author-banner
Dualismdiary
Dualismdiary
Author

Novel-novel oleh Dualismdiary

MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti

MAHAPATIH DARI MASA DEPAN : Dark Romance di Istana Majapahti

Seorang auditor jenius abad ke-21, Alesha Naraya, terhempas ke abad ke-14—ke jantung kerajaan terbesar Noesantara: Majapahti. Ia terpaksa menyamar sebagai seorang pemuda untuk bertahan hidup. Penyamaran itu menyeretnya ke gerbang menuju kekuasaan, dan perlahan namanya melekat dengan sosok legendaris: Mahapatih Gaja Mada. Ia terjebak antara ambisi, rahasia, dan cinta terlarang pada Sang Raja, Arya Wuruk.
Baca
Chapter: 109 – Salep dan Bara
Alesha mengikuti Arya Wuruk melintasi koridor istana. Punggung Raja itu tampak tegap dan berkuasa, namun setiap langkahnya terasa seperti tali yang menarik Alesha semakin dalam menuju jurang rahasia. Ia tahu ke mana langkah ini membawanya: ke tempat di mana gelar dan jubah tidak lagi berarti, ke dalam ruang yang semalam telah merobek semua pertahanannya.Pintu menuju bangsal pribadi Arya Wuruk tertutup rapat di belakang mereka. Bunyinya yang tenang seakan menyegel ruangan itu dari seluruh dunia Wilwatikta, dari semua mata dan telinga yang mengawasi.Arya tidak menoleh. Ia hanya berdiri mematung di depan pintu, membiarkan keheningan itu melilit mereka. Lalu, tanpa peringatan, tangannya bergerak cepat — merobek kain penutup wajah Alesha yang sudah longgar.Kain itu jatuh ke lantai, seperti perisai terakhir yang dihancurkan.Saat wajah Alesha terbuka sepenuhnya, Arya berbalik. Ekspresi di matanya berubah dari ketenangan seorang Raja menjadi sesuatu yang liar dan mendesak.Ia melangkah, d
Terakhir Diperbarui: 2025-10-14
Chapter: 108 — Balairung Senyap
Pagi di Balairung Wilwatikta seakan menahan napas. Asap dupa menari pelan di antara tiang batu, sementara cahaya matahari menembus kisi-kisi tinggi dan jatuh membentuk garis-garis tipis di lantai yang dingin.Barisan rakryan telah hadir, bersila rapi di tempat masing-masing. Di tengah mereka, berdiri sosok Rakryan Tumenggung Gaja Mada — tegap, berseragam lengkap, tapi langkahnya sedikit tertahan. Tidak ada yang menyadari, bahwa di balik sikapnya yang tegak itu, tubuhnya masih menyimpan sisa-sisa dari malam yang membuatnya sulit tidur… dan sulit berjalan.Dari singgasana, Paduka Raja Arya Wuruk menatap diam. Mata raja itu tenang, tapi tatapan itu menusuk, seperti sedang membaca hal yang tak boleh dibaca di tengah rapat resmi. Alesha — di balik sosok Gaja Mada — berusaha tidak menoleh, tidak bereaksi. Tapi pipinya terasa panas, bukan karena udara balairung yang hangat, melainkan karena ia tahu tatapan siapa yang kini sedang menelusuri tiap gerak tubuhnya.Rendra duduk tak jauh di s
Terakhir Diperbarui: 2025-10-14
Chapter: 107 — Harga dari Janji
Angin malam dari jendela batu meniup lembut ke dalam bangsal. Tirai tipis berayun perlahan, memantulkan cahaya pelita yang berkeredip di dinding batu. Hening. Hanya ada dua napas di ruangan itu — satu berat, satu bergetar.Alesha masih menunduk, tangan di lututnya, mencoba menjaga jarak dari raja yang duduk di dipan. Namun langkah Arya perlahan terdengar — lembut tapi pasti — mendekat.“Lesha,” suaranya rendah, hampir berbisik, namun memuat kekuatan yang membuat jantung siapa pun berhenti berdetak. Saat Alesha menegakkan kepala, Arya sudah berdiri tepat di hadapannya.“Jangan tutupi wajahmu di hadapanku,” katanya tenang, tapi nadanya bukan perintah seorang raja. Lebih seperti permohonan yang nyaris putus asa. “Tidak saat hanya ada kita berdua.”Sebelum Alesha sempat bereaksi, tangan Arya terulur, menarik kain penutup wajah itu perlahan — gerakannya lembut, tapi tak memberi ruang untuk penolakan. Kain itu jatuh di antara mereka. Kini wajah Alesha benar-benar terbuka, tanpa samar
Terakhir Diperbarui: 2025-10-13
Chapter: 106 — Di Antara Luka dan Tatapan
