แชร์

Baru Saja Diusir

ผู้เขียน: Juniarth
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-25 23:53:33

Ralin tidak bisa berkata tidak jika sudah seperti ini.

“Baiklah.”

“Dimana rumah makan yang menyajikan menu seperti itu?” Lewis bertanya.

Ini hanya menu sederhana tanpa bumbu yang rumit. Tapi karena Levi terlahir dari keluarga yang sangat terpandang, Ralin malu jika harus mengajak mereka ke rumah makan sederhana.

Akhirnya dia mendapatkan satu restauran yang dirasa cocok untuk keluarga Levi.

Kemudian seorang laki-laki seperti bodyguard itu pergi mengambil mobil. Sedang Ralin dan lainnya menunggu di tepi jalan.

Karena Levi tidak bisa diam, akhirnya Ralin mengalihkan perhatian bocah tampan kecil itu dengan berjalan di sepanjang trotoar lalu kembali ke titik semula. Ia juga mengajari Levi menghitung langkah kaki dengan sabar.

Itu semua tidak lepas dari pengamatan Lewis. Karena kesibukannya, membuat sebagian besar waktu bersama Levi akhirnya menguap.

Ketika mobil mewah seperti milik para artis itu tiba, Ralin menggandeng tangan Levi dengan satu tangannya menggeret koper.

“Biar koper Bu Ralin diangkat bodyguard saya,” ucap Lewis.

Kepala Ralin mengangguk kemudian dipersilahkan duduk di kursi tengah dengan memangku Levi. Sedang Lewis duduk di sebelahnya dengan begitu sopan dan berwibawa.

Ralin tidak menyangka jika Levi memiliki seorang ayah yang luar biasa tampan, bersahaja, dan penuh kasih sayang.

Di dalam mobil pun Levi tidak bisa duduk dengan tenang. Akhirnya Ralin mengalihkan perhatian Levi dengan mengajaknya bercanda dan berbicara apapun. Hingga tawa keduanya membuat Lewis tersenyum tipis.

“Halo, Bunda. Levi udah ketemu.”

Ralin melirik Lewis yang tengah menghubungi keluarganya.

Sesampainya di restaurant, Ralin kembali menggandeng Levi dan mengajaknya berbicara. Entah bocah itu memahaminya atau tidak, yang terpenting Levi harus diajak berkomunikasi.

Sedang kedua baby sitternya hanya diam dan mengikuti langkah mereka.

Setelah pramusaji mencatat menu yang Ralin pesan dengan bumbu sederhana yang ia pinta, Levi masih saja tidak bisa duduk dengan tenang.

“Levi, duduk yang manis,” ucap Lewis.

Tapi ia justru memberontak dan ingin mengitari restaurant.

“Tidak masalah, Pak. Biar saya ikuti.” Ralin mengalahi.

Ralin mengikuti kemana Levi berjalan meski sebenarnya kakinya cukup lelah. Tapi bagaimana lagi, Levi seperti ini pasti karena es krim dan coklat yang tadi dilahap.

Dengan sabar dan menahan lelah, Ralin terus mengikuti Levi. Bocah lelaki ini harus menghabiskan energi berlebih dalam tubuhnya. Hingga menu yang dipesan tersaji begitu harum di atas meja.

Ralin segera membujuk Levi untuk kembali ke meja dan beruntunglah bocah itu menurut. Dengan telaten, Ralin menyuapi Levi dan mengajarinya mengenal menu sehat itu.

“Maaf, Bu Ralin, Levi benar-benar lepas kendali.” Lewis meminta maaf.

“Itu hal yang wajar pada anak seperti Levi, Pak. Apalagi dia tadi sempat melahap beberapa makanan mengandung gula saat saya menemukannya.”

Lalu Ralin mengatakan bagaimana dia menemukan Levi. Lewis pun langsung memberi tatapan tajam pada kedua baby sitter Levi yang hanya bisa menundukkan kepala sambil berdiri.

“Anak seperti Levi tidak diperkenankan mengkonsumsi makanan dengan kadar gula berlebih, Pak. Semua makanannya jauh lebih sehat kalau diramu dengan komposisi tepat dan dimasak sendiri dari rumah.”

Kedua alis Lewis berkerut mendengar penjelasan itu.

“Levi tidak boleh mengkonsumsi gula? Mengapa begitu?”

