Home / Romansa / Terjerat Pesona Mama Temanku / Mesra-mesran dengan Sarah

Share

Mesra-mesran dengan Sarah

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-06-15 22:09:51

“Stt ... Jangan berisik. Ini baru permulaan ...,” ujar Adit lirih dan parau.

Sarah spontan merapatkan bibirnya. Ia seperti terhipnotis untuk menurut.

Setelah beberapa saat, Adit perlahan menarik diri, namun jarak di antara mereka tetap dekat. Nafas Sarah masih berderu pelan, sementara dia menatap Adit dengan tatapan penuh rasa cinta. “Kamu selalu tahu gimana caranya bikin aku merasa lebih baik,” ucapnya dengan suara yang masih bergetar.

Adit tersenyum, jemarinya masih memainkan helai-helai rambut Sarah dengan penuh perhatian. “Aku cuma pengen kamu tahu kalau kamu nggak perlu menghadapi semuanya sendirian,” bisiknya pelan. “Selalu akan ada aku ... sekarang,” sambungnya manis.

Sarah mengangguk. Dalam pelukan Adit, ia merasa begitu aman. Seolah semua masalah yang sedang menantinya di luar sana, termasuk pertemuannya dengan Yuna, bisa ia hadapi dengan lebih tenang.

Di saat seperti ini memang yang ia inginkan hanyalah menikmati kehadiran Adit di sisinya. Tidak ada yang lebih penting dari p
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Yuli berulah lagi

    Sarah hanya mengangguk pelan.Hardian, yang belum benar-benar bisa menerima semua kenyataan pahit itu, akhirnya mendekat. Perlahan, ia merentangkan tangannya dan memeluk mamanya dengan erat. Tak berkata apa-apa. Tak bertanya lagi.Hanya pelukan. Pelukan yang selama ini seharusnya ia berikan sejak dulu, sebagai anak, sebagai tempat mamanya berlindung dari badai yang selama ini tak kelihatan.Tangis Sarah tak keluar, tapi bahunya bergetar. Dan itu sudah cukup menunjukkan betapa rapuh dan kuatnya ia sekaligus.Beberapa detik kemudian, terdengar ketukan di pintu.Tok. Tok.Hardian segera melepaskan pelukan dan menoleh. Sarah pun duduk tegak, berusaha merapikan wajahnya meski sisa luka di pipi dan bibir masih begitu kentara.Pintu terbuka perlahan.Seorang dokter muda bernama Andhika yang merupakan kenalan Sarah dan juga Damar. Ia berseragam putih bersama dua perawat perempuan masuk dengan wajah sedikit cemas."Sarah," sapa dokter itu hati-hati. "Kami dapat laporan dari bagian pengawasan k

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Ternyata sudah lama

    Mendengar penjelasan Damar, Hardian tidak tergerak sedikit pun.“Khawatir, Pa?” ujarnya, suaranya meninggi lagi. “Kalau khawatir, peluk Mama. Peluk dan tanya baik-baik. Bukannya mukul!” Ia menunjuk pipi Sarah yang masih memerah dan sudut bibir yang berdarah. “Itu bukan khawatir, Pa. Itu kekerasan!”Damar terdiam. Sorot matanya mulai berubah dari bingung menjadi defensif.“Apa kamu pikir Papa suka mukul mama mu?” katanya lirih tapi menggertak. “Papa ... Papa ini manusia juga, Har. Bisa marah. Bisa kecewa. Kamu nggak tahu rasanya dibohongi istri sendiri. Karena kamu belum pernah menikah. Ditinggal pergi diam-diam buat ketemu laki-laki lain yang bahkan jauh lebih muda!”Sarah tertawa kecil. Kecut dan getir. “Papamu … yang dia pikirkan hanya nama baik,” katanya pelan, tapi setiap katanya tajam seperti sembilu. “Hanya integritas dan pandangan publik. Yang penting orang-orang lihat kita baik-baik aja. Padahal rumah ini dari dulu … sudah berantakan,” sahutnya. “Bahkan Papamu sampai lupa kala

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Fakta ke sekian yang baru diketahui

