Siang hari di Group JS--lebih tepatnya di ruangan presiden Julian.
Yuri masuk keruangan dengan banyak sekali laporan keluhan dari pemasaran penjualan alat elektronik yang di produksi oleh Group JS, dia sangat kesal melihat Julian lagi-lagi hanya melamun di meja kantornya, mau sampai kapan masalahnya akan berakhir. Yuri menjauhkan tumpukkan kertas itu di mejanya bertujuan membangunkan pria itu.
"Oh! ayolah Yuri, kamu bisa membuatku mati muda jika seperti itu terus." ucap Julian terkejut, dia ingin sekali lari dari semua masalah ini namun tidak ada tempat baginya untuk pergi kesana.
"seharusnya aku mengatakan itu padamu presiden Julian! Tidak bisakah kau mengabaikan sedikit masalahmu dan fokuslah pada pekerjaanmu!"
"kau!!"
"Apa? Berani sekali kau berteriak pada seseorang yang lebih tua darimu! Pergi dari kantor ini dan selesaikan masalahmu."
"kau ini kenapa? Siapa sebenarnya pimpinan dari group JS ini? Kenapa sikapmu seakan-akan kau Ceo-nya!"
"Julian, aku seperti ini karena kasihan padamu, kamu tidak fokus dalam bekerja, belum lagi kamu sering meninggalkan malam siang, tidakkah kau memikirkan kesehatanmu?"
"Kamu tidak mengerti masalahku."
"Aku tahu, kamu dipaksa untuk menikah bukan? Pernikahan tidak seburuk yang kau pikirkan walau memang akan banyak perbedaan diawalnya tapi ketahuilah itu adalah cara untuk saling mengisi kekurangan satu sama lain."
"Jika kau tahu, kenapa kau tidak menikah denganku saja?"
"Bodoh! Berbicara denganmu hanya membuang waktuku!"
"Yuri!!"
"Yuri!"
"sekretaris Yuri!!"
Yuri mengabaikan segala panggilan yang Julian keluarkan, dia terlalu merepotkan dirinya sendiri jika terus terlibat dalam urusan Julian, intinya dia sudah memberikan solusi jika pria itu tidak mau mendengarkannya itu keputusan Julian.
"aku lelah!!"
Tiba-tiba ponsel Julian berdering, dari layar bertuliskan 'Kevin'
"Apa ada kau menghubungiku?"
"Dimana?"
"di klub Sun Flowers? Oke aku akan datang"
******
"Ibu kemana kita akan pergi?" Leira bertanya pada sang Ibu, dia mengenakan kemeja lengan panjang, dan celana pendek, ditambah dengan kacamata sebagai pelengkap.
Liera dan Merry sedang didalam mobil untuk bersiap-siap pergi kesuatu yang sudah Merry janjikan tadi pagi, mereka akan melakukan pertemuan dengan tuan Grew dalam urusan perjodohan yang sudah lama mereka sepakati ketika mereka menjadi mitra kerja.
"Kenapa Liera memakai celana pendek lagi?" ucap Merry, dia sebenarnya tidak mempermasalahkan Liera memakai apapun tapi dia akan bertemu dengan rekan bisnisnya kurang baik jika dirinya membawa Liera dengan pakaian seperti itu.
"Apa Liera tidak boleh memakainya?"
"Tidak, Ibu ingin bertemu dengan seseorang jika Lisa pakai celana itu akan tidak sopan rasanya, jadi masuklah kedalam dan ganti dengan celana panjang oke?"
"Baiklah." dengan sedih Liera membuka pintu mobil dan segera pergi ke dalam rumah.
Ketika Liera masuk kedalam rumah, dia melihat sang kakak yang baru saja turun dari kamarnya dengan pakaian yang sudah diganti, jika Liera cenderung suka memakai pakaian tren terkini lain berbeda dengan Keira yang lebih menyukai pakaian kebarat-baratan, wajar jika Keira lebih suka memakai pakaian yang lebih mengekspos lekukkan tubuhnya, seperti sekarang dia hanya memakai kaos pendek yang memperlihatkan perut ratanya dan celana bahan panjang.
"Kenapa?" tanya Keira, dia bukan tipekal pemarah namun dia lebih tidak suka orang menatapnya aneh seperti yang Lisa lakukan tadi.
"Kakak Keira butuh sesuatu?"
"Kau akan pergi bersama dia?"
"Dia? Ibu? Oh Ibu bilang kita akan bertemu dengan seseorang, sekarang aku harus berganti pakaian."
"pergilah, aku hanya lapar." ucap Keira, dia melangkah kakinya sehingga melewati Liera begitu saja, selama di paris dia terus mengikuti diet ketat hingga berat badannya turun begitu banyak dan sekarang dia butuh ingin makan sepuas yang dia mau.
