Share

SIX

Mak Nem hanya bisa menghela napas saat melihat kaki Syl yang dibalut. Untungnya, kakinya hanya terkilir. Bila kakinya retak, akan lama untuk sembuh. Bukannya, Mak Nem enggan untuk mengurus Syl, hanya saja Syl baru saja masuk kerja belum genap seminggu. Dan dia sudah harus absen selama seminggu juga.

"Apakah kakimu masih sakit?" tanya Mak Nem.

Ini sudah hari ketiga sejak Syl kembali ke asrama dengan digendong oleh Andera. Mak Nem mengenal dengan betul bagaimana sifat asli Andera. Meski anak lelaki itu selalu bersifat dingin dan sepertinya enggan berhubungan dengan orang lain, dia tetap akan sopan dan ramah kepada orang yang lebih tua. Menurut Mak Nem, Andera bisa dibilang anak yang lebih ramah dan sopan dari pada June. Sang Casanova yang terkenal welcome dengan siapa saja.

"Sudah bisa jalan sedikit-sedikit. Mungkin pas hari kelima udah bisa ngambil nasi sendiri," gurau Syl.

Mak Nem hanya bisa menepuk pundak Syl dengan gemas. Menurut Mak Nem, Syl adalah gadis yang cukup riang. Hanya saja, pesona yang dimiliki Syl benar-benqr membuat canggung orang di sisinya. Mungkin, hanya Dewi yang bisa berjalan dengan santai di sisinya. Andai semua orang berpikir seperti Dewi, maka mungkin Syl tidak perlu menyendiri seperti ini.

"Syl, makan siang sudah datang!"

Mak Nem memandang ke arah pintu. Dia bisa melihat Dewi yang masih menggunakan seragam kerja. Sekarang, dia sedang sibuk membuka sepatunya. Memberikan tempat makan yang ada di tangannya ke Mak Nem yang mendekat. Lalu, pergi ke toilet untuk cuci kaki dan tangan. Jika dia tidak melakukan itu, Mak Nem akan memukulnya.

"Kak Dewi pasti cukup capek untuk setiap hari bawain makan kayak gini," ucap Syl dengan sedih. Dia senang bahwa ada orang yang tulus untuk bersahabat dengannya. Namun, dia tidak ingin terlihat seperti dia memanfaatkannya.

"Tidak apa-apa. Dewi selalu memandangmu sebagai adiknya. Dia memang seperti ini. Yah, Dewi pernah bercerita bahwa dia menginginkan seorang adik. Dan akhirnya bisa dia wujudkan dengan memanjakanmu," ucap Mak Nem sambil tersenyum tulus.

Syl terkekeh pelan sebelum akhirnya mengangguk. Dia membuka tempat makan yang dibawa oleh Dewi. San seperti biasa, dia bisa melihat lauk, sayur, dan nasi yang berlebihan. Apalagi sepertinya beberapa dari lauk ini bukan menu makan siang di sini.

"Aku makan nunggu Kak Dewi balik aja. Pasti Bang Dayat juga gak makan di makan di kantin dalam, kan?" tanya Syp kepada Mak Nem. Mak Nem hanya mengangguk tidak yakin.

Menurut Mak Nem, Dayat itu tipe yang cinta mati dengan Dewi. Dia akan melakukan apa saja yang diminta oleh gadis itu. Jika Dewi tidak dekat dengan Syl, Dayat pasti akan memilih menjayh. Untungnya, tiga orang ini benar-benar hidup dengan rukun. Syl juga sepertinta tidak ada rasa yang berlebihan untuk Dayat. Mak Nem tahu tentang ini. Yang membuat Mak Nem bersyukur adalah Dayat yang tidak seperti lelaki lainnya.

"Kamu belom makan?"

Dewi dengan wajah yang masih basah masuk ke dalam asrama. Sebelum Mak Nem memarahinya, Dewi sudah dengan secepat kilat menuju ranjangnya. Mengambil handuk dan mengelap sisa air yang masih ada di muka dan tangannya.

"Ayo makan sama-sama. Lihatnya seberapa banyaknya makanan ini," ajak Syl sambil menatap kotak makan tiga tingkat milik Dewi.

"Kamu tidak tahu betapa susahnya aku mencari itu," sungut Dewi.

"Terima kasih, Kakakku," balas Syl sambil bersikap manja. Andai saja kakinya tidak sakit, Syl pasti sudah berlari untuk memeluk Dewi.

"Yah, kamu memang harus tahu tentang ini. Makanan ini dari tiga orang. Sebenarnya ada yang lain yang bermiat untuk memberi juga, tapi aku tolak. Tiga orang ini benar-benar susah untuk ditolak," sungut Dewi.

"Tiga orang?"

Syl menatap Dewi dengan bingung. Apalagi saat dia melihat ke arah Mak Nem yang sepertinya menghela napas dengan lelah. Sepertinya Mak Nem sudah tahu siapa tiga orang yang akan disebutkan oleh Dewi. Pamor tiga orang ini sepertinya tidak akan bisa ditahan oleh Syl. Makanya, Mak Nem dan Dewi memilih untuk diam.

"Kenapa Mak Nem dan Kakak tiba-tiba pucat?"

Syl menatap ke dua orang itu dengan bingung. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

"Kamu gak paham?"