    “PLAK!”Suara tamparan itu menggema di ruangan, begitu keras dan menyakitkan hingga udara seketika berubah kaku. Pipi kiri Sarah langsung memerah, kepalanya terhempas ke samping, dan tubuhnya terhuyung ke belakang.Namun belum juga ia sempat berdiri tegap, tangan Damar sudah menarik pergelangan tangannya kasar.“Kamu pikir kamu siapa hah?! KABUR gitu aja dari rumah sakit?! TANPA KABAR?! BUAT APA? BUAT ANAK ITU?! SI ADIT!” bentaknya, suaranya membakar udara pagi yang tadinya tenang. Sorot matanya menyala, penuh dendam, penuh kekecewaan.Sarah tak berkata. Wajahnya tertunduk. Rambutnya menjuntai menutupi pipi yang kini berdenyut nyeri. Ia hanya diam. Tidak melawan. Tidak menangis. Bahkan tidak menunjukkan keterkejutan sedikit pun. Seolah tubuh dan jiwanya sudah menghafal pola-pola kekerasan seperti ini.Tangannya menggantung, tubuhnya gemetar, tapi mulutnya tak bergerak. Penuh luka. Tapi juga penuh ketegaran.Damar masih mencengkeram pergelangan tangannya dengan erat. “Berapa kali aku h

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tamparan

    Sarah akhirnya mematikan panggilan. Wajahnya diam. Tegang. Tapi tetap tenang.Ketika ia menoleh, ketiga pasang mata langsung tertuju padanya. Tapi yang paling pertama merasa tidak nyaman justru Tigar.Tatapan mata Sarah terasa terlalu dalam untuk seseorang yang hanya jadi penonton di tengah kekacauan ini. Tigar langsung berdeham kecil, berpura-pura menguap, lalu memalingkan wajah dan kembali memejamkan mata di sofa sempit itu. Meski hari sudah pagi dan lampu ruangan menyala, ia memilih untuk berpura-pura tidur saja.‘Lebih baik pura-pura nggak ada,’ pikirnya.Sementara Adit tetap menatap Sarah, cemas tergambar jelas di matanya.Sarah kembali ke kursi besi lipat di samping ranjang Adit. Suaranya masih membawa sisa ketegangan ketika bertanya, “Kamu udah cukup tidur?”Adit langsung menggenggam ujung selimut, lalu menatapnya lekat. “Sarah ... semuanya baik-baik aja?”Sarah mengangguk kecil. “Akan baik-baik saja.”“Tapi kalau Damar marah ... kamu jangan ketemu dia dulu. Aku takut. Takut ka

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Ego Damar tergores

    Matahari baru saja muncul dari balik jendela kamar rawat kelas VIP. Cahaya lembut menyelinap di sela-sela tirai, menyapu perlahan wajah-wajah lelah yang masih tertidur di dalam ruangan itu.Sarah tertidur di kursi besi lipat di samping ranjang Adit, kepalanya bersandar pada tepian kasur. Tangan kanannya masih menggenggam tangan Adit yang sudah lebih hangat dari semalam. Wajahnya tenang, meski ada bekas sisa-sisa fisik yang sakit dan jiwa yang lelah dan tertekan. Semuanya jelas terlihat.Adit sebetulnya hendak dirawat di ruang kelas dua sesuai dengan asuransi kesehatan premi yang dibayarkan ke pemerintah setiap bulannya. Tapi Beberapa jam sebelumnya, setelah dokter memastikan Adit stabil, Sarah langsung meminta agar Adit dipindahkan ke ruang VIP. Ia ingin Adit dirawat lebih nyaman. Tanpa pikir panjang, ia katakan semua biaya akan ia tanggung sendiri.Hardian dan Tigar juga tertidur pulas di sofa kecil dekat dinding. Posisi mereka miring-miring, masing-masing memeluk jaket sebagai selim

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Sudut pandang yang kini jadi berbeda

    Dari balik tirai ruang UGD yang setengah terbuka, Hardian berdiri diam. Nafasnya tertahan. Ia tak berniat menguping saat awalnya mendekat, hanya ingin memastikan Adit masih sadar. Tapi langkahnya terhenti ketika suara lirih Sarah menyentuh telinganya.“… aku terlalu cinta sama kamu.”Kalimat itu menampar keras batinnya.Hardian tak bergeser, bahkan nyaris tak bernafas. Ia mendengar semuanya. Suara Sarah yang bergetar saat mengakui ketakutannya, suara Adit yang lemah tapi yakin ketika mengatakan bahwa hanya Sarah yang membuatnya ingin hidup untuk dirinya sendiri.Dan saat tangan Adit menggenggam tangan mamanya lebih erat, Hardian tak bisa lagi menyangkal sesuatu yang sebelumnya ia tolak untuk percaya.Ini bukan cinta sesaat.Bukan sekadar ketertarikan.Bukan sekadar pelarian.Adit benar-benar mencintai ibunya.Dan ibunya … mencintai Adit.Hardian menunduk. Perasaannya campur aduk. Ada haru. Ada bingung. Tapi juga ada rasa ikhlas yang mulai tumbuh. Perlahan namun pasti.Ia tak sanggup m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status