Filter dengan
Status pembaruan
SemuaSedang berlangsungSelesai
Sortir dengan
SemuaPopulerRekomendasiRatingDiperbarui
Hunting the Last Alpha

Hunting the Last Alpha

Kelvin
"Kill me.." Alpha Kane said in a shaking voice, staring at his son who held him with his hands. His voice was croaking and he had just a few seconds to his Death. "Dad, I can't. I can't kill you!" Murphy said, whimpering in tears. "Do it now! It's now or never! If you kill me... You'll become the next Alpha" Kane said but Murphy wasn't buying what he was saying. His concern was how he could save his father but he knows he won't be able to do that. "What's the point of being an Alpha when there is no Werewolf left?" Murphy uttered. "Son... Please do it! You'll understand this when you grow up. Kill me now! Please" Kane said, already coughing and his pulse getting weak. Murphy stretched his hands forward and his fingers became longer. He had changed to Werewolf. "Save travels, Father" He said and struck his father on his neck. ******** 15 years ago, the capital of Switzerland suffered from Werewolf attacks. No one was safe in the city and they weren't allowed to travel out of their country. The country was filled with over a hundred Packs of Werewolves. 70 percent of those Werewolf Packs were evil while thirty percent were good. Because of the way the bad ones kill, they thought that all Werewolves were evil and should be eliminated. They were able to destroy almost all the Packs in Switzerland through the help of WEREWOLF HUNTERS and there was just one Pack remaining. And that Pack happens to be Blue Moon Pack - ruled by Alpha Kane. They killed everyone in the pack but only one escaped. His name was Murphy. Do you think Murphy will avenge his Family's death? Will Werewolf Hunters be able to eliminate the last Werewolf on Earth?
Werewolf
1.1K DibacaOngoing
Baca
Tambahkan
Catatan Usang

Catatan Usang

“Dek, tolong catat semua hadiah yang udah aku kasih ke kamu. Bonnya ada di tasku!” “Catat lagi?” “Iyalah kita harus menghemat. Pengeluaran dan pemasukan harus ada notanya. Tidak boleh kita pakai berlebihan sehari hanya boleh 70 ribu. Tidak boleh lebih.” Tak ada sahutan dari istriku malah menatap lurus dengan pandangan kosong. Aku mendekat untuk memastikan dia mendengarnya atau tidak. “Kau dengar tidak, Dek?” Baru saja kau ingin menyentuh pundaknya. Prily sudah lebih dahulu berjalan menghindar. “Hmm,” sahutnya tak acuh. Bahkan barang-barang yang kuberikan sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kita saja dia abaikan. Bukankah dia pernah bilang menginginkan long dress dengan berwarna merah muda dengan aksen renda. Sudahlah aku repot-repot memesannya diam-diam lewat market place online. Prily justru membiarkan gamis beserta coklat yang kupesan khusus untuknya tergeletak di meja. Ck, kenapa perempuan susah sekali dimengerti. Sungguh membuatku frustrasi saja. Lebih baik bermain game dari pada terus memikirkan hal-hal yang hanya memancing emosi. ~ Di sore hari Prily biasanya akan berdiri di atas balkon. Aku sudah hafal dengan kebiasaannya. Kamar kami mengarah ke lapangan, yang biasa dipakai anak-anak kompleks untuk bermain di pagi dan sore hari. Prily tak pernah melewatkan melihat canda tawa mereka di balik jendela, barang sekali. “Mau sampai kapan berdiri di situ,” tanyaku sembari memakai kaus lengan pendek, lalu mengeringkan kepalaku dengan handuk. Prily segera mendekat lalu tangannya begitu cekatan menggosokkan handuk itu ke kepalaku. “Padahal aku punya hair dryer loh, Mas bisa pakai kalau mau.” “Kamu saja yang pakai, aku tidak perlu lah. 10 menit juga kering.” Mampukah Prily bertahan dalam pernikahannya dengan Arjuna yang serba perhitungan? atau memilih pergi saat cinta pertamanya? Dia Akbar, pria kaya raya, yang ia kira telah lama mati, justru hadir kembali.
Rumah Tangga
1012.6K DibacaTamat
Baca
Tambahkan
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status