Cinta yang Angkuh
"Di mana cincinnya?"
"Hah?" Dia menarik tangannya kembali.
"Aku bertanya, Di mana cincinnya?" Kevin mengulang pertanyaan itu, menatap tunangannya dengan raut ketidakpuasan.
"Ada di kantor. Karena aku harus mencuci cangkir kopi, aku melepaskannya dan menyimpannya. Aku takut nanti cincinnya jadi kusam." Jawabannya membuat Kevin sedikit lega.
"Jika kau melepaskan cincin itu lagi, aku akan menganggapnya kau akhiri pertunangan kita. Jangan main-main."
"Aku tidak membatalkan pertunangan. Aku hanya melepaskan cincin itu agar tetap aman."
"Kalau begitu, pakai. Sekarang juga." Tatapan Kevin tak goyah, kata-katanya hampir terdengar seperti perintah.
"Baik, baiklah," gumamnya sebagai bentuk protes, lalu merogoh tasnya, mengeluarkan cincinnya, dan memakainya. Setelah itu, dia membalikkan tangannya untuk menunjukkannya kepada Kevin.