"Kakak bisa sendiri?"
"Ya!! Tidak usah memikirkanku pergilah."
Beberapa menit lebih tetap 15 menit kemudian barulah Liera kembali kedalam mobil setelah membantukan Keira membuat ramen untuknya, Liera sudah tahu jika sang kakak tidak bisa melakukannya sendiri jadi tanpa diminta gadis itu membantu sang kakak hingga mengerti cara membuat mei instan.
"kenapa lama?" tanya Merry, dia kembali menyalakan mesin mobilnya.
"Liera tadi membantu kakak membuat makanan untuknya, Kakak Keira bilang jika dia lapar." ucap Liera, dia memakai sabuk pengamannya lagi, dia sudah mengganti celana dengan celana yang layak dilihat.
"Baiklah, ayo kita berangkat."
Tak lama kemudian mobil yang Merry kendarai langsung meninggalkan garasi dan halaman rumahnya, bukan tanpa alasan kenapa Merry lebih memilih untuk mengajak Liera daripada Keira yang akan di jodohkan tapi kedatangan Merry bersama Lislera untuk mengulur waktu perjodohan yang belum tentu Keira sendiri mau dan putra Tuan Grew itu sendiri.
"Ibu, apakah kita akan pergi ketempat yang jauh?"
"Tidak, kita hanya akan bertemu di Cafe dekat dengan kantor Group JS."
"Group JS? Siapa dia? Apa itu teman lama Ibu?"
"Liera akan tahu sendiri nanti sesampai disana."
Liera mengangguk mengerti, karena perjalanan masih jauh jadi gadis itu memutuskan untuk memainkan ponsel tipisnya yang baru dibeli, walau Liera seperti anak kecil, dia cukup pintar untuk bermain alat canggih itu.
Butuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk sampai di cafe seberang kantor Kang, Merry dan Liera melangkah bersama mendekati seorang pria tua yang sedang duduk di luar Cafe dengan beberapa penjaga disisinya.
"Apa anda menunggu lama Tuan Grew?" tanya Merry, dia menarik kursi untuk dirinya yang berseberangan dengan Tuan Grew, dia juga memerintahkan Liera untuk duduk disampingnya.
"kau membawa putrimu? Sayang sekali Julian sangat sibuk hari ini." ucap Tuan Grew, dia sedikit berbohong saat mengucapkan jika 'Julian sangat sibuk hari ini' padahal Tuan Grew hanya tidak berhasil menyeret putra untuk datang ke pertemuan kali ini.
"Tuan Grew, bisakah anda membatalkan perjanjian kita." ucap Merry yang terkesan to the point, dia sedikit cemas jika dirinya memaksa Keira untuk menyetujui perjodohan yang bahkan tidak putrinya ketahui sama sekali, itu akan semakin menjauh keduanya lebih jauh lagi bagaikan samudra pasifik dengan samudra eropa.
"Aku tidak mengerti kenapa Nona Merry ingin membatalkan perjanjian ini yang sudah kita tanda tangani sepuluh tahun yang lalu, apakah ada lupa dengan siapa sponsor terbesar untuk membantu usaha Wine-mu?"
Merry terdiam, dia sangat tahu jika Tuan Grew bukanlah orang yang mudah untuk diajak negosiasi dalam kesempatan yang sudah tertulis, Merry lagi-lagi dibuat pilihan yang antara salah dan benar, "aku tahu, Grup Grew sangat berpengaruh pada usaha Wine-ku tapi Tuan Grew putri--maksudku dia butuh waktu."
"aku akan memberikan waktu untuknya tapi aku tidak akan membiarkan dirimu sampai membatalkan perjanjian ini, ingatlah Nona Merry usaha Wine-mu bisa hancur hanya dalam satu malam jika putrimu menolak untuk menikahi putraku." ucap Tuan Grew, pria itu benar-benar menggertak Merry dengan sekali mengucap, dengan tonjak yang menjadi tumpuan pria itu pergi meninggalkan Cafe tanpa mengatakan apapun setelahnya.
"Tuan Grew!!"
Dengan lemas Merry menahan dirinya untuk tidak marah dengan kepergian Tuan Grew yang begitu saja, padahal dirinya baru saja sampai dan belum ada lima menit disana, dia menatap Liera yang tentu saja hanya diam saja di sisinya, gadis itu tidak mengerti apapun jika hanya mendengar dan melihat, Liera butuh suatu penjelasan itulah kenapa dia tidak mengeluarkan suara saat sang ibu berdebat dengan pria tua.
