แชร์

Istri Kutukan Sang Presdir
Istri Kutukan Sang Presdir
ผู้แต่ง: Nathalie

Pagi yang Menyebalkan

ผู้เขียน: Nathalie
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-08-02 18:26:42

"Lydia! Sudah jam berapa ini, mana sarapan saya!"

Suara teriakan menyebalkan menyapa telinga Lydia dari ponsel terbaru keluaran salah satu merk ternama. Hadiah dari bos tampan nan menyebalkan.

"Eeh, iya pak ini saya sudah antri kok di depan!" sahutnya dengan gugup.

"Cepetan saya tunggu 20 menit atau …,"

"Gaji saya dipotong? Iya kan pak?!" tanya Lydia dengan senyum yang dipaksakan.

Pria yang ada di seberang sana tergelak, lalu menjawab lagi dengan suara tak kalah kerasnya.

"Bagus kalau kamu tahu! Saya nggak suka menunggu dan nggak suka karyawan lelet!"

Lydia sampai harus menjauhkan telinganya dari ponsel saking kerasnya suara si bos gila yang setiap hari kerjaannya hanya mengomelinya.

"Siap pak, bentar lagi say …,"

Terdengar suara sambungan telepon terputus. Lydia hanya bisa membelalakkan matanya tak percaya. Sumpah serapah pun meluncur tanpa permisi dari mulut mungilnya.

"Br***sek, bos gila, nggak waras, edan, kurang sak strip! Coba aku nggak butuh duit udah resign dari kemarin!" katanya seraya mengumpat pada ponselnya.

Tingkah lucunya itu rupanya diperhatikan Alan, pegawai coffee shop langganan Lydia. Ia tertawa melihat wanita cantik itu mengumpat dan bermonolog setiap hari setiap waktu dan di jam yang sama.

"Mbak Lidya, emang nggak bisa diganti ya jadwal ngomelnya?" tanyanya iseng seraya meyerahkan kantung berisi pesanan Lydia.

"Nggak bisa mas, kalo bisa direvisi sudah dari kemarin saya wisuda dari tu kantor!" jawab Lydia kesal tapi tidak meninggalkan senyum pada bibir tipisnya.

Alan terkekeh, "Besok kalo mau wisuda bilang-bilang ya mbak biar saya bisa datang ke wisudanya mbak?" candanya lagi.

"Hhmm, bawain kembang setaman ya mas jangan lupa kadoin sekalian! Puas bener liat penderitaan saya nih masnya!" sahut Lydia seraya mengulurkan selembar uang ratusan ribu pada Alan.

"Nih bonus buat mbak Lydia, biar stock sabarnya tambah banyak!"

Alan menyodorkan kembalian sekaligus segelas kopi latte panas dan sandwich ayam jamur untuk Lydia.

"Eeh apaan niih? Sogokan yaa buat deketin Arum?" tanya Lydia bingung.

Alan tersenyum kecut, "Bukan mbak ini buat mbak aja bonus sebagai pelanggan ke nomor sekian yang selalu marah-marah di depan kasir!"

"Hhm, sialan kamu ngeledek ya! Tapi, thanks ya bonusnya. Besok lagi bisa request pake nasi goreng aja nggak, kalo roti saya suka laper lagi!" tawar Lydia seraya mengedipkan mata sebelah.

"Diiih nawar, sudah gratis juga pake ngelunjak nih mbaknya!" Alan tergelak.

Lydia pun ikut tertawa, ia segera pergi dan melambaikan tangannya pada Alan. Sudah hampir 20 menit, si bos arogan itu pasti akan memarahinya. Dengan setengah berlari Lydia menyusuri lorong menuju ruang Direksi.

Ia kembali melirik jamnya, dan tanpa sengaja menabrak seorang wanita cantik berambut ikal dengan pakaian formal berwarna salem. Topi bulat besar dengan pita cantik hampir saja menutupi seluruh wajahnya.

"Oh ya ampun, maafkan saya Bu!" ujar Lydia yang dengan tergesa segera meninggalkan wanita itu.

Wajah wanita cantik itu tanpa ekspresi, ia hanya melirik ke arah Lydia. Melanjutkan kembali berjalan, tapi baru lima langkah wanita itu berhenti dan berbalik menatap punggung Lydia dengan sebuah senyuman misterius.

"Gadis itu, aku menyukainya! Kita akan bertemu lagi sayang … yah, kita akan bertemu lagi!"

Wanita dengan senyuman misterius itu kembali melenggang meninggalkan lorong. Desiran aneh menyapa Lydia sesaat setelah dirinya menabrak wanita tadi. Bulu kuduknya berdiri seketika seperti baru bertemu hantu.

Lydia mengusap tengkuknya. Ia berbalik untuk melihat wanita yang berpapasan dengannya tadi tapi wanita cantik itu sudah menghilang.

Suasana lorong Direksi yang sepi dan lengang membuat Lydia sedikit ngeri.

"Siapa dia? Bukan hantu kan?" gumamnya seraya kembali berjalan.

