa kau tersenyum sendiri sejak datang tadi?""Karena tadi malam aku bisa tidur dengan nyenyak.""Padahal aku mendengarmu berbicara tak jelas semalam.""Eh, benarkah? Tapi, aku benar-benar tidur!"Berarti benar dugaanku tadi, kalau dia sedang menggigau. Serenada nampak malu sambil beberapa kali mengusap pipinya. Saat kami berdua masuk, Dova agak terkejut. Memang tak biasanya kami datang berdua bersamaan seperti ini."Artemis, kau dan Serenada janjian?""Tidak!""Lalu, kenapa kalian berdua bisa datang bersamaan?""Kebetulan ketemu tadi saat masuk kemari.""Pok!"Serenada menepuk pantatku keras. Sepertinya dia tidak ingin Dova tahu, kalau semalam mengin
Baca selengkapnya

Catatan Kesembilan : Ruang Rahasia Lagi!

"Tidak mungkin membicarakan tentang Profesor Sanders di tempat terbuka. Data orang yang dianggap pembelot sudah terekam dan jika menyebutkan namanya saja, sistem keamanan langsung menandai kita.""Ternyata rumahmu juga punya ruang rahasia ya!""Eeh... itu sudah ada sejak aku masih kecil!""Dan disini masih ada buku kuno.""Itu punya ayahku, Serenada.""Memangnya kau paham dengan isi buku itu, Serenada?""Tidak, hanya saja ini bagus!""Baiklah, lalu apa yang mau kalian bicarakan kemarin soal catatan Profesor Sanders?"Dova membawa komputer mini miliknya, dia lalu menunjukkan salinan catatan milik Profesor Sanders. Novan sampai mengernyitkan dahi saat membacanya. Ia mengambil Chrobook miliknya dan membuat catatan tersendiri. Sampai akhirnya, robot rumah tangga milik Novan datang membawa makanan kemari."Terima kasih, kalian makanlah dulu. Aku juga sambil membaca catatan ini."Novan terbiasa bekerja sambil makan. Dia terus membuat poin per poin dari catatan itu. Sesekali tangan kanannnya
Baca selengkapnya

Catatan Kesepuluh : Bumi yang Sesungguhnya

"Kalau boleh aku tahu, kau sendiri pernah melihat Bumi dari luar angkasa?""Ah, ya aku pernah menceritakannya pada Serenada. Kau bisa....""Tidak! Aku mau mendengarnya darimu langsung, Novan."Novan bercerita saat dia pernah ditugaskan untuk pergi ke planet Mars. Mempersiapkan Dome baru disana yang nantinya akan ditinggali oleh manusia. Saat berada di pesawat ulang alik, dia memang melihatnya sendiri. Sebelum pesawat itu melaju meninggalkan Bumi terlalu jauh, mata Novan terus melihat sesuatu berwarna hijau di planet ini."Memang yang berwarna coklat nampak juga, tapi ternyata masih ada area yang terjaga. Meski kita sudah melalui bencana suhu ekstrim itu.""Bukannya tanaman seharusnya sudah banyak yang terbakar ya?""Seharusnya begitu, tapi aku tidak bohong! Aku benar-benar melihatnya."Artinya masih ada harapan manusia untuk terus hidup di Bumi ini. Tanpa harus mencari planet lain yang layak huni. Novan bekerja sebenarnya hanya mengikuti perintah saja, tak berani untuk membantah tentan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status