"Ibu, Liera tidak mengerti kenapa paman itu begitu saja memarahi mom lalui pergi"
"Liera, bisakah pesankan minuman untuk Ibu, cuaca hari begitu panas, bagaimana jika Liera memesan ice cream juga?"
"Bolehkah?"
"Hm--Ibu ingin es americano, untuk Liera bisa memilih sendirikan?"
Liera mengangguk, dia segera masuk kedalam cafe dan memesan sesuai yang diperintahkan sang ibu, selagi menunggu Liera kembali Merry sedang memikirkan bagaimana cara membujuk Keira untuk mau menerima perjodohan, bukan Merry harus melakukan pendekatan dengan Heejin baru berbicara perjodohan ini dengan baik.
'aku tidak akan mungkin membiarkan Liera menggantikan Keira!'
Suara musik dari DJ di dalam klub Sun Flowers begitu mengundang untuk terus menari, terletak di pinggiran kota dengan fasilitas yang cukup bagi untuk kalangan atas sampai menengah, Klub Sun Flowers yang terdiri dari dua lantai dan beberapa ruangan VVIP, begitu mengiringi malam panjangan dengan suara teriakkan dari berbagai kalangan untuk menyalurkan segala kesenangan atau sebuah perasaan frustasi karena sebuah stress dalam menjalani hidup, semua yang berada di lantai dansa menari bagaikan tidak ada hari esok untuk sekedar mengingat mereka punya rumah.Semua begitu bersemangat dengan musik yang tidak kenal takut akan mengguncangkan klub malam, begitu berisik hingga untuk berbicara saja harus saling berbisik, jika tidak seperti itu, namanya sebuah klub malam, bukan?Tak hanya menyediakan berbagai kebutuhan entah itu musik,
Pagi yang cerah di musim summer ini, hari ini Leira dan Merry berencana akan menghabiskan liburan Lisa dipantai, rencana awal Liera memang ingin pergi kesana karena saat menyenangkan melihat pantai di musim panas seperti ini, ditambah dengan ombak dan angin yang selalu menjadi penyelengkap setiap dirinya berkunjung ke pantai.Tapi itu harus tertunda untuk beberapa jam karena tiba-tiba Merry memiliki sebuah jadwal pertemuan dengan tamu yang datang dari London, kali ini setelah sekian lama akhirnya Merry mendapatkan kerjasama dengan negara bunga sakura itu.Jadi mereka memutuskan menunda keberangkatan sampai Merry selesai melakukan pertemuannya.Liera menatap bosan pada layar TV yang menayangkan banyak program bagus, tangannya hanya terus menekan tombol 'next' yang tidak tahu apa tujuan dia melakukan itu, dia sudah mengemasi pakaiannya dan juga sudah menyiapkan kebutuhan lainnya, tapi sekarang dia harus menunggu sang ibu yang belum pulang."aku bosan!
Udara daerah yang terasa begitu menyejukkan ketika pertama kali meninggalkan bandara.Keira, Leira dan Merry, ketiganya menyeret koper masing-masing sambil berjalan meninggalkan bandara, jam sudah menunjukkan pukul lima sore.Karena Merry yang melakukan pertemuannya begitu lama belum lagi tiba-tiba Keira yang meminta ikut membuat ketiganya memesan penerbangan sore hari secara mendadak untuknya, awalnya Merry ingin menunda lagi keberangkatan menjadi besok tapi saat Keira memutuskan untuk ikut, entah kenapa Merry begitu senang sampai setelah kembali langsung bergegas menuju bandara.Wajah bahagia sangat terlihat jelas ketika Merry menatap kedua putri, walau Keira mengatakan terang-terang membenci dirinya tapi Merry masih bisa bersyukur karena Keira tidak menunjukkan jika dirinya tidak menyukai adiknya, walau sikapnya sangat dingin tapi dia masih mau menganggap Leira adiknya.Ketiganya menunggu mobil yang sudah pesan Merry, dengan barang yang tidak terlalu banya
Julian sama sekali tidak dapat memejam matanya, dia hanya bermodalkan nekat untuk datang ke pernikahan mantan kekasihnya tanpa memikirkan kesiapan apa yang akan dia lakukan ketika dia berada di acara tersebut, dia juga tidak terlalu menyukai suasana pernikahan yang menurutnya begitu membosankan jika berlama-lama berada disana.Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, seharusnya masih ada beberapa jam lagi sebelum dirinya melihat upacara pernikahan itu, tapi rasanya seperti dirinya-lah yang akan berdiri di depan altar, perasaan gugup bercampur khawatir menyelimuti pikirannya, tidak henti-hentinya langkah pria itu berjalan tak tentu arah."Akh!!! Menyebalkan!! Mereka yang ingin menikah kenapa harus diriku yang dibuat rumit!!" ucapnya, tak tahu ucapan itu tersampaikan untuk siapa."ayolah Jul!! Kau hanya perlu memberikan selamat lalu setelah itu pergi, tidak sulit bukan?"Haruskah sekarang dia menyesali pilihannya?Hanya menghadiri sebuah pernikahan