Lydia segera memasuki ruangan direksi tempat Wisnu berada, dengan tergesa ia meletakkan sarapan dan kopi pesanan Wisnu di meja tamu.

"Sarapan sudah siap pak!" ujar Lydia tanpa memperhatikan keberadaan Wisnu.

Lydia masih memberikan sentuhan akhir agar makanan yang ia bawa rapi tidak berantakan saat perlahan mulai menyadari ada yang aneh.

Kok sepi, nggak ada jawaban?

Lydia spontan melihat ke arah meja kerja Wisnu. Kosong, tidak ada siapa pun yang duduk disana.

"Haaaiish, sialan ni si bos satu! Ngerjain nggak tanggung-tanggung!" gerutunya lagi.

Ponselnya kembali berdering, sebuah nama tertera dengan panggilan 'Bos Galak' disertai emoticon Devils.

"Cck, ni dia si biang kerok!"

"Ya pak, saya sudah di ruangan lengkap dengan sarapan bapak plus kopi panas." jawab Lydia sopan tapi ekspresi nya menahan kesal.

"Taruh aja disitu, kamu kelamaan saya keluar dulu mau sarapan di luar sama ibu!"

"Eeh, terus ini kopi gimana nasibnya pak, dingin dong?!" Protesnya dengan berani pada bosnya.

"Buat kamu aja, habisin juga sarapannya biar gemukan dikit biar enak dilihat! Oke saya ke kantor lagi jam 10 an!"

"Eeh, tapi pak nan …," kembali lagi Lydia belum selesai bicara Wisnu sudah menutup panggilannya.

"Aaaargh, gilaaaaa!! Bos edan! Nyebeliiin!" Teriaknya kencang.

Dia membanting ponselnya ke sofa dan mengacak rambut panjangnya dengan kasar.

"Udah capek-capek ngejar waktu buat dapetin sarapan juga! Astaga ini orang, sabar bener dah!"

Lydia meluapkan kemarahannya dengan memakan sarapan Wisnu sambil membayangkan yang dikunyah dalam mulutnya adalah si bos yang menyebalkan.

"Tunggu jam 10? Dia ada meeting sama Barata group jam 9 aduh mampus gue!" Lydia langsung menepuk jidatnya bergegas menuju mejanya dan mengambil jadwal harian.

"Nah bener kan meeting jam 9! Kan gue lagi … gue lagi yang kena ini!"

Ia kembali menggerutu sambil memijit nomor telepon tujuan Barata Group untuk menjadwal ulang meeting.

Lydia memasang wajah sok tenangnya, dan mengatur nada suara agar tidak terdengar panik.

Bos gila, anda harus membayar mahal saya untuk ini!

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Kenyataan Pahit

    Frans mengambil kamera kecil tersembunyi lalu mengarahkan pada meja Shella.Mila datang dengan secangkir kopi dan cemilan kesukaan Frans, Apple strudel."Thanks sayang," Mata Mila menangkap kamera kecil milik Frans, "Frans?" Ia meminta dari penjelasan Frans."Sorry, didepan sana ada target penyelidikan. Kau lihat pasangan di dekat jendela sana? Itu Shella menantu tuan besar Dhanuaji." "No, kau bercanda kan? Mana mungkin, bukankah Shella itu sudah bersuami? Wisnu kan, terus siapa laki-laki bule disana?" Mila menajamkan mata untuk melihat dengan jelas pria di samping Shella."Eehm, tunggu! Aku kayaknya kenal deh sama dia?" Mila mengubah posisi duduknya."Ohya, dimana?"Mila berusaha mengingat, "Kalo nggak salah dia itu …," Mila tercekat matanya membulat sempurna tak percaya membuat Frans gemas. "Apa? Siapa dia?"Mila hanya terkekeh, ia merasa geli sendiri. "Kau tidak akan percaya kalau aku bilang siapa dia,"Frans bingung, "Coba aja, siap

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Kasus yang Penuh Kejutan

    Tidak ada kasus yang tidak bisa dipecahkan Frans. Tingkat ketelitian tinggi dan totalitas tanpa batas dalam setiap pengerjaan kasus membuat Frans berada di jajaran penyelidik swasta level atas. Frans selalu menjaga privasi para kliennya dan ia belum pernah gagal dalam menjalankan misinya. Tapi kali ini memang sedikit berbeda, kasus yang diberikan tuan besar Dhanuaji menyangkut dunia ghaib. Dunia yang tidak dia paham. Frans merasa perlu bantuan dari penyelidik lain, Adi. Tak lama menunggu, seorang lelaki muda dengan dandanan metropolis menyapa Frans. Senyum manisnya terkembang dari wajah tampan hasil blasteran Inggris Indonesia."Hhhm, ini sedikit aneh!" Kening Adi berkerut saat selesai membaca informasi dalam map coklat."Kau tahu sesuatu?" Frans bertanya, ia penasaran dengan tanggapan Adi.Adi menatap Frans sejenak, secangkir coffe latte disajikan pelayan Mila dengan sepiring crouffle keju yang menggoda selera. "Silakan mas," ujar pelayan itu dengan senyu

