Bab 4
Pagi hari, matahari tampak malu-malu menampilkan dirinya yang berselimuti awan. Perlahan, cahaya nya mulai memantulkan bayangan yang sempurna dipagi hari. sementara itu, selesai melaksanakan sholat subuh, Laura ingin membereskan dan mulai melakukan aktivitas Bersih-bersih rumah. Rasanya, tidak mungkin bagi Laura tinggal dirumah ini tanpa melakukan aktivitas sama sekali. Meskipun Alvaro telah menetapkan asisten rumah tangga untuk membantu pekerjaan rumah. Setelah berpikir sejenak, Laura memutuskan untuk membantu Kiki beres-beres rumah dari pada berdiam diri tanpa melakukan aktivitas apapun. "Bu bos ngapain? bu bos mah mending diem aja duduk manis disitu, biarkan urusan pekerjaan rumah, kiki yang urus. Ok, Bu bos ku yang cantik," ucap kiki sambil tersenyum menampilkan jejeran giginya. "Tapi—" ucapan Laura terpotong "Tidak ada tapi-tapian bu bos, biar kiki si yang paling cantik jelita nan mempesona ini yang akan membereskan pekerjaan rumah," ucap kiki yang kemudian mengambil kembali sapu yang berada ditangan Laura. "Baiklah, kalau begitu aku izin ke dapur, seperti nya memasak sedikit menyenangkan," imbuh Laura. Kiki langsung menghadang langkah Laura sambil merentangkan kedua tangan nya dihadapan Laura. "Bu bos, mending duduk cantik aja ya, kiki takut banget kalau pak bos marah, jika bu bos yang mengerjakan pekerjaan rumah, lagian kiki berada disini juga dibayar," ucap kiki tampak memelas. Laura tampak menarik napasnya. "Baiklah ki, tapi rasanya aku bosan berada disini tanpa aktivitas dan pekerjaan sama sekali," ucap Laura. "Bu bos, kiki punya ide, dari pada bu bos bosan, mending bu bos ke ruang perpustakaan dan membaca, banyak variasi buku bacaan disana, letak perpustakaannya, berada disebelah ruang kerjanya pak bos," usul Kiki memberi ide. "Perpustakaan didalam rumah?" tanya Laura "Betul bu bos, pak bos hobi membaca, disana sudah tersedia berbagai macam buku bacaan, dimulai dari novel, komik, buku tentang ilmu pengetahuan berbisnis dan lain-lain. Jika bu bos hobi membaca, bu bos bisa langsung kesana aja deh," ujar kiki ceplas-ceplos. Laura tampak berpikir, "Lain kali aja ki. Aku ingin melihat tanaman di sekitar rumah aja deh dari pada nganggur gak ada pekerjaan," ucap Laura. "Siap bu bos, Hati-hati ya," ucap kiki seperti biasa dengan ciri khas nya menyengir sambil mengangkat tangan seolah sedang memberi hormat. ** Sesampainya di belakang rumah, Laura melihat berbagai macam bunga yang selalu dirawat dan ditanam oleh tukang kebun Bersih-bersih halaman rumah. pagi hari yang begitu segar, Laura menghirup udara sejuk dipagi hari. Disela-sela Laura mengelilingi tanaman cantik belakang rumah, ponsel Laura berdering pertanda ada seseorang yang menghubunginya. Deg! Laura merasa tegang melihat nama panggilan yang tertera dilayar ponselnya, "Mas Raka," lirih Laura. Laura menggigit bibir untuk mengurangi rasa tegangnya, seketika rasa bersalah mulai menyelusup hatinya, meskipun pernikahan ini terpaksa dan secara dadakan tetap saja Laura merasa telah mengkhianati Raka yang merupakan calon lelaki yang akan menjadi suaminya, sayangnya Laura sudah menikah meskipun hanya untuk tiga bulan saja. Lalu bagaimana jika raka mengetahui jika calon istrinya sudah menikah dengan pria lain? Sedangkan Raka adalah type pria pekerja keras, penyayang, namun juga pencemburuan, bagi Raka pengkhianatan merupakan hal yang fatal . Kerinduan, rasa bersalah, seketika menyarang dihatinya, air mata Laura menetes karena rasa rindunya kepada Raka yang merupakan calon suaminya. Laura mengusap air matanya, lalu menggeser icon hijau di layar ponselnya. "Assalamu'alaikum mas," salam Laura. "wa'alaikumsalam sholehahnya mas," jawab Raka. "Bagaimana kabarnya mas disana? mas baik-baik saja kan?" tanya Laura. "Alhamdulillah, mas baik-baik saja. Mas kangen banget sama kamu, dalam beberapa hari ini firasat mas nggak enak sama sekali. Rasanya mas nggak mau jauh-jauh lagi dengan kamu, setelah kontrak pekerjaan ini selesai, mas janji akan secepatnya pulang ke tanah air, dan menikahi kamu," ujar Raka. Laura terdiam sesaat, dengan rasa penuh penyesalan didalam dirinya, Laura pun menjawab singkat "Iya mas." Raka akhirnya mengubah mode panggilan menjadi mode video call, Laura bergegas mengusap air matanya, dan mengangkat panggilan video call tersebut. "Hai mas." sapa Laura memaksakan senyuman. Raka tersenyum lembut dibalik layar, "Sehat-sehat selalu calon istriku." Raka mengerutkan keningnya, "kamu dimana? dirumah siapa?" Tanya Raka. "Ouh ini, aku sedang berada dirumah temanku, Mas" ucap Laura yang terpaksa berbohong. "Jangan lama-lama disana, jaga mata jaga hati ya cantik. Pokoknya, kamu tenang saja, Mas disini sibuk bekerja tanpa memikirkan wanita manapun kecuali kamu, dan kamu gak perlu merasa khawatir dan cemburu, mas bakal jaga diri baik-baik disini demi kamu," ucap Raka yang seakan menenangkan hati Laura. "Mmm, maaf ya cantik, untuk saat ini mas belum bisa sehebat dan sesukses pria lain diluar sana, tapi mas bakal berusaha apapun demi kamu," lanjut Raka tampak sedih "Terimakasih mas, karena sudah mau memperjuangkan aku," ucap Laura dengan air mata yang berkaca-kaca. Namun dari kejauhan, Laura melihat mobil yang memasuki perkarangan rumahnya, "Mas, udah dulu ya, temanku sudah datang." "Iya sayang," jawab Raka tersenyum tenang, setelah itu panggilanpun berakhir. Laura segera melihat siapa yang datang mengunjungi, Laura menghampirinya dan ternyata sang mertua yang datang mengunjungi Laura. Laura menyalami kedua mertuanya itu, "silahkan masuk bu, pak" ujar Laura ramah "Panggil kami dengan sebutan mama dan papa, sama hal nya seperti Alvaro," ucap Melisa dengan lembut. "Baik, Ma," ralat Laura yang kemudian mengajak kedua mertua nya masuk ke dalam rumah. Kiki tampak sibuk menyiapkan minuman dan juga cemilan untuk sang tuan dan nyonya. "Silahkan dinikmati bu bos, nyonya dan tuan, kiki izin pamit dulu ya," ucap kiki "Terimakasih ki," ujar Melisa sambil menyeruput minumannya, begitu pula dengan yoga yang sedang menikmati cemilan yang dihidangkan. "Laura menantu ku, mama dan papa ingin mengajak kamu ke suatu tempat, kamu mau ikutkan?" Ajak Melisa. "Mau kemana, Ma? " "Loh, memang nya Alvaro tidak memberi tahu kamu akan kedatangan mama dan papa kesini?" tanya Melisa. Laura menggeleng pelan, "Tidak ma, mungkin saja Alvaro eh maksudnya Mas Alvaro lupa mengabari Laura, Ma," jawab Laura. "Mungkin saja ya, soalnya Alvaro begitu sibuk belakangan ini sayang. Gimana? kamu mau ikut dengan mama kan?" tanya Melisa memastikan. Laura mengangguk, "iya, Ma, aku akan mengganti pakaian terlebih dahulu." "Baik sayang, mama dan papa akan menunggu kamu." Laura segera beranjak ke kamarnya untuk mengganti pakaian, jantungnya seakan tidak aman, takut sang mertua mengikutinya sampai ke kamar, bisa rumit jika mertuanya sampai mengetahui jika mereka tidur pisah kamar, meskipun pernikahan ini atas keterpaksaan. Tidak butuh waktu lama, Laura sudah siap dengan