Menjadi seorang simpanan, sejujurnya bukanlah suatu keinginan bagi Andhini Shakira. Kerapuhan kondisi ekonomi keluarga, adalah awal mula terseretnya gadis cantik ini pada kehancuran. Awalnya, menikah di bawah tangan dengan Akmal Sanjaya adalah keputusan yang tepat. Hingga akhirnya Akmal membuka topeng yang sesungguhnya. Hidupnya di penuhi dengan kehancuran. Pertemuannya dengan Tristan Liam Shaquille, membuatnya terikat dengan kesempatan dangkal yang membuatnya kembali menjadi istri simpanan. Tujuan-tujuan tertentu menjadikan Andhi pada akhirnya, jatuh ke lubang yang sama. Bahkan, Tristan jauh lebih kejam dari Akmal. Mampukah Andhini bangkit dari kehancuran yang di lakoni dua pria yang pernah bertahta di hatinya?
View MoreAngin malam berhembus perlahan......
Menembus pori-pori kulit seorang wanita yang tengah terpekur lama menatap jalanan ibu kota yang cukup ramai.
Langit malam nampak gelap tertutup kabut.
Rembulan yang biasanya menyinari bagian belahan bumi, Kini nampak muram. Cahaya titik bintang yang bertaburan seperti malam-malam sebelumnya, kini tak lagi terlihat.
Menyembunyikan sinar yang sejatinya sangat terang.
Andhini Shakira........
Wanita berusia 20 tahun itu menatap nyalang langit yang demikian gelap nan bermuram durja, Sama dengan hatinya yang bergejolak penuh keraguan dan kekecewaan.
Perlahan namun pasti,
Butiran kristal cair itu tak urung jatuh jua.....
Membawa kepedihan yang mendalam, mendeklarasikan pada dunia bahwa dirinya...... tengah berduka.
Menjadi simpanan seorang pria yang cukup mapan, bukanlah pilihannya.
Ada kehidupan ibu dan adiknya di kampung yang harus ia penuhi. Belum lagi biaya sekolah yang tak bisa di katakan murah.
Ayahnya telah lama berpulang ke pangkuan ilahi. Mewariskan segudang hutang yang harus ia lunasi.
Bukan tanpa alasan....
Penyakit jantung ayahnya demikian akut, hingga membuat keluarganya harus berhutang pada koperasi setempat di kampungnya.
Jumlahnya pun jauh dari kata sedikit.
Dering ponsel demikian nyaring di telinganya.
Ia memandang ponselnya dengan tatapan nanar. Dengan gemetar, salah satu jemarinya terulur untuk mengangkat panggilan dari ibunya.
"Assalamualaikum..."
Suara ibunya mengalun lembut terdengar di telinganya.
Sayangnya, Dhini tak memungkiri bahwa ada kepedihan pada nada suara ibunya kali ini.
"W*'alaikum salam, ibu".
Dhink terisak perlahan.
Air matanya meluruh seiring dengan tangisan sang ibu. Hening beberapa saat hingga suara ibu Dhini kembali terdengar.
"Cukup, nak. Jangan menangis lagi.
Maafkan lah ibu yang tak bisa melindungi mu dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anak ibu."
"Tidak, Bu. Dhini yang salah."
"Ssttt..... Jangan menangis lagi, ya.
Ibu janji akan menyusul dan menjemputmu ke kota. Kita pulang ke desa dan kita rawat anakmu bersama-sama.
Hanya satu yang ibu pinta......
Kau tak boleh putus asa.
Kau boleh terluka, tapi jangan sampai menyakiti apalagi melenyapkan darah dagingmu sendiri.
Mengerti?"
Andhini semakin terisak pilu.
"Andhini tak ingin melakukan hal bodoh, Bu.
Mana mungkin Dhini tega menyakiti darah daging Dhini sendiri?
Dan Dhini......
Harus mendatangi mas Akmal.
Bila perlu, Dhini sendiri yang akan bicara dengan istri mas Akmal.
Dhini tak mau di cerai begitu saja karena mas Akmal tak menginginkan bayi ini.
Meski Dhini seorang simpanan, tapi Dhini juga istrinya. Istri yang sah di mata agama"
"Tunggu ibu. Ibu yang akan mendampingimu untuk ke sana".
"Tidak, Bu. Bila memang kisah ini harus berakhir, Dhini sendiri yang akan mengakhirinya. Karna dulu, Dhini lah yang memulai".
Dhini memutuskan panggilan sepihak.
Maka, dengan langkah pasti, dirinya bersiap untuk pergi ke kediaman Akmal.