Ralin makin bingung dengan sikap Lewis lalu menjelaskan semuanya. Dan ternyata Lewis sama sekali tidak mengerti tentang aturan diet yang harus Levi terapkan sehari-hari karena kesibukannya.

“Pihak sekolah sering mengingatkan dan memberi referensi beberapa menu sehat yang bisa dikonsumsi anak-anak khusus seperti Levi, Pak.”

Lewis kemudian menatap kedua baby sitter Levi dengan wajah menahan kesal.

“Mengapa saya tidak pernah tahu tentang pola diet yang harus Levi jalani?! Mengapa kalian juga diam saja waktu Levi memakan kue ulang tahun sepupunya kemarin?! Sebenarnya kalian bisa kerja nggak?!”

Kedua baby sitter itu menunduk takut ketika Lewis kembali membentaknya!

“Saya membayar mahal kalian untuk menjaga dan merawat Levi! Bukan membiarkan Levi seenaknya makan menu yang bertentangan dengan gangguannya! Lalu selama ini apa yang kalian lakukan?!” 

Akhirnya suasana restaurant menjadi tidak kondusif karena Lewis memuntahkan amarahnya yang tidak bisa dibendung lagi. Dia sangat kesal dengan kedua baby sitter Levi yang tidak becus.

Melihat itu, Ralin pun bertanya-tanya.

‘Kenapa Levi diserahin ke baby sitter? Kemana ibunya?’ Batinnya.

Namun Ralin memilih menyimpan pertanyaan itu dan terus mengajari Levi malahap menu sehat itu meski tidak sepenuhnya habis. Kentara sekali jika Levi hampir tidak menerapkan pola makan yang sehat sesuai anjuran.

“Saya menyerahkan semua urusan Levi pada kedua baby sitternya. Otomatis mereka juga yang mendapatkan informasi tentang apa yang boleh dan tidak boleh Levi konsumsi. Tapi mereka tidak bilang pada saya, Bu Ralin.” Kesal Lewis.

Karena suasana tidak kondusif, Ralin pun tidak ingin menambahnya dengan kerumitan.

“Tidak apa-apa, Pak. Yang sudah terlanjur, biarkan saja. Yang terpenting untuk selanjutnya, pola asuh dan makan Levi harus lebih diperhatikan. Agar gangguan perilakunya tidak mendominasi.”

Lewis mengangguk kemudian menatap putra semata wayangnya yang sedang belajar mencicipi makanan.

Karena waktu hampir menjelang malam, Ralin pun teringat jika dirinya belum memiliki tempat bernaung.

“Pak, saya permisi dulu. Saya masih ada urusan yang lain.”

“Terima kasih banyak, Bu Ralin. Saya berhutang budi banyak pada anda.”

Kemudian Lewis segera mengeluarkan beberapa uang berwarna merah dari dompet.

“Tolong diterima. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Bu Ralin. Saya benar-benar berterima kasih.”

Kepala Ralin menggeleng.

“Saya ikhlas, Pak. Tidak masalah.”

Kemudian Ralin mengusap kepala Levi dan berkata …

“Levi, jangan makan coklat lagi ya? Jadi anak yang pintar ya, sayang. Bu Ralin pergi dulu.”

Lalu Levi menggeser piring makannya ke hadapan Ralin …

“Makan.”

“Levi disuapi Ayah, ya?”

“Makan.”

Levi terus menatap Ralin dan ingin disuapi seperti tadi. Tapi Ralin tidak memiliki banyak waktu.

“Levi, ini sudah malam. Bu Ralin harus pulang.”

“Makan.”

Sedari tadi hanya kata ‘makan’ yang bisa Levi katakan tapi Ralin juga harus mencari penginapan.

“Pak, bisakah anda membujuk Levi? Saya harus pergi.”

Lewis kemudian membujuk Levi dan mengambil piringnya.

“Bu Ralin harus pulang, Lev. Ayah suapin, ya?”

Levi menggeleng dan menatap Ralin dengan wajah tidak berdosanya. Saat Lewis berusaha menyuapi Levi, tiba-tiba saja Levi menyingkirkan tangan Ayahnya itu hingga sendok dan isinya terjatuh ke lantai.

“Levi!” Lewis reflek membentaknya.

Levi nampak ketakutan lalu Ralin segera memeluknya. Dia paham sekali jika anak seperti Levi tidak mudah untuk diajak kerja sama atau mengatakan apa yang dirasakan.