Langit Wilwatikta sore itu berwarna jingga lembut, tapi di dalam istana, suasana justru terasa berat dan sunyi. Aroma dupa dari ruang utama masih menggantung, bercampur dengan wangi obat yang menempel di udara.Alesha — dalam samaran Gaja Mada — berjalan di belakang Raja Arya Wuruk yang baru kembali dari medan Keta. Langkah-langkah prajurit pengawal teratur di sepanjang koridor batu yang dingin. Di ujung lorong, pintu besar menuju bangsal raja terbuka perlahan, menyingkap ruangan yang mewah namun tenang: lampu minyak berpendar temaram, kain tirai merah marun menjuntai lembut di sisi dipan.Arya duduk perlahan di tepi tempat tidurnya. Luka panah di bahu kanannya masih dibalut kain putih, sedikit berwarna merah muda oleh rembesan darah yang belum sepenuhnya kering. Wajahnya pucat, tapi matanya tetap tajam — memantulkan cahaya kecil dari pelita di dekatnya.“Paduka,” ujar Alesha dengan suara rendah, sedikit serak oleh lelah. “Sebaiknya beristirahat. Tabib telah menyiapkan ramuan tidur
Terakhir Diperbarui: 2025-10-13
Chapter: 105 — Harga yang Tertinggal
Fajar naik lambat di atas lembah Keta. Kabut pagi berbaur dengan asap dari sisa pertempuran semalam — tipis, kelabu, dan beraroma besi. Tanah masih basah oleh darah, dan udara memantulkan keheningan yang aneh: bukan damai, melainkan duka yang belum sempat dikubur.Di lapangan tengah, barisan prajurit berdiri dalam senyap. Bendera Majapahit setengah tiang, berkibar lemah tertiup angin. Gaja Mada berdiri paling depan, wajahnya dingin, tanpa ekspresi. Tapi di balik kain penutup wajah itu, matanya merah — terlalu banyak yang gugur di bawah panjinya hari ini.Arya Wuruk berdiri di sebelahnya, bahunya masih diperban, tapi matanya tegak menatap ke depan. Ia memimpin doa bagi para prajurit yang tak akan kembali. Suara mantranya rendah, namun setiap kata terasa berat: “Semoga roh kalian diterima dalam ketenangan, dan darah yang tumpah menjadi dasar kekuatan baru bagi negeri ini.”Ketika doa selesai, dentang gong terakhir bergema, menandai akhir upacara. Namun yang benar-benar berakhir
Terakhir Diperbarui: 2025-10-12
Chapter: 104 — Sisa Api di Dada
Senja berganti malam tanpa bintang. Lembah Keta hanya menyisakan asap tipis dari bara yang belum padam. Bau darah masih terasa di udara, dan tanah yang diinjak prajurit telah berubah menjadi lumpur kemerahan.Majapahit menang — tapi kemenangan itu tidak bersorak, hanya diam, berat, dan penuh kehilangan.Gaja Mada berdiri di tengah lapangan penuh reruntuhan, wajahnya dipenuhi jelaga dan keringat. Rendra mendekat dengan pedang yang masih meneteskan darah. Keduanya saling pandang tanpa banyak kata — hanya hembusan napas panjang yang menjadi ucapan syukur diam-diam.“Pasukan Keta telah mundur seluruhnya,” kata Rendra lirih. “Tapi banyak korban di pihak kita.”Alesha mengangguk pelan di balik penutup wajahnya. “Majapahit tidak meminta perang, tapi kita harus menjaga yang tersisa.” Ia menatap jauh, ke arah tenda pasanggrahan di ujung lembah. “Pastikan para tabib tidak kekurangan obat dan kain. Aku akan memeriksa barisan terluka.”Rendra menatapnya sejenak, lalu menyentuh bahunya singk
Terakhir Diperbarui: 2025-10-12
Terjerat Hasrat Liar Mantan Selingkuhan

Terjerat Hasrat Liar Mantan Selingkuhan

(Cerita bisa mengandung 21+) Meira selalu dikenal sebagai gadis jenius—IQ superior, cantik, dan berprestasi. Namun hidupnya tak berjalan sesuai jalur emas yang diimpikan banyak orang. Di masa SMA, ia pernah menerima cinta seorang adik kelas, Hastan, hanya untuk membalas sakit hati dari pacar lamanya, Octavian. Hubungan itu singkat, terhenti di antara liburan dan aturan keluarga yang ketat. Meira bahkan memutuskan Hastan lewat pesan singkat… dan menghilang. Bertahun-tahun kemudian, Meira bukan lagi gadis piala olimpiade itu. Ia adalah istri yang kehilangan mimpi, ibu dari seorang anak, dan perempuan yang bertahan di pernikahan retak. Saat kembali bekerja sebagai Project Manager di perusahaan instalasi elektronik medis, sebuah proyek membawanya ke rumah sakit militer—dan ke pelukan masa lalu. Hastan kini seorang Letnan Kolonel muda Divisi Siber. Tatapannya tetap sama, namun kali ini lebih berbahaya. Di balik senyum tenangnya, ia memegang rahasia: ponsel Meira sudah ia retas, setiap pesan, panggilan, bahkan momen paling pribadi dalam rumah tangganya ada di genggamannya. Ia tahu kelemahan Meira. Ia tahu apa yang membuatnya menyerah. Dan ia tahu… Meira belum benar-benar lepas darinya. Di antara ikatan pernikahan yang belum resmi berakhir, obsesi yang semakin dalam, dan masa lalu yang tak pernah ditutup, Meira terjebak dalam permainan berbahaya antara cinta, dendam, dan hasrat yang tak pernah padam.