Biarlah.....
Biarlah hari ini ia mengambil keputusan.
Lima bulan.
Lima bulan bukan waktu yang sebentar untuk Dhini yang di abaikan Akmal.
Saat mengetahui Andhini mengandung dua bulan, Akmal memintanya untuk menggugurkan kandungannya.
Tak sampai di situ. Andhini menolak dengan tegas apa yang di minta Akmal.
Hingga membuat Akmal menjatuhkan talak saat itu juga. Meninggalkan Dhini yang sedang hamil muda. Tanpa peduli akan kehancuran hati yang selama ini mencintainya dengan sepenuh hati.
Dan yang lebih membuat harga diri seorang Andhini luruh, Akmal memberi sejumlah uang untuk biaya aborsi.
Hati wanita mana yang tak hancur?
Mematut dirinya sekali lagi di cermin, Andhini memantapkan niatnya kali ini.
Bayinya akan lahir sekitar dua setengah bulan lagi. Dan andhini tak ingin melahirkan bayi tanpa sosok ayah.
Menghembuskan nafas perlahan, ia kemudian beranjak menuju mobilnya yang terparkir rapi di garasi rumahnya yang minimalis.
Mobil melaju perlahan menuju kediaman Akmal.
Berjuta sakit, kecewa bahkan gundah gulana meneriakkan kepedihan tanpa ukuran.
Andhini harus berjuang demi keadilan yang hendak ia tuntut.
Sekuat hati dirinya untuk tetap kokoh pada pendirian agar ia mengesampingkan luka istri Akmal. Bagaimana, bayinya butuh ayah.
Bukan hanya perihal materi.
Melainkan juga kasih sayang yang tentu akan berpengaruh besar pada pertumbuhan dan perkembangan anaknya kelak.
Sekali lagi, Dhini harus kuat.
Hingga mobilnya tiba di kediaman Akmal.
Memasuki pelataran dengan jantung yang tentu berdegub kencang.
Sekali lagi, Dhini memantapkan hatinya.
Biarlah.....
Mungkin ini adalah ujung dari perjuangannya yang melelahkan. Berjuang menunggu Akmal yang telah tega menghempaskannya ke jurang nestapa.
Kini......
Dhini tak ingin dirinya meragu apa lagi
bimbang.
"Selamat malam, maaf dengan ibu siapa dan ada keperluan apa?".
Seorang security menghampiri dan menyambut nya. Senyumnya ramah dan nampak tulus tanpa di buat-buat.
"Saya.... em saya Dhini, temannya pak Akmal. Apa pak Akmal dan istrinya ada?
Saya ada urusan pribadi dengan beliau".
Begitulah Dhini mengungkapkan.
"Tunggulah di sini sebentar, mbak.
Saya hubungi Nyonya Arini dulu"
Andhini hanya mengangguk, membiarkan dirinya menunggu di dalam mobil.
Semoga saja kedatangannya tak mendapat penolakan.
Ya......
Semoga saja.
"Silahkan, mbak. Bu Arini bersedia menemui, tetapi pak Akmal belum pulang dari kantor.
Mari, saya antar".
Suara security tiba-tiba.
Senyum lega terbit begitu saja dari dari bibir tipis Dhini.
Setelah turun dari mobil, langkah Dhini mengikuti langkah sang security.
Meski gugup melanda, nampak tekad menyala kuat di mata indahnya.
Dhini harus menyelesaikan apa yang belum selesai antar dirinya dan Akmal.
"Ini nyonya, tamu tuan".
"Ya, terima kasih.
Kembalilah ke tempat berjaga".
"Baik, nyonya.".
Sesaat, Dhini meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah.
Nyonya Akmal Sanjaya di hadapannya ini memanglah wanita yang cantik dengan lekuk tubuh yang sangat molek.
Lantas, apa kekurangan wanita ini hingga membuat Akmal berpaling padanya?
Pikiran Arini penuh tanya.
Rumahnya juga megah. Kehidupan mereka bisa di katakan sempurna.
Apalagi, Andhini sempat menangkap siluet seorang gadis yang berlarian menuju tangga.
Sepertinya itu putri Akmal.
"Selamat malam, nyonya".
Dhini menyapa dengan lembut. Senyum kaku jelas tercetak di wajahnya.
"Malam. Mari silahkan duduk.
Maaf, dengan siapa ya?".
Andhini dan Arini duduk di sofa ruang tamu.
Senyum Arini nampak cerah dan ramah.
"Saya Andhini Shakira. Ada keperluan penting dengan tuan Akmal".
