telah kejadian tadi, Alaska tampak mengurung diri di kamarnya.
Ternyata begini rasanya jadi dewasa?
Harus jauh dari keluarga, dipatahkan oleh cinta dan harus menjadi diri sendiri dalam peliknya dunia yang fana.
Susah yah jadi dewasa, apalagi mencintai wanita yang separo hati mencintai kita. Padahal, cinta seorang Alaska sama luasnya dengan Langit yang terbentang di atas sana. Teramat luas, bahkan tak berujung. Tapi, kenapa masih ada wanita sepicik itu yang membuat Alaska harus terjatuh dalam lembah lukanya?
"Alaska, lo mikirin apa sih cuy?" timpal Azka yang sontak menepuk bahu Alaska yang tengkurap memainkan ponselnya di dalam kamar.
"Gak lagi ngapa-ngapain," singkat Alaska.
"Etdah bocah, singkat amat jawabnya,"
"Menurut lo gue gebukin cowok brengsek tadi itu salah gak ya? Apa gue harus minta maaf? Secara gue udah bikin Yesa kecewa Ka?"
Pertanyaan Alaska yang dilontarkannya membuat Azka syok, dan makanan yang ia telan pun, menjadi salah alur masuknya.
Uhuk...
Uhuk...
Uhuk...
"Eh, kenapa lo? Makan ampe keselek segala, nih minum kopi dulu nih," tukas Alaska yang memberikan gelas berisi kopi hangat milik Azka ke tangannya.
"Lo yang minta maaf? Aduh Ka, buka tuh mata! Lo gak salah di sini! Yang salah itu Yesa, yang udah berkhianat di belakang lo yang pasti dan jelas adalah pacarnya!" tutur Azka seusai menyeruput kopi hangat miliknya.
"Iya tapikan tadi gue juga salah Azka, main gebukin anak orang tanpa bicara baik-baik dulu, dan gue juga liat tadi Yesa kecewa banget ama gue," pungkas Alaska lagi.
“Alaska, gue memang gak sepinter lo dalam akademik, tapi seenggaknya gue gak bodoh-bodoh amat perihal perasan! Lo tau, Yesa udah putusin lo! P-u-t-u-s!” tukas Azka dengan penekanan pada Alaska yang tertegun mendengarnya. Ingin membantah tapi apa yang dibilang Azka itu semua benar.
"Gini ya Alaska, emak gue pernah berkata! Jangan pernah mencintai orang yang hatinya separo buat lo! Karena apa? Karena dia gak beneran sayang dan serius jalanin hubungannya sama lo. Dan lagi pula, pasangan yang udah mengkhianati pasangannya seperti yang dilakukan Yesa sama lo, itu udah akhir Ka! Percaya sama gue, kalo lo gak percaya juga silahkan tanya sama orang di luar sana, kalo orang beneran sayang sama kita, dia gak bakalan selingkuh ka! Apalagi udah kiss kayak gitu," jelas Azka pada Alaska yang sontak terdiam.
"Terus gue harus apa Azka? Gue gak mau kehilangan Yesa, walaupun dia bilang gitu. Gue yakin, dia gak beneran," lirih Alaska dengan nada sedihnya.
"Boleh, lo kecewa Ka. Tapi jangan mau di bodohin, karena lo cinta!" ingat Azka lagi pada Alaska yang masih terdiam.
"Itu gue tau, tapi kalo gue kehilangan Yesa, yang bakalan nyesel itu gue Ka, Lagian gue udah berniat buat seriusin Yesa, Azka," bantah Alaska lagi. Karena semakin Azka berkata, maka Alaska semakin tegar untuk menentangnya.
"Kalo itu terserah lo Lang! Gue sebagai sahabat udah ngingetin lo! Kalo wanita yang mencintai prianya, dia gak cuma nuntut untuk ditreat like a Queen! Tapi dia juga bisa treat like a king pacarnya! Bukan cuma itu, dia juga harus bisa setia!" ujar Azka dengan nada yang lagi pada Alaska.
