Share

Bab 3

Author: Yellow
Pada rapat pagi ini, manajer umum mengumumkan kedatangan "tamu penting". Manajer umum meminta semua departemen untuk berhati-hati dan menjaga sikap.

Sebagai manajer Departemen Housekeeping, Sofia adalah orang yang berinteraksi secara langsung dan bertanggung jawab atas keperluan semua "tamu penting".

Manajer umum mengingatkannya beberapa hal, "Pak Liam memiliki standar yang tinggi soal kebersihan. Kebersihan kamarnya harus benar-benar diperhatikan. Begitu Pak Liam keluar, kalian harus langsung membersihkan kamarnya dan jangan menyentuh barang pribadinya."

Sofia merasa permintaan ini agak berlebihan. "Bagaimana kalau pakaian Pak Liam terletak di lantai? Apakah kami harus memungut atau membiarkannya?"

"Pertama, Pak Liam tidak mungkin membiarkan pakaiannya terletak di lantai. Kedua, kalaupun pakaiannya tergeletak di atas lantai atau kasur, jangan sentuh dan tunggu sampai Pak Liam pulang. Pokoknya jangan sembarangan menyentuh barang Pak Liam."

"Tahun lalu terjadi sebuah insiden yang cukup fatal. Salah seorang housekeeper memindahkan laptop Pak Liam yang ada di meja. Begitu Pak Liam mengetahui laptopnya dipindahkan, semua karyawan di Departemen Housekeeping langsung dipecat, dari karyawan sampai level manajer. Kamu harus ingat baik-baik, semua ini demi kebaikanmu."

"Baik, Pak Reno. Aku akan mengingatnya," jawab Sofia.

Setelah rapat, Sofia langsung mengumpulkan semua karyawan di Departemen Housekeeping. Sofia menyampaikan semua pesan dari Pak Reno, dia juga menyerahkan tugas kebersihan kepada karyawan yang paling berpengalaman dan hati-hati.

....

Sejak pagi-pagi sekali, Liam sudah pergi meninggalkan hotel dan baru kembali larut malam.

Sofia sudah senang, ternyata dia bisa melewati hari pertama dengan tenang. Namun siapa sangka, setelah mandi Sofia melihat nomor tak dikenal yang meneleponnya beberapa kali.

Sofia buru-buru menelepon kembali. Telepon Sofia tak kunjung dijawab. Saat Sofia hendak menutup teleponnya, sebuah suara yang serak terdengar di ujung telepon. "Datang ke kamar 8888."

Sofia panik setelah mendengar nomor kamar yang disebutkan. "Baik, Pak Liam. Aku akan segera ke sana."

Sofia bergegas mengganti pakaiannya dan buru-buru berlari ke kamar 8888 dalam keadaan rambut yang masih basah.

Kamar 8888 adalah kamar VIP yang dihuni Liam.

Sesampainya di depan kamar, Sofia menenangkan diri, lalu menekan bel kamar.

Tak selang berapa lama, Liam membuka pintu kamar. Liam tampak mengenakan kemeja berwarna putih yang agak berantakan.

Kancing kemeja Liam terbuka sehingga menunjukkan tulang selangka serta otot-ototnya yang seksi.

Sepertinya Liam juga baru mandi, rambutnya masih basah dan tercium aroma sabun yang wangi. Liam terlihat sangat menawan ....

Sofia menatap Liam sampai membelalak.

Sebelum Sofia mencerna semua yang terjadi, Liam telah menariknya ke dalam kamar, lalu menindihnya ke tembok dan menutup pintu kamar.

"Boom!" Sofia terkejut mendengar suara pintu yang dibanting.

"Ah ...," Sofia menjerit kesakitan saat punggungnya menghantam tembok yang keras.

Tepat saat Sofia menjerit, Liam telah menggigit bibir Sofia.

Sekujur tubuh Sofia terasa membeku, dia menatap wajah Liam sambil mematung di tempat.

Liam tampak memejamkan kedua mata, bulu matanya yang lentik bergetar dan wajahnya yang tampan terlihat memerah.

Liam mengecup Sofia dengan ganas dan tergesa-gesa, bagaikan seekor serigala yang menerkam mangsanya.

Sofia tersadar dari lamunannya dan bergegas mendorong tubuh Liam, tetapi kesenjangan tenaga membuat Sofia tak berdaya. Sofia panik, dia ingin memukul dan menendang Liam, tetapi mengingat status Liam, Sofia takut menyakitinya.

Perlawanan yang dilakukan Sofia sama sekali tidak ada gunanya. Bukannya berhenti, Liam malah merasa semakin tertantang.

Liam mendekatkan wajahnya ke telinga Sofia, lalu berbisik dengan lembut, "Kamu lupa bagaimana suamimu mengkhianatimu? Kamu tidak mau balas dendam?"

Sofia merasa seperti disambar petir. Dia berhenti memberontak dan mematung di tempat.

Liam menarik kemeja Sofia dari roknya ....

Akal sehat Sofia mengatakan, "Tidak boleh!"

Namun bayang-bayang kemesraan Glen dan Vera malah melintas di benak Sofia. Pernikahan Glen dan Sofia sudah hancur, kenapa Sofia tidak boleh bersenang-senang?

Akhirnya Sofia mengangkat tangannya dan memeluk leher Liam. Setelah mendapatkan respons positif, Liam membuka kedua matanya dan menatap Sofia dengan tatapan misterius.

Kedua mata Liam memancarkan kilatan cahaya yang sulit ditebak.

....

Sofia kelelahan dan ketiduran.

"Kring, kring, kring." Suara dering telepon membangunkan Sofia.

Suasana di dalam kamar sangat gelap. Dalam kondisi setengah sadar, Sofia membuka kedua matanya dan mengambil ponsel yang terletak di atas meja lampu.

Tanpa memperhatikan nomor yang tertera di layar ponsel, Sofia langsung menjawab panggilan tersebut. "Halo?"

Suara yang sengau dan lemas sontak mengejutkan orang yang berada di ujung telepon.

"Hah? Cewek?"

"Hmm?" Sofia kebingungan, dia tidak mengerti maksud pertanyaan orang yang meneleponnya.

Di saat bersamaan, pintu kamar mandi terbuka dan sebuah sosok yang tinggi beranjak keluar.

Liam berjalan ke samping Sofia, lalu mengambil ponselnya dan bertanya kepada orang yang ada di ujung telepon, "Ada apa?"

Suara Liam terdengar dingin dan ketus.

"Duar!" Sofia merasa seperti disambar petir, semua rasa kantuknya langsung sirna.

Seketika Sofia pun teringat dengan semua yang terjadi tadi malam. Dia menggenggam selimutnya dengan erat, dia merasa sangat malu.

Seandainya bisa, Sofia ingin menghilang dari tempat ini.

Situasi di dalam kamar sangat sunyi sehingga Sofia bisa mendengar suara pria yang menelepon Liam.

"Kamu tidak menjaga kesucianmu lagi? Siapa wanita itu? Agatha atau Melinda?" Suara pria itu terdengar seperti mengejek.

"Bukan keduanya." Setelah menjawab, Liam langsung menutup panggilan tersebut dan melemparkan ponselnya ke atas tempat tidur.

"Sudah bangun?" tanya Liam.

Sofia membuka kedua matanya. Dia melihat Liam yang hanya mengenakan sehelai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.

Kemudian Liam duduk di samping Sofia, dia menatapnya dengan serius dan berkata, "Semalam cuma kecelakaan. Kamu jangan berpikir terlalu jauh."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 643

    Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 642

    Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 641

    Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 640

    "Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 639

    Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 638

    "Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status