"Apa anda pekerja di kantornya?".
Andhini menggeleng lemah.
"Saya ingin mengembalikan sesuatu yang tuan Akmal berikan pada saya lima bulan lalu".
Perlahan, Andhini membuka tasnya. Meraih amplop coklat yang berisikan sejumlah uang. Juga dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu kredit dan kartu ATM.
Di letakkan nya kedua kartu dan amplop itu ke meja, hingga menimbulkan raut wajah bingung dari Arini.
"Apa maksudnya ini".
Firasat Arini nampak tak nyaman. Terlebih menatap perut buncit andhini yang menimbulkan banyak spekulasi dalam otaknya.
Andhini menghela nafasnya. Kemudian berkata dengan air mata yang mulai luruh.
"Setahun yang lalu, tuan Akmal menikahi saya. Dan lima bulan yang lalu, beliau menjatuhkan talak pada saya karna saya menolak untuk menggugurkan kandungan saya yang notabenenya adalah bayi kami.
Ini adalah uang yang tuan Akmal berikan pada saya untuk biaya aborsi yang sayangnya, tak saya gunakan sepeser pun.
Saya butuh tuan Akmal sebagai ayah dari calon bayi saya. Dan setelah bayi saya lahir, beliau boleh meninggalkan saya.
Saya hanya ingin anak ini lahir dan legalitasnya di akui negara.
Maka dari itu, saya ingin tuan Akmal menikahi saya secara resmi.
Saya berjanji tak akan menuntut lebih, saya akan pergi setelah bayi ini lahir dan kami bercerai. Jadi saya mohon, nyonya...... Saya tak akan datang kemari andai tuan Akmal tak menjatuhkan talak lima bulan lalu".
**
Tak ada yang sanggup mengalikan mood seorang Tristan saat ini. Satu sisi, ia seolah trauma akibat pengkhianatan Celine. Namun, disisi lainnya dirinya seolah berbisik bahwa Andin yang penurut dan mengerti dirinya, harus dipertahankan bagaimana pun caranya. Bisakah Tristan tidak usah memilih saja? Di seluruh penjuru dunia, Tristan percaya pasti ada wanita yang sanggup mencintai dengan ketulusan kadar tinggi. Hanya saja keretakan di hatinya membuat Tristan dilema, seolah tak ada lagi makhluk berjenis wanita yang memiliki setia paling tinggi. Sanggupkah dirinya bertahan dalam pengkhianatan ini? Sanggupkah ia menjalani hari tanpa bayangan pengkhianatan istri tercinta? Sanggupkah ia menutup mata dan telinga agar ia tidak jauh dari Celine? Baiklah, kali ini Tristan mantap untuk berpisah dari Celine. "Leon," panggilnya pada sang Asisten pribadinya itu. "Ya, tuan," jawab Leon datar. "Bawa Andhini ke rumah Mom segera, bawa ia ke rumah utama. Lakukan secepatnya dan urus segalanya!" peri
Sepasang kekasih tengah berperang manja dengan Suara desah menggoda penuh syahwat, dalam kamar sebuah apartemen mewah. Keduanya sudah dibutakan oleh nafsu yang menyesatkan. Hubungan terlarang, seolah tak ada lagi dalam kamus mereka yang menghapus logika sendiri.Jordan dan Celine, bahkan sepasang kekasih itu tak pernah memikirkan seseorang yang saat ini tengah mengintai mereka. Mereka juga tidak menyadari, bahwa gerak-gerik mereka kini telah mulai terbaca oleh Tristan. Jordan yang terbiasa rapi menyembunyikan sesuatu dari apa pun, nyatanya kini lengah.“Ahhh . . . Astagahh . . . Jordan, kau, kau mengapa . . . Kuat sekali.” Celine mendesah tak tahu malu, suaranya mendayu manja menggoda penuh bisikan, membuat Jordan kian terbakar api gairahnya. Sudah lama sekali, Jordan mengidamkan hari ini. Menghabiskan malam dengan ranjang panasnya dengan Celine yang tak punya harga diri itu.“Kau, kau juga . . . Nikmat, Cel. Bodohnya Tristan telah . . . telah menduakanmu.” Jordan meracau tidak jelas
