Setelah makan malam, Anggasta segera mengantar Alana pulang karena sudah larut malam. Saat Anggasta hendak pulang, Alana langsung mencegah Anggasta pergi dan memintanya untuk mampir dulu ke dalam rumahnya. Alana beralasan kalau ia ingin membicarakan rencana pertunangan mereka, Anggasta menyetujui ucapan Alana dan mengikutinya masuk ke dalam rumah."Kamu mau minum apa Ngga?" Alana meletakkan tasnya di meja bar dapur."Apa aja Al,""Oke, aku buatin teh anget aja ya?"Alana segera meracik teh untuk Anggasta, saat Anggasta lengah Alana segera menuangkan obat tersebut ke dalam minuman Anggasta dan menyajikannya. Anggasta meminum teh tersebut hingga habis tidak bersisa, sebentar lagi efek obat itu akan muncul dan Anggasta tidak akan bisa lari dari jebakan Alana. Di tengah obrolan mereka Anggasta mulai merasakan sesuatu yang tidak nyaman di dalam dirinya, sensasi aneh dan rasa panas mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Alana menaikkan satu sudut bibirnya, perlahan-lahan Anggasta mulai terliha
Aruna dan Kastara akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan lagi setelah Kastara pulang dari Italia, hubungan mereka semakin lengket setelah berpisah beberapa saat dan saling menyadari betapa dalamnya perasaan mereka satu sama lain. Aruna kembali bahagia seperti dulu, ia merasa hidupnya sekarang begitu sempurna dengan adanya Kastara di sisinya. Kuliah yang kemarin sempat tidak terjalani dengan baik kini berjalan dengan lancar berkat support Kastara, dan pekerjaan yang kemarin begitu sulit Aruna jalani kini sangat mudah ia jalani berkat moodnya yang selalu bagus. Namun ketenangan itu ternyata tidak berlangsung lama, dua minggu setelah kembali menjalin hubungan dengan Kastara Aruna mengalami hal yang membuat hidupnya berubah 180°. Tiga hari yang lalu seharusnya Aruna sudah datang bulan, namun hingga kini tubuhnya belum juga menunjukkan tanda-tanda datang bulan. Aruna melirik ke arah laci nakas, di dalam sana ada satu benda yang dulu pernah ia beli namun tidak pernah ia harapkan untu
Di kediaman Anggasta, semua orang kini tengah saling berdebat dan saling mengukuhkan keinginannya masing-masing. Tidak ada yang setuju dengan keputusan Rajasa untuk menikahkan Aruna dengan Anggasta, meskipun Aruna kini tengah mengandung anak dari Anggasta. Kastara benar-benar terbakar emosi, namun ia tidak bisa menyalahkan Anggasta atas kehamilan Aruna."Yah Anggasta gak bisa menikahi Aruna, Anggasta hanya bisa bertanggung jawab pada bayi yang ada di dalam kandungannya. Anggasta rela memberikan semua harta milik Anggasta untuknya asal tidak menikahi Aruna," ucap Anggasta putus asa. "Jaga bicaramu Anggasta! kamu pikir Aruna perempuan yang kekurangan uang, hah?! harta kita bahkan tidak sebanding dengan hartanya. Mengerti kamu?!" bentak Rajasa."Kalau Aruna cuma butuh tanggung jawab, biar Kastara yang bertanggung jawab atas kehamilannya." sela Kastara."Mau Kastara atau Anggasta ibu gak akan setuju kalian menikahi perempuan pembawa sial itu!" Kinan menangis meraung-raung.Rajasa menghel
Setelah bertemu Kastara, Aruna memutuskan untuk kembali ke rumah sakit tempat dimana Takahiro di rawat. Ayara masih belum bergeser dari tempat duduknya sejak Aruna pergi, ia terus menunggu Takahiro yang masih belum sadarkan diri. Aruna merebahkan dirinya di sofa, semua kekacauan ini adalah salahnya sendiri. Jika ia tidak merencanakan rencana gila itu, mungkin sekarang ia tidak akan hamil anak Anggasta. Semua akan berjalan baik, dan hidupnya akan tetap sempurna seperti kemarin saat janin ini belum ada di dalam rahimnya. "Tidak usah menangis, tangisan kamu itu gak ada gunanya!" cetus Ayara, tatapannya memancarkan aura kemarahan yang begitu mendalam kepada Aruna. Aruna tidak membalas ucapan Ayara, ia justru tertunduk malu. Ayara duduk di sebelah Aruna dan mengusap wajahnya kasar, sejak Takahiro masuk rumah sakit ia belum beristirahat sama sekali bahkan ia juga belum makan. Sebelumnya Ayara sangat menantikan momen di mana Takahiro pergi dari dunia ini, namun saat melihat keadaan Takahi
"Sudah siap semuanya?" tanya penghulu yang menikahkan Aruna dan Anggasta. Anggasta mengangguk, lalu menjabat tangan penghulu dan mengucapkan ijab kabul dengan satu tarikan nafas. Dengan ini resmi sudah status Aruna sebagai istri Anggasta, sebagai formalitas Aruna mencium tangan Anggasta begitupun Anggasta yang menyematkan cincin di jari manis Aruna. Kastara tidak bisa menahan kesedihannya, kelopak matanya nampak berkaca-kaca dan penuh lara. Liza memeluk Aruna erat, pernikahan yang tidak diinginkan ini pasti sangat berat untuk Aruna. Tidak ada rona kebahagiaan pada wajah setiap orang yang hadir di pernikahan hari ini, kecuali Rajasa. Rajasa akhirnya bahagia karena tujuannya sudah tercapai, memang benar yang namanya jodoh mau terpisah seperti apapun pasti akan kembali lagi pikir Rajasa. "Sekarang kamu sudah resmi menjadi istri dari Anggasta, untuk sementara kamu tidak perlu mengurus urusan perusahaan dulu. Lebih baik sekarang kamu fokus menjalani kuliah dan menjaga kehamilanmu sampai
Setelah seharian penuh memanjakan Alana dan mengantarkannya pulang, Anggasta kembali ke kediamannya pada pukul tujuh malam. Saat Anggasta masuk ke dalam rumah sudut matanya melihat siluet seseorang yang sedang berenang di dalam kolam, Anggasta keluar menuju ke kolam renang dan spontan Aruna mengeluarkan setengah tubuhnya dari dalam air saat melihat Anggasta menghampirinya. Wajah Anggasta memerah padam, Aruna kini hanya menggunakan bikini yang sangat seksi dan menampilkan semua lekuk tubuhnya di hadapan Anggasta. "Aruna!" bentak Anggasta seraya mengusap wajahnya kasar, biar bagaimanapun Anggasta tetaplah lelaki normal yang akan tersipu saat melihat pemandangan seperti ini. "Apa sih mas, kaget tau."Aruna dengan santainya keluar dari kolam renang dan duduk di kursi sembari menikmati jus jeruknya, ia bahkan tidak menutup tubuhnya dengan handuk. "Ini jam tujuh malam, kamu gak waras ya berenang jam segini?!" "Gak ada larangannya kan berenang malam-malam? lagian aku biasa kok berenang
Hari ini Aruna mulai menjalani kuliahnya lagi setelah sekian lama vakum, karena Aruna tidak membawa mobil saat pindah ke sini jadi ia berencana untuk ikut mobil Anggasta ke kampus namun ternyata Anggasta menolaknya. Anggasta sudah berjanji untuk menjemput Alana pagi ini, ia tidak ingin mengingkari janjinya pada Alana meskipun hanya janji sepele.Aruna mengalah, ia akhirnya memesan sebuah taksi online untuk pergi ke kampus. Karena Aruna sekarang sedang hamil, pakaian yang ia kenakan sekarang juga tidak semenawan dulu. Aruna hanya menggunakan celana kulot high waist berbahan kain dan kaos crop top, tidak lupa juga ia membawa sweater rajut untuk menutupi tubuhnya saat jam pelajaran kuliah.Saat tiba di kampus Aruna langsung di sambut ramah oleh semua orang, namun lagi-lagi sapaan ramah itu hanyalah sebuah jilatan untuk mendapatkan hatinya. Karena Aruna tidak punya teman, mau tidak mau ia menerima sapaan geng julid yang sedari kemarin berusaha mendapatkan hatinya. Davira, si ketua geng ya
Saat taksi yang Aruna tumpangi sampai di halaman rumah Anggasta, kebetulan Anggasta juga baru kembali ke rumah setelah hampir seharian berada di kampus. Sepanjang keluar dari mobil air mata Aruna terus turun membasahi pipinya, Anggasta heran mengapa Aruna menangis sampai seperti itu."Aruna, kamu darimana?" Anggasta menegur Aruna yang hendak masuk ke dalam rumah."Bukan urusan mas aku darimana," jawab Aruna ketus."Aku ini suami kamu Aruna!" Anggasta menjegal pergelangan tangan Aruna."Ya, tapi cuma suami di atas kertas.""Tapi tetap aja di mata orang-orang kamu itu istri aku! dan lagi apa ini? kamu pakai baju kayak begini dan keluar tanpa sepengetahuan aku," Anggasta menunjuk baju Aruna.Baru Aruna akan menyahuti ucapan Anggasta, tiba-tiba Kastara datang dan langsung menarik Aruna dari genggaman Anggasta."Na, dengerin aku dulu." Kastara menggenggam kedua tangan Aruna di depan mata Anggasta."Oh, jadi kalian pergi bersama tanpa sepengetahuan aku?" Anggasta tersenyum sinis kepada Arun