Alaska kembali menghela napas dan membenamkan kembali wajahnya di bantal yang kini ia tiduri. Bukannya tak ingin mendengarkan pendapat yang dilontarkan oleh Azka hanya saja ia tak ingin kehilangan gadis yang amat ia cintai.
"Kalo menurut kata gue ya Ka, cewek kayak Yesa itu sekali-kali harus dikasih pelajaran biar dia ngerti dan tau rasa," timpal Azka lagi pada Alaska.
"Kasih pelajaran gimana maksud lo? Gue harus nyakitin dia juga?" tanya Alaska dengan nada bicara yang membantah.
"Tuh kan, dibilangin malah ngebantah aja terus, capek deh gue punya sahabat goblok kayak lo! Cinta boleh, tolol ya jangan kali! ini itu namanya udah pembodohan beratas namakan cinta! Kalo memang dia cinta, gak bakalan nyakitin lo Ka, percaya ama gue," ulang Azka yang entah ke berapa kalinya. Tapi emang dasar Alaska pria super setia dan gak mau kehilangan wanita yang berkali-kali mengkhianatinya.
"Lo pikir gue seneng apa Azka, diginiin? Yang ada makan hati tau gak, gue tulus ke pasangan gue. Kadang gue mikir Ka, gue insecure mungkin salah satu alasan Yesa gitu karena gue. Gue bisa kasih apa yang dia mau, karena gue gak mampu buat itu. Lo tau kan? Yang gue punya cuma motor bebek yang selalu dibawa kemana-mana, gue gak punya mobil, gue gak punya barang branded, gue..,"
"Sssttt, hidup itu bukan tentang keluhan! Tapi tentang bagaimana perjuangan lo biar bisa ngerti artinya sebuah kesuksesan dengan langkah kaki sendiri! Kalo itu yang mau lo ikutin, gue gimana?" tanya Azka.
"Gimana apanya?"
"Iya intinya, jangan pernah mengeluh, apapun yang lo hadapin saat ini adalah satu langkah menuju kesuksesan. Mungkin mereka bilang, kalo lo gak punya mobil, baju atau barang branded, tapi siapa yang tau nantinya? Lo pasti akan bisa lebih dari pada mereka, tapi kalo untuk kembali minta maaf ke Yesa, gue saranin jangan! Jangan bikin harga diri lo jatuh, dan Yesa semakin leluasa menginjak. Lagian Yesa udah tinggalin lo Ka!” tukas Azka lagi pada Alaska.
Dan tampaknya Alaska paham dengan apa yang diingatkan oleh Azka pada dirinya, tapi dalam hati, Alaska masih tampak bimbang dan ragu, harus mengikuti kata hati atau mengikuti kata Azka.
Sedangkan rasa cintanya pada Yesa lebih besar dari segalanya.
Dan hal yang paling ia takuti adalah sebuah kehilangan.
Tapi mereka tidak ada yang paham.
***
Malam ini, Alaska kembali menatap layar ponselnya, ia berharap jika malam ini ada sebuah notif masuk dari Yesa untuk dirinya, atas kejadian tadi siang.
Setengah jam rasanya sudah cukup bagi Alaska menatap layar ponselnya, ia hanya melihat tanda 'online' dari wa Yesa, tapi ia tidak mengetahui siapa yang sedang di hubungi kekasihnya itu.
Yah yang lagi-lagi harus merasakan overthingking.
__________
Chat
Malam by|Alaska
__________
Centang abu terlihat, tapi belum menjadi centang biru.
Alaska yang menunggu dengan penuh harapan agar segera dibalas, tapi belum juga dibalas.
5 menit kemudian.
___________
Chat
Yesa|Lagi chat temen
Masih marah ya ama
Alaska karena masalah tadi siang?|Alaska
Yesa| Apaan sih, udah dibilang. Kita udah putus!
Alaska ke rumah sekarang ya|Alaska
___________
Nomor diblokir.
Balasan Yesa yang kali ini membuat Alaska semakin kacau, dan jantungnya kembali berdetak tak karuan karena balasan yang di berikan Yesa untuknya tidak sesuai harapan.
Malam ini memang tenang, tapi tidak dengan hati Alaska yang harus merasakan gundah dan lelah.
“Diblok?” lirihnya sendiri dan mengacak panik rambutnya saat melihat nomornya di blok oleh Yesa.
"Woy! Lo kenapa? Nih gue bikinin kopi hangat ala anak kost, dan juga mie goreng pedes telor ceplok kesukaannya lo!" tukas Azka yang baru datang dengan makanan yang ada di tangannya.
"Tumbenan baik lo!" celetuk Alaska.
“Gue gak mau,” elaknya lagi.
"Emang udah baik dari dulu! Lo aja tuh yang terlalu sibuk dengan Vero Ampe lupa sahabatnya sendiri. Gue tau kok kalo Yesa itu gak seriusan dalam mencintai lo! Lah kok gak mau sih? Gue udah capek tau gak masakkin ini buat lo, tega banget sih lo!" timpal Azka lagi.
"Tau ah Ka, gue bingung," lirih Alaska lagi.
"Udah jangan galau! Mendingan nikmatin dulu makanan yang gue masak ini," tukas Azka lagi pada Alaska.
“Gue diblok sama Yesa, Ka,”
-----
“Alaska, kok lo malah main tinggal gue aja sih sama tu orang di depan?” Dengus Azka yang berlari mengejar Alaska yang bergegas masuk ke dalam rumah."Gue gak mau bergulat dengan masa lalu yang udah bikin gue tertatih! Gue gak mau harus mengulang sejarah sama orang yang berulang kali bikin gue kecewa. Dia hadir, cuma gak mau anak yang ada dalam perutnya itu lahir tanpa ayah. Gue tau, kalo gue jahat gak mau dampingin dia, karena jujur dari hati yang paling dalam gue masih sayang sama dia Ka!” tutur Alaska seraya menyeka air mata yang ikut tumpah ketika mulutnya melontarkan kalimat yang membuatnya pilu itu.“Sayang sama orang salah! Itu karma buat dia, karena udah nyakitin perasaan orang yang tulus sama dia, dan gak mau ngerusak dia sama sekali,” timpal Azka dan menepuk pundak Alaska.“Entahlah Ka, mendingan lo suruh Yesa pulang aja. Gue gak mau nanti salah paham,” titah Alaska pada Azka yang menatapnya datar, lalu beranjak
Setiap manusia punya sisi kelemahannya masing-masing. Dan salah satu sisi kelemahan gue adalah hidup tanpa lo!••Fajar kembali menyingsing. Sesekali melihatkan diri akan satu hal yang membuat seluruh manusia di bumi melanjutkan aktivitasnya. Alaska sempat beberapa kali berdecak kagum dalam hati, ketika menatap semesta begitu bersahabat, terlebih pagi ini tampak rindang dan sejuk, juga tenang. Gak seperti biasanya.Alaska mencoba menghirup udara segar yang kali ini membuat pikirannya sedikit tenang, dari segala beban masalah yang menghampirinya. Angin sepoi-sepoi pun ikut bahagia, dengan hadirnya Alaska pagi ini yang tampak seperti Langit biru di angkasa.“Alaska!” kaget Azka yang baru saja datang dari belakang.“Lo Ka, ada apa?” tanya Alaska pada Azka lagi.“Gak ada sih, lagi pengen nyantai aja hari ini. Rasanya tenang banget ya, kalo kayak sekarang,” pungkas Azka.“Iya enak
‘Siapa bilang lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati? Nyatanya lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati!’ ujar Alaska pada dirinya sendiri yang tatkala sedang membawa motor menuju kostnya.Rasanya ia bermimpi, bahwa apa yang terjadi pada dirinya saat itu hanyalah sebuah delusi yang membawanya dalam sebuah kesengsaraan, tapi ternyata salah! Itu adalah sebuah kenyataan yang harus di terima disaat semua tak satu pun berpihak pada kita.Oh ternyata begini, rasanya menjadi dewasa. Setelah bertahun, hanya mendengar kita dari orang lain yang selalu mengeluh lelah menjalani hidupnya. Meskipun tak pernah mengusik, tapi kenapa Alaska selalu di hadirkan orang yang tak pernah memberi ketenangan pada jiwanya yang tergolong lelah itu. tak terasa hampir bentar lagi Alaska sampai di rumah kostnya. Baru sebentar ia tinggal, rasa rindunya sudah menyeruak menyesakkan dada. Sama seperti halnya ketika ditinggal oleh orang yang terkasih, baru saja sebentar tapi rindunya ud