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Frans dan Tugas Baru

    "Frans sudah datang tuan!" Manda, sekretaris tuan besar Dhanuaji memberitahukan kedatangan lelaki tegap berjaket kulit hitam yang menunggu tenang di luar ruangan."Hhm, suruh dia masuk!" Tuan besar Dhanuaji menjawab dengan mata yang tak lepas dari map coklat diatas meja.Frans masuk keruangan dan memberi salam kepada tuan besar Dhanuaji. Ia duduk dan menyerahkan sebuah minidisc padanya."Apa ini?""Ini hasil pengintaian kami selama satu minggu terakhir tuan!"Tuan besar Dhanuaji mengetuk ngetuk jarinya ke meja ia gamang antara ingin melihat isinya atau tidak. "Apa sudah bisa dipastikan?"Frans menjawab dengan mantap, "Ya tuan! Kecurigaan tuan sudah bisa dipastikan kebenarannya!"Tuan besar Dhanuaji menghela nafas dengan berat. Kebimbangan di hatinya terasa semakin menekan dada. "Hmm, baiklah,"Tuan besar Dhanuaji memberikan kode pada Manda. Tak berapa lama sebuah video berdurasi satu jam lebih diputar. Tuan besar Dhanuaji menatap nanar setiap tay

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Ciuman Pertama

    Wisnu masih asik meneliti laporan yang diserahkan Lydia, tapi ia tidak tuli. Telinganya menangkap jelas suara laknat dari mulut Lydia. Wisnu semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Pikirannya kacau seketika. Ia merindukan sentuhan wanita untuk melepaskan ketegangan yang tanpa permisi datang saat bersentuhan dengan Lydia.Nyeri kepala melanda Wisnu, ia gamang antara ingin menuntaskan hasratnya atau menjaga image sebagai bos di depan Lydia. Pesona sang sekertaris yang kini duduk di sofa itu membiusnya. Wisnu melirik ke arah Lydia yang menggigit bibir bawahnya, terasa sensual di mata Wisnu.Ya Tuhan, kenapa kamu berpose begitu Lydia!Wisnu menahan debaran di dada yang semakin menyesakkan. Sulit baginya untuk berkonsentrasi memeriksa lembaran-lembaran kertas di depannya. Nafasnya terasa berburu dengan waktu, seperti pelari maraton yang hendak memasuki garis finish.Yah, menahan gejolak hasrat yang tanpa permisi datang memang sangat merepotkan. Membuat nyeri kepala

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Rasa yang Menggoda

    "Ada apa ini rame-rame? Pembagian sembako?" Suara Wisnu terdengar dengan nada sedikit tinggi membuat para staf tak terkecuali Lydia terkejut. "Eh, pak Wisnu! Ini tadi kak Lydia sedikit … ehm, masuk angin!" Budi yang panik mencolek Lusi untuk membantunya. Lusi dengan tergagap segera merespon."Ah, iya pak masuk angin! Kak Lydia agak nggak enak badan! Iya kan kak?" Lusi kembali mengerjapkan matanya memohon pada Lydia untuk membantu mereka.Wisnu selalu bisa tunduk pada kata-kata Lydia, jadi keduanya meminta Lydia ikut menjawab."Ehm, iya pak mereka mau nolongin saya tadi buat … ehm, ngecilin AC!" sambung Lydia sedikit ragu karena memberikan alasan yang agak tidak masuk akal.Wisnu mengernyit dan menatap stafnya bergantian, ia ingin mengeluarkan kalimat panjang dari mulutnya tapi kemudian matanya tertuju pada berkas yang masih berserakan di lantai. Ia berjongkok dan mengambil salah satu kertas terdekat, membacanya sejenak lalu,"Lh

  • Istri Kutukan Sang Presdir   Lydia Resah

    Lutut Lydia lemas, pertanyaan tuan besar bak petir yang menyambarnya. Bayangan pemecatan dengan tidak hormat tiba-tiba saja terbayang di pelupuk mata. Dalam pikirannya pasti tuan besar Dhanuaji sudah berpikir macam-macam tentang dirinya dan Wisnu.Duh Gusti mimpi apa aku semalam!Lydia merutuki nasib sial yang menimpanya kini. Cincin itu benar-benar membawanya dalam situasi rumit yang tak berujung."Aku tidak mungkin salah mengenali cincin ini,""Tuan besar tahu tentang cincin ini?"Tuan besar Dhanuaji tersenyum getir dan menurunkan tangan Lydia. Ia tidak menjawab dan masuk ke dalam lift, meninggalkan Lydia yang bingung dan dipenuhi rasa penasaran. *********Tuan besar Dhanuaji duduk dengan gelisah di seat mobilnya, kelebatan bayangan masa lalu menghantuinya lagi. "Marisa, bukankah urusan kita sudah selesai?" Wajah tuanya nampak muram membayangkan Marisa wanita pemilik toko souvenir."Apa yang harus a

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status