Baca
Chapter: 155 — Di Antara Diam dan Amarah
Suara klakson mobil membelah udara malam, nyaring, berulang—hingga membuat beberapa kepala pelayan di rumah Angel menoleh dari jendela. Meira yang semula hendak berbincang sebentar dengan Angel dan Chris sontak menegang. Tatapan Angel yang semula ramah berubah sedikit heran. “Mei, itu Hastan ya?” tanyanya pelan. Meira menelan napas kesal, bibirnya menegang. “Iya…” jawabnya singkat, lalu memaksakan senyum. “Sepertinya dia... buru-buru.” Tanpa sempat menyesap teh yang baru dituangkan Angel, Meira menunduk pada Dio dan mengecup keningnya. “Tidur yang nyenyak, ya sayang. Jangan lupa berdoa sebelum tidur.” “Ma juga hati-hati di jalan,” jawab Dio riang, melambai. Ia tidak tahu, di balik senyum lembut Meira, ada bara yang siap meledak. Begitu keluar dari rumah, suara klakson itu terdengar lagi—lebih panjang. Meira berjalan cepat menuju mobil, membuka pintu dengan kasar. “Apaan sih, berisik banget tahu?! Nggak bisa sabar sedikit apa?!” serunya sambil menatap kesal ke arah Hastan.
Terakhir Diperbarui: 2025-10-10
Chapter: 154 - Pelarian yang Tertahan
Suasana di ruang tamu keluarga Maheswara terasa berat. Clarissa masih di lantai atas, sementara aroma teh jahe dari dapur tak cukup menenangkan udara yang sejak tadi mencekam. Meira duduk di sofa, diam. Dio bermain di karpet, menyusun balok kayu yang baru dibelikan Nayla. Tapi batinnya… tak tenang sama sekali. Setiap suara langkah dari arah tangga membuat jantungnya berdebar, setiap bisik pelayan terasa seperti gemuruh. Ia tak tahan lagi. 'Aku tidak bisa terus di sini… tidak malam ini.' Meira menghela napas dalam, lalu menoleh ke arah putranya yang sedang menyusun balok menjadi menara tinggi. “Dio,” panggilnya lembut. Anak kecil itu menoleh dengan mata berbinar. “Ya, Ma?” “Kita siap-siap, ya? Malam ini kita tidur di rumah Tante Angel. Tante dan Om Chris baru pulang dari liburan mereka, kamu pasti mau ketemu, kan?” Mata Dio langsung berbinar lebih cerah. “Beneran, Ma? Tante Angel udah pulang? Aku mau banget! Tante Angel pasti bawain aku cokelat!” serunya riang
Terakhir Diperbarui: 2025-10-08
Chapter: 153 - Rencana di Balik Senja
Sore itu, rumah keluarga Maheswara tampak sibuk. Pelayan lalu-lalang membawa kotak dekorasi dan bunga segar, bersiap untuk acara besar tiga hari lagi — anniversary Tuan dan Nyonya Maheswara. Mobil hitam Hastan meluncur masuk ke halaman dengan elegan, menembus cahaya senja yang keemasan. Dari balik kaca, Meira bisa melihat para pelayan menyambut dengan sopan. Ia menarik napas pelan, berusaha menata wajahnya agar terlihat tenang. Hari itu, ia datang bersama Hastan sepulang kerja, seperti biasanya. Tapi hatinya tidak tenang. Ada sesuatu di udara — sesuatu yang membuat jantungnya terasa berat sejak memasuki gerbang besar itu. Begitu mereka masuk ke ruang tamu, Meira membeku. Di sana, Clarissa sudah duduk manis di sofa empuk berwarna krem, mengenakan gaun maternity sederhana namun elegan. Ia tersenyum hangat—senyum yang tampak begitu wajar di rumah ini, seolah tak pernah ada jarak di antara dirinya dan keluarga Maheswara. “Clarissa sayang, sini, makan dulu sedikit sebelum ke atas,” u
Terakhir Diperbarui: 2025-10-07
Chapter: 152 — Sisa Api di Dalam Diam