Biarkan semua berjalan sesuai alurnya. Mengikuti proses sebagaimana mestinya, tak perlu berhayal tinggi dalam menjalan kan kehidupan yang nyatanya keras dan begitu kejam. Cinta bahkan tak peduli berapa besar rasa yang harus ia korbankan, bahkan luka juga tak mau tau berapa perih yang harus ia sembuhkan untuk tetap bertahan.“Bang Alaska, enak gak kuliah di Jakarta?” tanya Shania yang sedari tadi sibuk memperhatikan Alaska yang tengah berberes.“Kenapa kok nanya gitu? Emang Shania juga mau kuliah di Jakarta?” tanya Alaska lagi.“Hm, pengen tau aja bang. Karena masih takut karena belum pernah jaoh dari mama sama papa, rasanya Shania masih belum siap buat itu,” jelas adiknya yang membuat Alaska melihat kan lengkung bulan sabit di bibirnya.“Gak ada yang perlu di takutin kok Shania, semuanya juga akan jadi terbiasa. Apalagi disana, bisa lebih mandiri dari pada harus selalu tinggal sama orang tua. Tapi kalo Shania, jan
Alaska berada di kamarnya dulu sewaktu masih berada di kampung. Bahkan satu pun tak ada yang berubah, hingga ia hampir saja tak ingin beranjak dari kamar itu untuk melepas kerinduan.Sementara ia harus balik ke kota untuk kembali melanjutkan hidupnya di rantau menjalani pendidikan yang hampir selesai ia tempuh. Semua rasanya terasa kembali dalam ingatan Alaska, dimana dulu ini adalah kamar pertama ia sewaktu selesai khitan. Dan ini adalah kamar dimana ia menumpahkan segala kerisauan dalam hatinya, sesekali memetik senar gitar yang hampir terlupakan olehnya. Alaska yang dulu hanya berdiam diri di kamar tanpa ada yang mau berteman dengannya, bahkan ia tidak terlalu terbuka untuk berbagai hal yang sontak membuat sekitarnya ingin menjadikan Alaska sebagai menantunya. Alaska hanya tertegun ketika mengingat semua itu, ia harus kuat tak ada lagi Alaska yang harus rapuh ketika mengingat masa lalu yang begitu menghancurkan dirinya. Flashback adalah salah satu cara terbodoh yang
“Alaska tetap gak mau buat di jodohin pa, ma!” Bantah Alaska di hadapan pak Asep yang hanya bungkam dan sesekali menatap istrinya, seakan ia bersalah atas perjanjian yang mereka lakukan dua puluh tahun silam, sejak awal anak mereka masih dalam kandungan.“Apa alasan kamu gak mau Alaska? Gak sopan banget kamu ya, lancang banget di depan pak Asep ngomong gitu!” Bantah papa Alaska dengan nada yang meninggi, sedangkan di ruang tamu para manusia yang ada disana, sangat gugup dan sontak menjadi canggung.“Pah, Alaska minta maaf ya kalo kali ini Alaska harus nolak permintaan papa sama mama buat di jodohin, Alaska sadar kok kalo itu udah bikin Alaska jadi anak durhaka. Tapi Alaska minta pengertian mama sama papa, juga pak Asep. Kali ini, Alaska pengen nikmati masa muda dulu, dan cari pekerjaan yang bener-bener bikin Alaska mapan, dan siap menanggung semuanya. Sedangkan sekarang? Alaska masih berstatus kan mahasiswa,” tutur Alaska berharap ay