Manis di Bibir, Pahit di Takdir
Devan Atmadja, pria yang katanya mencintaiku sepenuh hati.
Di mata orang lain, dia adalah suami teladan… pria idaman.
Namun, dia telah mengkhianatiku tiga kali.
Pertama kali, tiga tahun lalu.
Sahabatnya, Dion Prasetya, meninggal demi menyelamatkannya.
Devan menyembunyikan semuanya dariku, lalu diam-diam menikah dengan pacar Dion, Keira Maheswari.
Hatiku saat itu hancur. Aku sudah bersiap pergi.
Namun, malam itu juga, dia mengirim wanita itu ke luar negeri, lalu berlutut di hadapanku, memohon dengan penuh kesedihan.
“Viona… Dion mati demi aku. Aku harus menjaga istrinya. Surat nikah itu hanya jaminan untuk Keira. Setelah membalaskan dendam Dion, aku akan menceraikannya. Satu-satunya wanita yang kucintai… hanya kamu!”
Dan bodohnya… aku memaafkannya.
Setahun kemudian, Devan justru mengumumkan status Keira sebagai nyonya besar keluarga di depan semua media.
Dia kembali memberiku penjelasan.
“Keira adalah putri tunggal Keluarga mafia Maheswari. Pernikahan ini adalah bentuk aliansi demi membalas dendam untuk Dion! Kami sudah sepakat, setelah semua selesai, aku akan menceraikannya… lalu menikahimu!”
Lagi-lagi aku percaya padanya.
Kemudian setahun lalu, di sebuah pesta, Devan dijebak dan menghabiskan malam bersama Keira. Dia menutupinya dariku. Sampai dua minggu lalu, ketika aku melihatnya sendiri, dia menemani wanita itu melakukan pemeriksaan kehamilan di rumah sakit.
Dengan tatapan yang tak sanggup bertemu denganku, dia berbisik, “Viona, ini cuma kecelakaan. Setelah dia melahirkan, aku akan mengirimnya pergi. Anaknya akan diasuh orang tuaku, dan seumur hidup mereka tak akan pernah muncul di hadapanmu.”
Dengan dalih cinta, Devan membuatku terus mengalah.
Tapi hari ini… aku sadar.
Tak ada lagi masa depan untuk kami.
Sudah saatnya… aku pergi.