Menikmati suasana sore hari bersama dengan udara pantai sejuk dan angin yang menerpa tubuh, membuat segala kepenatan dalam hidup menjadi berkurang dan menghilang bersama indahnya suasana disana.Liera duduk diantara pasir putih dan suara ombak yang terus menggoda dirinya walau hanya sekedar mencelupkan kakinya disana, sang ibu maupun sang kakak tidak ada yang memiliki waktu untuk menemaninya untuk melihat indahnya matahari terbenam, padahal mereka hanya berada disana tidak lebih dari tiga hari tapi seakan-akan pekerjaan selalu membuat mereka lupa tujuan awal mereka bertiga kesini.Gadis Lugu itu hanya terdiam disana, disekitar dirinya banyak sekali pasangan yang juga menunggu moment itu, tak ada rasa iri dalam hatinya. Lisa selalu berpikir jika dirinya masih terlalu jauh untuk melangkah dalam hubungan 'pacaran' dirinya bahkan masih begitu canggung berinteraksi dengan teman sekolahnya, hal itu membuat Liera ingat dengan kejadian beberapa hari lalu dimana dirinya tak senga
Sesampainya di hotel …Liera menutup diri saat Sang Ibu terus mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dan pria yang Merry baru lihat, saat menemukan mereka berdua satu sama lain seperti telah terjadi sesuatu hingga Liera bahkan mau memakai jas pria itu.Tidak!!Pikiran negatif terus memenuhi pikiran Merry saat ini, dia hanya bisa menatap Liera yang terdiam di sofa dengan tatapan kosongnya, pertama kalinya Merry melihat Liera yang terdiam dan bahkan terus mengabaikan dirinya jika diajak berbicara."Liera?" panggil Merry, dia sedikit menjaga jarak pada putri dengan maksud memberikan ruang pada untuknya dan mencoba berbicara baik layaknya sebagai sahabat putrinya."Ibu, Liera tidak ingin mengatakan apapun, aku butuh istirahat sekarang."Liera pergi dari ruang tamu itu, dia berjalan kearah kamarnya dengan handuk yang masih berada diatas kepalanya, kejadian itu membuat banyak sekali pertanyaan dan juga keanehan yang terus menghantu
Beberapa hari begitu saja, Liera kembali pada aktivitas sebelumnya yang dimana dia masih menjadi gadis yang belum menyelesaikan sekolahnya, kembali kepada dirinya yang akan bertemu dengan teman sebayanya setelah menghabiskan libur musim panas.Dengan tas ransel berwarna biru, dirinya melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah setelah memberikan salam perpisahan dengan sang ibu, bukan suatu hal yang baru bagi Liera jika setiap hari, ibu akan mengantar-jemput dirinya dari sejak Liera mengenal sekolah sampaisekarang.Di sekolah umum yang sekarang Liera tempu pendidikannya, tidak banyak dari mereka yang memperdulikan dirinya tapi tak banyak juga ingin berteman dengannya, Liera sangat populer dalam segala kalangan disekolah ini, banyak sekali kakak kelas dan adik kelas sering kali mendekati dirinya namun tidak ada satupun yang bisa memikat hati.Lisa sangat pintar dalam urusan menolak pria.Disekolah ini tak ada yang bisa membully dirinya, tapi bukan berarti tid
Beberapa hari kemudian …Kehidupan ini masih berjalan seperti biasanya, di mana cuaca kadang berubah di setiap harinya dan terkadang berbeda dari harapan, wajar saja jika dihitung dari pergantian musim sudah seharusnya menjelang kedatangan 'Reason Summer.'Walau semua terdengar baik, tapi seindah apapun pergantian musim tak akan sempat Julian lihat, pria terlalu sibuk dengan banyak sekali pekerjaan, itu hanya satu pengalihan saja dia hanya sibuk menghindari bertemu langsung dengan ayahnya, mulai dari dirinya harus lebihsering mengunjungi rumah calon istrinya dan terus meluangkan waktu untuk pertemuan yang sangat Julian hindari.Menurutnya dia terlalu terburu-buru jika harus langsung bersikap jika dia setuju walau tidak punya peluang untuk menolak, Julian ingin melakukan pendekatan secara pribadi, dia sangat menentang jika harus diatur apalagi diperintahkan seperti beberapa hari yang lalu, untungJulian bisa menolaknya dengan alasan jika dia sakit.Tapi