Pukulan demi pukulan batin Akmal terima saat ini. Kehadiran Andhini dan Tristan yang rupanya telah mengakuisisi perusahaannya, membuat Akmal syok luar biasa. Inilah hukumannya. Inilah ganjaran yang Akmal terima tersebab dosanya di masa lalu. Inilah akhir dari nasib mujurnya selama ini. Selain dihadapkan dengan kenyataan Andhini, wanita yang dicintainya telah resmi dimiliki orang lain, kini Akmal juga dihadapkan dengan kehancuran bisnis warisan keluarganya. Tak ada lagi Akmal yang kaya raya dan penuh kesempurnaan, yang ada hanyalah, Akmal yang hidup biasa saja selayaknya masyarakat tingkat menengah ke bawah. Nyalang tatapan Akmal terhadap Andhini, rupanya tak luput dari pandangan Tristan sejak tadi. Bisa Tristan lihat dengan jelas, Akmal masih sangat mencintai Andhini saat ini. Jejak cinta itu terlihat nyata. Meski Akmal tak merayu, ataupun menggoda Andhini, namun tetap saja jejak cinta Akmal itu berhasil menciptakan percikan api cemburu dalam hati Tristan. Niat hati semula yang hany
Ada segurat wajah khawatir bercampur takut pada wajah tampan Akmal yang hingga kini masih tampak jelas. Lelaki itu melepas paksa jarum infus yang melekat erat pada pergelangan tangannya, membuat beberapa tetes darah mengalir begitu saja di pagi buta tadi.Akmal seolah seperti lelaki kesurupan dengan tingkahnya yang demikian brutal memaki para perawat dan dokter yang menangani. Andai Andin dan Tristan tidak membayar lebih dulu semua biaya perawatan Akmal, mungkin dokter akan mengusir Akmal saat itu juga. Toh mereka pikir, Akmal tak ada apa-apanya lagi sekarang.Dokter telah memberi saran agar Akmal istirahat total dulu akibat luka serius yang di derita karena luka tembakan di kaki, serta kondisi tubuhnya yang belum stabil usai koma. Namun Akmal benar-benar marah dan memaki semua perawat dan dokter. Lelaki itu benar-benar tak sabar, apa lagi memikirkan tentang apa yang terjadi pada kantornya yang saat terakhir kali ia tinggal, memiliki masalah serius dan bisa bangkrut kapan saja.Asiste
Si pelayan tadi lantas beralu sembari tergopoh. Ada emosi rumit yang entah, tak bisa Leon telusuri lebih dalam lagi. Pergerakan seperti ini saja, sudah berhasil membuat Leon terpercik curiga. ** Tristan menatap Andhini yang baru saja duduk di hadapannya. Keduanya saat ini tengah mengenakan setelan putih hitam yang sangat serasi. Tak pelak, ini adalah salah satu kesempurnaan sepanjang pernikahan Andhini dan Tristan. Hanya salah satu. Andin, tampak sangat menawan dengan busana kerja yang Pas di tubuhnya. Perut buncitnya, membuat Andin tampak mengeluarkan aura kecantikan dalam diri berkali-kali lipat. Pesonanya tak main-main. “Apa yang membuatmu tak nyaman, Andin? Aku melihat kau seperti wanita yang tengah ketakutan. Apa yang membuatmu takut.” Tristan berkata sambil menatap intens istrinya. Tristan bukanlah tipe lelaki yang suka berbasa-basi, Apa lagi harus bertele-tele. Baginya, waktu adalah segalanya dan harus ia manfaatkan dengan baik. “Takut apa? Aku tak akan takut siapa-siapa,
Pagi menyapa bumi, hari telah tiba dengan berjuta ragam perasaan yang menggelayuti hati seorang Andhini. Entah mengapa, hatinya selalu merasakan emosi yang aneh ketika dekat dengan Tristan. Bersama Tristan, Andhini bisa mendapatkan apa pun yang ia kehendaki.Merebut kembali Haidar, membalaskan sakit hati terhadap Akmal yang telah mempermainkannya dan juga telah mengingkari janji, juga memberikan kemewahan dan menjamin hidup Andin. Apa yang tak Andin dapatkan saat ini?Cinta Tristan.Ya, hanya cinta Tristan yang tak Andin dapatkan sepenuhnya. Jika tentang perhatian, Tristan cukup perhatian dan cukup siaga jika terjadi sesuatu pada Andin. Hanya saja, menurut Andin itu semata hanyalah karena dirinya mengandung darah daging Tristan. Tidak lebih. Pernikahan mereka terjalin hanya karena sebuah kesepakatan dangkal. Selebihnya, mungkin hanya sebatas formalitas atas semua sikap Tristan terhadap Andhini. Tak ada cinta suci, tak ada cinta sejati.Pada akhirnya, Andin harus menerima kenyataan bah
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments