Ksatria Yatim Dan Gadis Tanpa Aura
Peringatan! Novel ini berisi adegan dewasa seperti percintaan, kekerasan, darah, namun masih dalam batas wajar sesuai rating.
"Keluar masuk tanpa permisi adalah penghinaan... Aku Elixia, tidak akan memaafkanmu."
Wanita tersebut memperkenalkan diri, matanya menyala bagaikan serigala menjaga wilayah kekuasaanya. Dengan presisi dia menendang Arthur, membuatnya terpental beberapa meter.
"Pukulan Mawar Membelah Bumi!" Elixia segera melompat, menari dengan indah di udara, melesatkan pukulan sambil menukik tajam.
Cepat, membuat Arthur tidak sempat menghindar, memaksanya menyilangkan kedua tangan untuk menahan serangan tersebut.
"Bayang Menyelinap!" Leona menarik tangan Arthur, namun efek pukulan Elixia yang menciptakan tiupan angin kencang membuat mereka terguling cukup jauh.
"Kau... Sejak kapan ada di situ?" pekik Elixia, tidak menyadari kehadiran Leona sebelumnya. Dia berjalan mendekat, hendak menghabisi kedua orang di hadapannya.
Arthur segera bangkit, "Kau... Lampiaskan saja semuanya padaku!" serunya, berdiri menutupi Leona dan bersiap melindunginya.
"Baik... Kau yang memintanya!" Elixia tersenyum meremehkan, mendekat dengan cepat ke arah Arthur.
"Tarian Mawar Berduri!" Elixia melesatkan sejumlah pukulan kombinasi, pukulan tersebut tampak tidak mengenai tubuh Arthur.
Namun, tiba-tiba dirinya tersungkur, memuntahkan darah segar yang membasahi lantai atap sekolah.
"Kuakui nyalimu, anak baru!" Seru Elixia, senyumnya menusuk bagaikan duri mawar.
Dia kemudian menurunkan sedikit kepalanya, sejajar dengan wajah Arthur yang kini terduduk dengan lutut bertumpu di lantai.
Elixia mendekatkan bibirnya ke dekat bibir Arthur, "Ciuman Pencabut Sukma!" Ia berbisik.
Arthur terkesiap, jantungnya berdegup liar, ciuman yang dijanjikan sang nenek datang dengan cepat dari seorang wanita cantik sekaligus mematikan.
Namun, bukannya kenikmatan, Arthur merasa kesulitan bernafas seperti paru-parunya tertusuk duri mawar.