แชร์

Bab 55. Hari Kepulangan Amora dan Emran

ผู้เขียน: Liazta
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-22 23:00:50

Pagi itu, cuaca cerah. Sinar mentari menembus lembut tirai jendela kamar rumah sakit. Di dalam, Amora tengah mempersiapkan perlengkapan Emran dengan penuh hati-hati. Tangannya yang mungil melipat pakaian kecil anaknya, sementara matanya sesekali menatap ke arah putranya yang tertidur pulas di dalam boks bayi.

Hari ini merupakan hari yang sudah lama ia tunggu. Setelah berhari-hari penuh rasa cemas di rumah sakit, akhirnya dokter menyatakan bahwa Emran sudah cukup kuat untuk pulang. Tubuh mungil itu kini jauh lebih sehat, pipinya bersemu merah, napasnya tenang.

Meskipun hanya pulang untuk sementara waktu, cukup membuat hati Amora bahagia. Karena sebentar lagi dia dan juga Emran akan kembali ke rumah sakit. Mereka akan sama-sama menjalankan operasi.

Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu.

Tok... tok...

“Masuk,” sahut Amora lembut.

Pintu terbuka, dan muncullah sosok Yurika, dengan senyum hangat yang merekah di wajahnya. “Amora, selamat pagi, Sayang. Sudah siap pulang?”

Melihat wajah r
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (4)
goodnovel comment avatar
Liazta
terimakasih beb sayang. hari ini aku usahakan 3 bab ya
goodnovel comment avatar
Liazta
iya mbak say. insyaallah hari ini aku usahakan 3 bab ya.
goodnovel comment avatar
Okta Viska
koq cuma 1 bab Thor? aku suka alur cerita nya btw dokter eliza istri nya Nathan yg di cerbung sblm nya ya Thor???
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทล่าสุด

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 74. Rasa Sunyi

    Zolin menyeka sudut bibir Alvaro dengan tisu. “Daddy, jangan diem terus dong. Aku ngomong panjang lebar, Daddy malah ngelamun.”Tiba-tiba, Alvaro mengangkat tangannya yang masih lemah, menyentuh kepala Zolin. Ia mengusap lembut rambut anaknya, membuat Zolin terpaku.Lalu, dengan suara pelan namun tegas, pria itu akhirnya berbicara.“Terima kasih, Zolin.”Gadis kecil itu membelalakkan mata. “Daddy ngomong.”Alvaro mengangguk pelan. Suaranya terdengar berat, seperti sedang menahan sesuatu yang lama mengendap di dalam dada.“Maafkan Daddy, Daddy sudah membuat kamu sendirian selama ini.”Zolin memeluk tangan Alvaro, memeluknya erat. “Aku nggak pernah marah kok, Daddy. Aku tahu Daddy sakit. Tapi sekarang Daddy sudah bangun dan aku senang banget.”Senyum kecil menghiasi wajah Alvaro. Tapi matanya berkaca-kaca.“Daddy janji, mulai sekarang Daddy akan selalu temani Zolin.”“Bener ya?” bisik Zolin, seolah takut berharap terlalu banyak.Alvaro mengangguk, lalu menarik Zolin ke dalam pelukanny

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 73. Suara Kecil yang Menyembuhkan

    Bisa melihat mata hari pagi dan menatap wajah cantik Putri kecilnya, seakan menjadi mimpi untuk Alvaro. Wajahnya masih terlihat letih, namun warna kehidupan perlahan kembali ke kulitnya. Pucat itu sudah mulai memudar, dan bibir yang dulu tak sanggup berkata pun kini melengkung tipis menyambut suara yang paling dirindukannya.“Daddy, buka mulut ya… aaa…,” ucap Zolin, gadis kecil yang duduk di samping tempat tidur dengan bando kelinci di atas rambutnya. "Apalagi boleh, Daddy makan sebentar lagi?" Alvaro berkata sambil menatap wajah cantik Zolin.Dengan cepat Zolin menggelengkan kepalanya. "No Daddy. Daddy harus makan sekarang juga." Tangannya yang mungil menyuapkan sesendok bubur ke mulut Alvaro dengan hati-hati, seolah ia sedang mengurus boneka kesayangannya yang sedang sakit.Alvaro menurut, membuka mulut dan mengunyah perlahan. Meski makannya pelan dan belum banyak, namun ia tidak berani menolak. Pria bukan karena lapar, melainkan karena ia takut dengan Putri mungilnya. Jika Zolin