“Maaf, Bu Ralin.”

“Semuanya bisa dibicarakan baik-baik, Pak. Kasihan Levi kalau dibentak.”

Ralin menatap wajah bersalah Lewis sembari memeluk Levi yang melengkungkan garis bibirnya.

“Maaf, dimana rumah Bu Ralin?”

“Maaf … ada apa bertanya rumah saya, Pak?”

“Bisakah Bu Ralin ikut saya pulang sebentar sampai Levi tenang? Nanti saya akan menyuruh sopir untuk mengantar. Bagaimana?”

Ralin berpikir sejenak dan memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Meski itu memalukan. 

“Saya … baru saja diusir, Pak. Oleh karena itu, saya pamit pergi karena mau mencari penginapan sebelum hari makin malam.”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Rahma Wati
kemana y istrinya lewis
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Menjadi Pusat Perhatian

    Lewis mengangguk lalu mempersilahkan asisten pribadinya membuka pintu ruang kerja.Kemudian terpampanglah sekretarisnya, Ardi, bersama seorang ... wanita.Mengenakan setelan kerja berupa blazer warna abu-abu berlengan panjang dengan inner berupa tank top warna hitam sebatas dada atas. Mengenakan rok pendek di atas lutut lima centimeter.Memperlihatkan kaki jenjang, merit, dan mulusnya yang bisa membuat lelaki manapun tertarik untuk meliriknya.Rambutnya digelung rapi dengan riasan flawless yang tidak menor. Tapi cukup membuatnya nampak anggun.Lalu ketukan heelsnya seperti detik jarum jam di tengah sepinya malam. Mampu membelah kesunyian dan magnet alam seakan tertarik padanya. Dan senyum manisnya tergambar jelas sembari menatap Lewis tanpa keraguan.Keduanya berdiri tidak jauh dari meja Lewis. Sedang asisten Lewis berdiri di sebelah Lewis dengan meletakkan kedua tangan sopan di depan tubuh.Lewis menatap sekretarisnya, Ardi, dan bertanya."Apa dia calon penggantimu?"Kepala Ardi menga

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Tetap Menggairahkan

    Lewis menahan senyum kemudian membuka selimut perlahan. Turun dari ranjang lalu menarik tangan kiri Ralin untuk keluar dari kamar. "Mau kemana, Den Mas?"Lewis meletakkan telunjuk kanannya di depan bibir dan mengedipkan sebelah mata. Dan Ralin mendadak langsung meleleh seketika. Tidak bisa Ralin pungkiri jika ada letupan gairah yang mendadak naik ke puncak ubun-ubun. Dia juga sudah lama berpuasa dari sentuhan Lewis. Namun dia tidak menyangka jika Lewis akan jauh lebih agresif meminta haknya ketimbang dirinya. Hingga kedua pipinya terasa panas karena malu dan pasti sudah bersemu. Oh ayolah, mereka sebelumnya adalah janda dan duda. Namun entah mengapa sekarang kelakuan mereka seperti pasangan muda yang baru menikah. Tanpa banyak bertanya, Lewis membawa Ralin menuju kamar Levi yang kini jarang ditempati. Sudah pasti karena Levi selalu menghabiskan jam tidurnya di kamar kedua orang tuanya. Setelah pintu tertutup dan dikunci, Lewis memojokkan Ralin di tembok dan mulai membelai pipi is

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Aku Hanya Bisa Short Time

    Ralin mengangkat telfonnya dan menunjukkan riwayat panggilannya dengan Zaylin dua jam yang lalu. Mengetahui itu, Lewis segera mengambil ponsel Ralin lalu meremasnya kuat. Menatap kedua mata istrinya itu dengan tatapan tajam. "Tunggu di kamar. Jangan kemanapun!" ucap Lewis tegas."Kamu mau kemana, Den Mas?" Tanya Ralin."Aku bilang ... te-tap di ka-mar!"Perintahnya seperti sebuah titah yang tak terbantahkan. Ralin yang juga mengalami sedikit cidera di kaki kanannya, tidak mungkin bisa menghentikan Lewis yang sedang dikuasai emosi.Ralin hanya bisa melihat suaminya itu pergi dari kamar dan tetap berdiam diri. Kepalanya lantas menggeleng dan mengingat percakapannya dengan Zaylin. Mantan istri Lewis itu menjelaskan semuanya secara detail pada Ralin. Tanpa filter apapun. Padahal Ralin itu mudah merasa tidak enak dan mengalah. Alhasil, dia dilanda stres di masa pemulihan yang mengharuskannya untuk lebih tenang dan sabar menghadapi ini semua. Lewis telah berjanji akan mengatakan segalan