penampilannya yang begitu cantik, setiap hari Laura memang selalu kelihatan cantik, hanya saja penampilan hari ini, jauh lebih memukau. Dengan langkah yang anggun ia menuruni tangga, lalu menghampiri mertuanya diruang tamu. "Masya Allah cantik sekali menantu mama, iyakan, Pa?" puji Melisa. Yoga mengangguk dan tersenyum, pertanda menyetujui perkataan sang istri. Laura sedikit malu dipuji oleh mertuanya itu, "Ayo sayang," ajak Melisa yang kemudian langsung menggandeng tangan menantunya itu. Melisa tampak antusias sekali bermenantukan Laura, dari sejak pandangan pertama pada hari akad, Melisa sudah merasa nyaman dengan Laura, sehinga Melisa mendesak Eliza untuk mencari pengantin pengganti, berharap Laura yang akan menjadi menantunya saat itu, meskipun mereka belum saling mengenal. Namun entah kenapa firasat Melisa begitu ingin jika Laura menjadi pendamping putranya, tidak hanya cantik, namun Laura memiliki aura positif vibes, membuat semua orang merasa nyaman dan teduh disaat menatap wajah cantik nan polos itu.Bab: 115 Beberapa bulan telah berlalu, Hari ini Mira telah menjadwalkan jadwal operasinya dengan sang dokter yang menanganinya selama masa kehamilannya. Hari ini Sudah waktunya Dokter melakukan operasi Caesar terhadap Mira. Mira tidak berani melakukan lahiran secara normal, sehingga sang dokter menyarankannya untuk melakukan operasi Caesar saja, dan Zacky pun menyetujui hal ini. "Mas, aku takut," lirih Mira disaat ingin dibawa ke ruang operasi. "Jangan takut sayang, Mas akan selalu ada disisi kamu. Mas, yakin kamu pasti bisa melewati semua ini," kata Zacky. "Jangan takut nak, kami semua ada untuk kamu," kata Laura yang menyemangati Mira. "Kuat ya nak, putri ayah pasti hebat," ucap Raka yang juga berada di rumah sakit. Saat ini Raka dan keluarga Zacky berada dirumah sakit, begitu pula dengan Nayra yang ikut menemani Mira dirumah sakit, sedangkan babynya dititipkan ke sang kakek, yaitu papa Kim dan Liana untuk sementara waktu, karena Nayra sedang berada dirumah saki
Bab: 114 Hari menunjukkan pukul 2:30 pagi, Arsen tampak lelap dan tenang tertidur disamping Nayra. Sementara itu Nayra terbangun sendiri sambil mengaduh kesakitan. "Sa-sakit," lirihnya sambil mengusap perut. Ingin sekali rasanya ia membangunkan suaminya, namun melihat Arsen yang tampak damai dalam tidurnya, membuatnya enggan untuk membangunkan sang suami. Semakin lama, semakin kentara sekali rasa sakitnya, Keringat bercucuran di wajahnya, Wajah Nayra berubah pucat, tangannya gemetar menahan rasa sakit. "Sepertinya ini sudah waktunya lahiran," Gumam Nayra yang sebelumnya ia pikir ini adalah kontraksi yang sering terjadi, bahkan sering bumil lainnya berpikir jika ini sudah waktunya melahirkan padahal ini hanya kontraksi sesaat. Akan tetapi kontraksi ini semakin kentara sekali tanpa berhenti yang Nayra rasakan, sehingga ia menyimpulkan sebagai sudah waktunya melahirkan meskipun prediksi sang dokter lima hari kedepan, akan tetapi Nayra merasakan jika hari ini ia akan segera m