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 71. Pergi

    Randy masih terduduk di kursi laboratorium. Tubuhnya gemetar. Matanya kosong, tapi dadanya sesak, seperti ada beban seribu kilo yang menghimpit.Ia memejamkan mata. Dalam pikirannya terputar ulang semua kata-kata yang pernah ia ucapkan. Dadanya terasa sangat sakit, ketika mengingat Dewi, yang memukul Amora, beberapa bulan yang lalu. Padahal Amora hanya berniat untuk mengambil barang-barang miliknya. “Aku monster,” bisiknya lirih.Perawat sudah meninggalkannya. Dokter Wahyu pun kembali ke ruangannya tanpa berkata sepatah kata pun. Randy dibiarkan sendiri, tenggelam dalam kubangan penyesalan.Namun, saat ia membuka matanya, napasnya berubah. Masih berat, tapi kini ada arah.Ia meraih ponselnya. Jemarinya bergerak cepat mencari nama Amora di daftar kontak. Tidak aktif. Ia mencoba nomor-nomor lama. Semua tak bisa dihubungi.Ia menghubungi rumah sakit tempat anaknya lahir. Operator hanya berkata bahwa pasien, sudah keluar sejak beberapa bulan lalu, tanpa memberi alamat jelas.“Tidak, jan

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 71. Terlalu Lambat

    Randy duduk di kursi panjang lobi rumah sakit, matanya kosong menatap lantai.Adit baru saja pergi meninggalkannya setelah memberikan semua dokumen, dan juga kebenaran terakhir yang menghantam jiwanya tanpa ampun.Sebuah map cokelat masih ada di pangkuannya. Di dalamnya, hasil tes DNA resmi, catatan medis, dan salinan panggilan telepon dari rumah sakit.Tangannya gemetar saat membuka halaman demi halaman.Di kertas laporan itu tertulis jelas, tanggal, bulan serta tahun.Kondisi: Amora dalam keadaan kritis, pendarahan pasca kehamilan. Bayi berisiko kehilangan nyawa jika tidak segera dilakukan tindakan operasi caesar.Nama "Randy Sanjaya" tertulis di bagian "kontak darurat pertama. Suami pasien.Tidak merespons (4x), menolak panggilan (1x). Menjawab panggilan, dan mengatakan tidak perduli. Dewi Lestari, kontak darurat ke dua. Dihubungi sebanyak 3X”Randy mencengkeram rambutnya sendiri.Tubuhnya terbungkuk.“Apa yang sudah aku lakukan? Mengapa aku bisa sebodoh ini?” Randy memaki dirinya

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 70. Saat Cahaya Itu Kembali

    Yurika melangkah masuk ke ruang perawatan dengan hati yang sedikit lebih ringan.Amora sudah dipindahkan dari ICU ke kamar rawat inap, sebuah pertanda baik bahwa kondisi wanita itu mulai membaik.Wajah Yurika lelah, tubuhnya letih.Namun rasa penat itu seketika sirna saat melihat Amora yang kini terbaring tenang di ranjang putih bersih, dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya.Ia mendekat pelan.Duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan Amora yang masih dingin.Wanita muda itu tertidur pulas di bawah pengaruh obat penenang yang diberikan oleh tim dokter.Setelah siuman dari koma, Amora memang langsung disuntik penenang ringan.Dokter Bram khawatir tekanan darahnya melonjak bila Amora langsung menerima kabar yang mengejutkan, terutama soal kondisi Emran.Yurika menatap wajah pucat itu, lalu membisik pelan…“Amora, Emran selamat, Nak. Dia bertahan. Dokter mengatakan semangat hidupnya sangat tinggi. Dia memilih untuk tetap berjuang, demi kamu.”Air mata jatuh perlahan ke punggung tan

  • Transaksi Hati Ibu Pengganti Anak Presdir   Bab 69. Pertaruhan Nyawa di Ruang Operasi

    Pukul 16.00 tepat, lampu merah di atas ruang operasi menyala. Seluruh area disterilkan. Tidak ada suara lain kecuali langkah kaki para dokter dan denting alat medis. Emran, bayi berusia 67 hari, terbaring di meja operasi.dibaringkan dengan sangat hati-hati, seolah tubuhnya terbuat dari kaca. Tubuhnya mungil, wajahnya pucat. Monitor merekam detak jantungnya yang pelan dan tidak stabil. Lubang selebar 16 milimeter di bilik jantungnya telah membawa bayi ini berada di ambang hidup dan mati. Namun hari ini, perjuangan dilakukan dengan kekuatan penuh. Empat tim dokter dari tiga negara telah bersiap. Profesor Johns Crawford, ahli bedah jantung pediatrik dari Johns Hopkins Hospital, Amerika, dikenal karena kepiawaiannya menangani bayi dengan kelainan jantung ekstrem. Profesor Steven Jian, spesialis jantung anak dari SingHealth, Singapura, yang membawa serta teknologi pemantauan sirkulasi darah termutakhir. Profesor Irawan Mahendra, ahli bedah jantung senior dari Rumah Sakit Nasiona

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status