Sinar matahari pagi yang lembut menyusup masuk melalui celah jendela kamar penginapan, membangunkan Huànyǐng dari tidur panjangnya. Kelopak matanya bergetar perlahan sebelum akhirnya terbuka, memperlihatkan sepasang mata ungu yang masih tampak lemah namun sudah jernih.Dia menoleh ke samping, berharap menemukan sosok yang dikenalnya duduk di kursi seperti biasa. Namun, tempat itu kosong. Hanya Yu Shi yang terlihat meringkuk di ujung tempat tidur, mata keemasannya menatap tuannya dengan tatapan yang sulit diartikan."Kau sudah bangun, manusia bodoh," sahut Yu Shi dengan nada khas yang sarkastik namun mengandung kekhawatiran.Sebelum Huànyǐng sempat menjawab, pintu kamar terbuka dengan pelan. Hòu Jūn masuk sambil membawa nampan yang berisi semangkuk bubur dan beberapa lauk yang terlihat menggugah selera. Wajahnya terlihat lega ketika melihat Huànyǐng sudah bangun."Murong Gōngzǐ, Anda sudah sadar?" Hòu Jūn bertanya sambil meletakkan nampan di meja s
Malam telah larut ketika rombongan kultivator itu tiba di Suǒyún, kota terdekat dengan Yinluo Chéng. Lampu-lampu kertas yang tergantung di sepanjang jalan utama memberikan cahaya hangat yang menenangkan setelah pertarungan menegangkan yang mereka alami.Tiānyin membawa Huànyǐng langsung ke penginapan terbaik di kota itu. Dia memesan kamar terpisah dari rombongan yang lain, memastikan Huànyǐng mendapat ketenangan yang dibutuhkan untuk memulihkan diri. Yu Shi mengikuti dengan tenang, sesekali melirik ke arah tuannya yang masih tidak sadarkan diri.Héxié Zhìzūn dan yang lain menyusul beberapa saat kemudian, setelah memastikan para yunior mendapat tempat istirahat yang layak. Kekhawatiran tampak jelas di wajah yang biasanya tenang itu ketika dia berjalan menuju kamar adiknya."Tiānyin, bagaimana keadaan Murong Gōngzǐ?" Héxié Zhìzūn bertanya pelan ketika Tiānyin menyambut kedatangannya di ambang pintu."Tidak baik, Xiōngzhǎng." Tiānyin menjawab dengan
Míng Líng Tūn Yuān mengeluarkan erang yang memilukan sekaligus mengerikan. Suara itu bergema di seluruh Yinluo Chéng, membuat batu-batu jalanan bergetar dan jendela-jendela rumah berdenting keras. Roh legendaris itu tampak kesakitan. Namun, rasa marah yang mendalam terpancar dari mata merahnya yang berkilat-kilat di tengah pusaran kabut hitam.Pusaran gelap raksasa itu berputar semakin lambat, seolah terjerat dalam jaring tak kasat mata. Melodi yang diciptakan Tiānyin dan Huànyǐng melalui Shuāng Xīn Yǐn Lǜ telah menciptakan resonansi spiritual yang kuat, membelenggu pergerakan roh dengan ikatan harmoni yang tak terputus.Dari kejauhan, alunan seruling yang jernih mulai terdengar. Nada tinggi yang merdu namun tegas bergabung dengan melodi guqin dan aura spiritual dari kipas Huànyǐng. Héxié Zhìzūn telah tiba di udara, Shènglài Xiǎo-nya menghasilkan melodi yang sempurna melengkapi Zhèn Míng Qǔ. Menciptakan jaring spiritual yang semakin rapat mengikat roh tersebut.
Tiānyin dan Huànyǐng masih berdiri tegak di tengah serbuan gelombang yang mengguncang seluruh kota. Lengan jubah mereka berkibar-kibar keras di antara kabut hitam yang mulai menyebar ke sekeliling kota Yinluo Chéng, menciptakan pemandangan yang menakutkan namun memukau.Para kultivator yang tadi tidak sempat menjauh terjatuh berserakan di jalanan berbatu. Mereka terkena serangan Tūn Líng Huí Yǒng—Gelombang Balik Pemakan Energi yang menguras kekuatan spiritual mereka dalam sekejap."Jangan gunakan Qi murni!" Huànyǐng memperingatkan dengan suara keras yang menembus gemuruh angin.Dia sendiri segera mengibaskan Bing Yan Shān dengan gerakan yang elegan namun mematikan. Shuāng Rèn Xuán Huǒ—Putaran Api Es Bermata Dua tercipta dari ujung kipasnya. Gelombang salju dan api berputar bersamaan dalam harmoni yang menakjubkan, menstabilkan area di sekitar mereka dan membuka jalan bagi Tiānyin untuk menggunakan teknik andalannya.
Kabut hitam pekat menyapu jalanan berbatu Yinluo Chéng dengan kecepatan yang mencekam. Di belakang para yunior yang berlarian panik, sebuah bayangan raksasa muncul perlahan dari kejauhan—wujudnya menyerupai pusaran jurang yang menghisap segala cahaya di sekelilingnya. Kabut likuid hitam berputar-putar membentuk spiral mengerikan, dan di tengah pusaran itu, mata jiwa berupa bola cahaya merah menyala terang sesekali muncul di antara kegelapan, berkedip-kedip seperti jantung yang berdetak.Huànyǐng tertegun di tempatnya berdiri. Tangannya yang menggenggam ujung jubah Tiānyin mengerat, tubuhnya menegang melihat sosok yang begitu familiar namun seharusnya tidak pernah ada di tempat ini.Tiānyin merasakan perubahan pada orang di sampingnya. Mata dinginnya menatap tajam ke arah bayangan raksasa sambil bersiap mengeluarkan guqin putihnya. Jari-jarinya sudah tergantung di atas senar yang berkilau, menunggu saat yang tepat untuk melancarkan serangan.
Sementara itu, Tiānyin dan Huànyǐng telah tiba terlebih dahulu di Yinluo Chéng. Kecepatan terbang mereka jauh melampaui rombongan besar yang masih dalam perjalanan."Chénxī..." Huànyǐng menggenggam ujung jubah putih Tiānyin dengan gerakan hati-hati. Mantra bisu telah menghilang dan kini dia bisa berbicara dengan normal.Tiānyin menoleh dan mengangguk pelan, memahami perasaan yang berkecamuk di hati sosok di sampingnya."Kota ini kembali menjadi kota mati," ucapnya pelan sambil memandang jalanan berbatu yang lengang terbentang di hadapan mereka.Huànyǐng menatap ke depan dengan mata yang dipenuhi kenangan. Jalanan berbatu yang dulu ramai dengan para pedagang dan penduduk kini tampak sepi dan suram. Dedaunan kering berserakan di jalan, terbawa angin yang berhembus lemah.Mereka berdua berdiri berdampingan di tengah-tengah pintu masuk kota yang hanya ditandai dengan dua buah batu hitam b