“Kau di mana, Has? Suaramu… agak—aneh.” Suara Clarissa terdengar lagi, lembut, namun kali ini menusuk udara yang baru saja dilalui badai. Hastan menatap layar ponsel di dashboard, lalu menarik napas pelan, seolah baru sadar kembali pada dunia luar. “Aku sedang di parkiran,” jawabnya datar. “Mau pulang. Sudah dulu, ya.” Klik. Sambungan terputus. Keheningan kembali merayap, mengisi setiap sudut mobil dengan sisa napas yang masih belum pulih. Meira masih di pangkuannya. Tak ada lagi perlawanan. Kepalanya lunglai, menyandar di dada bidang itu—seolah semua kekuatan telah direnggut habis dari tubuhnya. Napasnya berat, mata terpejam, wajahnya basah oleh keringat dan sisa air mata. Untuk sesaat, Hastan hanya menatap. Diam. Tatapan itu bukan lagi milik seorang pria yang sedang menaklukkan, tapi seseorang yang seolah tak tahu bagaimana cara berhenti. Ia membuka laci di dashboard, mengambil tisu basah, dan dengan gerakan tenang, membersihkan kulit paha Meira. Sentuhannya ha
Terakhir Diperbarui: 2025-10-06
Chapter: 151 — Denting Rahasia di Antara Napas
Denting nada dering itu masih menggema, menggantung di udara mobil yang mulai berembun. Bunyi sederhana—namun malam seolah bergetar karenanya. Meira membeku. Ujung jarinya gemetar, napasnya tersangkut di tenggorokan. Nama di layar itu bukan sekadar nama; itu ancaman, pengingat bahwa dunia luar masih ada—dan bisa meruntuhkan segalanya hanya dengan satu suara. Clarissa. Hastan tak segera bergerak, hanya diam dengan senyum samar yang sulit ditebak. Tatapannya seperti bayangan api, berpendar di balik iris gelapnya, memantul di kaca depan yang buram. Lalu tanpa memperingatkan, tangannya terulur, menekan tombol di layar besar mobil—layar yang kini menyalakan sambungan panggilan. Suara lembut perempuan itu memenuhi ruang sempit mobil, memecah udara yang sudah terlalu padat oleh napas mereka berdua. “Halo, Has?” Meira tersentak. Seluruh tubuhnya menegang, seolah suara itu datang dari kedalaman neraka yang tak ingin ia dengar. Namun sebelum ia bisa berbuat apa pun, jemari Has
Terakhir Diperbarui: 2025-10-05
Chapter: 150 - Terkurung di Pangkuan Gelapnya
Suara robekan halus itu masih bergema di telinga Meira, bagai tanda bahwa garis batas antara waras dan gila baru saja dilangkahi. Nafasnya memburu, dadanya naik-turun tak beraturan, sementara tatapan Hastan menusuk dalam, tajam bagai bilah yang siap melukai.“Kenapa… harus dengan cara ini, Hastan…” bisik Meira, suaranya bergetar.Hastan tidak menjawab dengan kata. Justru jemarinya yang keras dan panas menyusuri belahan lembah kenikmatan terlarang itu, seolah menuliskan vonis di kulitnya. Tubuh Meira bergetar hebat, setengah ingin mendorong pergi, setengah ingin menyerah saja pada arus liar yang mengikatnya.Hastan menunduk, menciumi bibir Meira dengan brutal, menghisap setiap helaan nafasnya hingga gadis itu tercekik oleh campuran ngeri dan nikmat. Tangan di pinggangnya mengunci, tangan lain menekan tengkuknya, membuat Meira nyaris tak bisa bergerak.Lalu, seolah seluruh dunia bersekongkol dalam kegilaan itu—Hastan mendorong masuk batang keras besarnya ke dalam lembah kenikmatan Meira
Terakhir Diperbarui: 2025-10-03
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status