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Susah Memiliki Keturunan

    Usai dari kantor, sore itu, Lewis segera menuju restaurant tempat Akhtira menunggunya. Sebenarnya, dia lelah sekali karena harus merampungkan banyak pekerjaan yang sempat menumpuk.Namun rasa lelah itu terabaikan karena akan membahas kesehatan Ralin, terutama rahimnya.Ada kecemasan yang menyelinap ke dalam hatinya.Apakah Rahim Ralin mengalami cedera pasca kecelakaan itu? Ataukah ada hal yang sangat krusial yang membahayakan rahimnya?Dan Lewis bersumpah, bahwa dia tidak akan memaafkan Antony jika rahim Ralin bermasalah karena perbuatannya. Dia rela mengajukan pemberatan hukuman pada Antony jika rahim Ralin terbukti bermasalah!Dia memiliki kekuasaan, harta, dan koneksi yang akan mendukung dan menguntungkannya. Sedang Antony dan keluarganya, mereka tidak ada seujung kuku keluarga Hartadi.Begitu tiba di lokasi restaurant, Lewis berjalan dengan cepat diikuti asisten pribadinya. Matanya yang terlapisi kacamata bening dengan cepat memindai keberadaan Akhtira yang sudah menunggu di kursi

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Noda Darah Di Baju

    Tangan kanan Lewis memar karena terlalu keras memukul Antony. Dia merasa masih kurang dan emosinya masih bergejolak.Antony terlalu arogan dan itu membuat Lewis tidak memberinya ampun. Berbeda dengan para komplotan yang tadi masih menunjukkan sisi ketakutan.“Pak, apa perlu saya antar ke IGD dulu sebelum kembali ke kamar Nyonya?”Lewis tidak menjawab. Membiarkan rasa nyeri itu merajai punggung tangannya. Lalu mengambil ponsel dan menekan nomer kepala tim.“Selamat siang, Den Mas. Ada yang bisa dibantu?”“Apa Antony masih hidup?”“Masih, Den Mas.”“Beri tahu dia. Kalau seumur hidupnya akan berakhir di jeruji besi. Di tempat yang jauh dari keluarganya.”“Baik.”“Dan satu lagi, katakan padanya agar tidak muncul di hadapanku, Ralin, atau keluarga besarku. Tidak ada maaf baginya!”Keputusan Lewis sudah final.Ini pertama kalinya dia begitu kejam pada seseorang. Namun ini masih jauh lebih baik dari pada Luis yang bertindak.Kemudian Lewis menghubungi tim advokat keluarga Hartadi dan menyampa

  • Diusir Suami, Dimanjakan Tuan Presdir   Singkirkan Dia

    Lewis mengetuk pintu kamar inap Ralin kemudian membukanya perlahan. Ralin yang sedang dibantu makan dan minum oleh ibunya kemudian menoleh.Setelah menutup kembali pintu kamar, Lewis berjalan mendekat dan meletakkan satu buket bunga sederhana di meja.Lalu senyum Ralin mengembang, “Makasih, Den Mas.”“Sama-sama.”Kemudian Lewis duduk di sebelah Ralin dengan senyum sama mengembangnya. Seakan tahu jika anak dan menantunya butuh waktu berduaan, ibunya Ralin kemudian beralasan.“Lew, tolong suapin Ralin.”Kemudian Lewis menerima mangkok berisi sarapan lembut Ralin.“Ibu mau kemana?”“Sarapan bentar sama Bapak. Udah nunggu di luar dari tadi.”Setelah pintu ditutup, Lewis kemudian menyuapi Ralin perlahan.“Aku nggak pernah nyuapin Levi. Tapi mendadak jadi nyuapin kamu.”“Kamu kurang akrab sama anakmu sendiri, Den Mas.”Lewis menyuapi Ralin untuk pertama kalinya hingga habis kemudian datanglah dokter dan perawat untuk melakukan kunjungan.Mengecek keadaan Ralin dan bekas luka serta jahitan.L

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status