Bab: 113 Dua bulan telah berlalu... Hari ini Mira dan Zacky sedang berada di kantor, mereka berdua tampak bahagia jika bekerja barengan, sama-sama bucin terlebih bumil yang satu ini semakin terlihat manja, namun tetap saja mereka tahu tempat. Akan tetapi hari ini akan menjadi hari terakhir Mira bekerja di perusahaan suaminya, dikarenakan Zacky melarang sang istri bekerja karena sedang mengandung, ia tidak ingin Mira merasa kelelahan dalam bekerja, terlebih Zacky jauh lebih mampu untuk memberi nafkah sang istri tanpa harus bekerja, dan Mira menyetujui permintaan sang suami. Selebihnya Mira akan fokus menjaga kandungannya juga ingin berperan sebagi ibu rumah tangga, selain itu Mira juga akan membuka usaha sendiri sesuai dengan hobinya yang dulu sempat tertunda, mungkin sekarang akan ia lakukan. "Kamu saya berhentikan bekerja," ucap Zacky dengan datar dan dingin kepada Kayla dan sindy. "Maafkan saya pak, saya mohon, saya masih membutuhkan pekerjaan ini," ucap Kayla tidak
Bab: 112 Beberapa bulan telah berlalu... Kini kehidupan Nayra dan Arsen begitu amn, nyaman dan damai tanpa ada embelan orang ketiga. Setelah kedatangan papa Kim dan Arsen ke perusahaan Geisha coperation, sejak itulah Geisha tidak pernah muncul lagi di kehidupan mereka, karena Geisha sudah berada di luar negeri. Tepat saat ini kandungan Nayra telah memasuki usia ke tujuh bulan, mereka mengadakan tasyakuran tujuh bulanan dan juga beberapa kegiatan amal lainnya, seperti bersedekah, berbagi makanan kepada anak yaitu piatu dan fakir miskin, juga berbagi kepada panti asuhan. Mereka tampak berbahagia di acara tasyakuran tujuh bulanan. "Sayang, aku jadi tidak sabar baby ini lahir ke dunia," bisik Arsen. "Aku juga mas, rasanya punya makhluk kecil dengan suara lucunya, benar-benar menggemaskan," sambung Nayra. Setelah acara berkahir, dan tamu mulai berpamitan, merekapun melakukan sesi foto bersama. "Semoga lancar sampai hari persalinan ya kak," kata Mira. "Aamiin." Yan
Bab: 111 Pagi harinya, Tiba-tiba saja Nayra langsung memeluk Arsen sebelum sang suami berangkat kerja, padahal sebelumnya dia bersikap cuek kepada Arsen, akan tetapi sekarang ia bertingkah seolah tidak ingin jauh dari suaminya. Terkadang ia ingin mencuekin Arsen selama beberapa hari tapi tetap saja tidak bisa, baru aja sebentar ia cuekin rasanya Nayra uring-uringan tidak jelas, mungkin saja ini efek karena kehamilannya yang tidak ingin jauh dari ayah sang bayi. Arsen tersenyum, lalu segera memeluk sang istri, ia kecup seluruh wajah itu dengan penuh kelembutan. "Maaf ya?" katanya dengan lembut. "Kamu berhak marah kepadaku karena aku gagal melindungi kamu," ucap Arsen merasa bersalah. "Kamu gak salah mas, yang salah itu cuma orang masa lalu kamu, maaf aku sempat cuekin kamu kemarin, karena aku merasa kecewa dengan kamu yang mempunyai masa lalu. Aku cemburu, tapi aku sadar, aku tidak bisa jauh-jauh darimu, apalagi jika tidak manja dengan kamu." Arsen mengusap lembut ramb
Bab: 110 "M-mas, perutku sakit," lirih Nayra dengan suara lemah. "Sayang, bertahanlah aku akan berusaha secepatnya tiba kerumah sakit," kata Arsen yang sedang fokus menyetir, sesekali ia melirik istrinya dengan raut penuh kekhawatiran. Arsen dengan pikiran yang terbagi fokusnya, terus saja melaju dengan kecepatan diatas rata-rata, ia tidak ingin sang istri kenapa-kenapa, mengingat istrinya yang masih hamil muda. Tidak lama kemudian, Arsen telah tiba di rumah sakit, ia langsung menggendong sang istri, dan membawanya ke UGD, dokter langsung menyambut kehadiran mereka. "Dokter, tolong periksa keadaan istri saya, dia sempat terjatuh, istri saya sedang hamil muda," kata Arsen penuh dengan kekhawatiran. "Baik pak, saya akan memeriksa keadaan istri anda terlebih dahulu, bapak mohon tenang dan menunggu," kata sang dokter. "Baik dok." Arsen menunggu di luar UGD, tidak lama kemudian Mira muncul dengan penuh kekhawatiran. "kak, bagaimana dengan kondisi kak Nayra?" tanya