Malam Panas, Hati yang Membeku
Pada hari penglihatanku pulih, di kamar mandi aku melihat satu set pakaian dalam wanita yang bukan milikku.
Aku menyembunyikan hal itu, ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Di siang bolong, Morin pulang lagi untuk memasakkan makananku. Saat aku makan, seperti biasa dia memutar musik untukku.
Dia berkata, "Mia, hatiku terasa sakit melihatmu nggak bisa melihat. Semoga musik bisa membuatmu lebih bahagia."
Namun kali ini, di tengah suara musik yang memekakkan telinga, aku melihat seorang wanita duduk di pangkuan Morin.
Dengan kasar Morin merobek tali bahu wanita itu, meninggalkan bekas merah gelap di kulitnya yang putih. Wajahnya yang penuh gejolak nafsu tepat menghadap ke arahku.
Seperti biasanya, aku meraba-raba menaiki tangga, lalu menekan nomor yang sudah lama tak pernah kuhubungi.
"Yuvan, aku setuju jadi pengganti cinta pertamamu."
"Tapi kamu harus membantuku satu hal."