Syl kembali bingung dan menggelengkan kepala dengan tanpa daya. Melihat tatapan bingung dan polos itu, Mak Nem tidak bisa membantu tetapi merasa lega. Andai itu wanita lain yang memiliki wajah dan pesona seperti Syl, Mak Nem sudah bisa memastikan bahwa akan ada pertikaian di antara karyawan laki-laki yang sudah dianggap anak oleh Mak Nem.

"Kenapa kalian begitu susah untuk memberitahunya? Lihatlag wajah cucu baruku ini. Benar-benar kebingungan."

Suara Mak Yah membuat mereka bertiga memandang ke arah pintu. Wanita tua yang sudah seperti nenek bagi setiap karyawan itu berdiri dengan bertolak pinggang di depan pintu. Mak Yah kemudian menggelengkan kepala sebelum melangkah ke arah Syl dan Dewi. Mengelus dengan lembut puncak kepala milik dua anak perempuan yang beranjak dewasa itu.

"Apa yang memnuat kaliam begitu susah untuk memberitahunya?" tanya Mak Yah. "Yah, aku juga tahu apa yang kalian pikirkan," lanjut Mak Yah tanpa menunggu jawaban dari ke duanya.

"Baiklah, Syl. Kami mau mendengar setelah atau sebelum makan?" tanya Mak Yah kembali. Kali ini, dia menatap Syl dengan lembut.

"Setelah makan saja. Kak Dewi akan segera kembali ke kilang, kan?" tanya Syl.

Dewi mengangguk dengan setuju. Syl menerima piring dan sendok yang diulurkan Dewi. Mereka juga mengajak Mak Yah dan Mak Nem untuk ikut makan bersama. Sayangnya, dua orang tua yang mereka hormati itu menolak. Sementara Dewi dan Syl makan, Mak Yah memilih untuk sholat ke Masjid. Masih akan ada waktu setelah dia melakukan kewajibannya.

***

Mak Yah melihat Syl sedang bermain ponsel saat dia memasuki asrama. Dia juga tidak melihat Dewi di sana, sepertinya gadis itu sudah kembali bekerja. Memang, bell khusus untuk karyawan kilang akan berbunyi lima menit lagi. Itu berbeda dengan karyawan yang bekerja di bagian dapur atau koperasi.

"Dewi sudah balik?" tanya Mak Yah.

"Iya. Barusan aja pergi," jawab Syl sambil meletakkan ponselnya. Dia tahu bahwa berbicara dengan orang yang lebih tua tidak akan sopan jika dia sambil bermain ponsel.

"Baiklah. Kamu sudah bisa menebak dari siapa makanan itu?" tanya Mak Yah.

"Syl awalnya ngira ini dari Bang Dayat. Sepertinya bukan yah? Kalau tebakan Syl berikutnya entah mengapa Syl mengarah ke arah Bang June? Selain Bang Dayat dan Kak Dewi, Syl hanya dekat dengan Bang June. Lalu untuk dua orang lainnya, Syl gak bisa nebal sama sekali," jawab Syl sambil menggaruk kepala. Dia merasa bingung dan sesekali melirik kotak makan yang sudah dicuci oleh Dewi.

"Yah, salah satunya itu dari June. Sedangkan dua lainnya dari Anto dan Andera," ucap Mak Yah kemudian.

Syl hanya bisa melongo mendengar ucapan Mak Yah. Bahkan Syl menengok ke arah Mak Nem untuk mencari kebenaran dari ini. Dan Syl bisa melihat Mak Nem mengangguk. Itu artinya, Mak Yah tidak berbohong. Lagi pula, Mak Yah tidak akan berbohong tentang hal-hal seperti ini.

"Kenapa harus Anto dan Andera?" gumam Syl sambil mengelus keningnya dengan gusar.

Mak Yah yang melihat tingkah laku Syl hanya bisa tersenyum. Dia sudah tahu bagaimana perlakuan karyawati-karyawati saat di dalam kilang. Yah, memang banyak rumor yang beredar yang wanita tua itu dengar. Namun, dia memilih untuk tidak percaya. Kali ini, sepertinya dia semakin yakin bahwa rumor yang beredar itu tidak ada yang benar. Jika memang Syl seperti yang diceritakan oleh rumor, harusnya Syl akan memerah dan tersenyum dengan genit. Namun, dia malah terlihat agak jengkel.

"Kayaknya Syl nanti malam harus ngasih tahu Kak Dewi untuk menolak lauk ini lagi," gumam Syl lagi.

Mak Yah dan Mak Nem terkekeh pelan ketika melihat Syl bergidik ngeri. Inu benar-benar seperti Syl sedang melihat seekor kutu atau sejenisnya. Andai Tanto dan Andera tahu, bukankah mereka akan muntah darah? Belum pernah ada gadis yang menolak mereka seperti apa yang Syl lakukan kali ini. Mak Yah juga akhinya mengerti apa yang terjadi. Sepertinya bukan Syl yang keganjenan jika bertemu dengan ke tiga anak lelaki ini. Namun, ke tiganyalah yang tidak bisa menolak pesona Syl.

"Kalau kamu melakukan itu, kamu hanya akan membuat Dewi berada di posisi yang cukup canggung," ucap Mak Nem memperingatkan.

"Kenapa begitu?" tanya Syl dengan bingung.

"Karena tidak ada alasan bagi Dewi untuk menolak. Jika dia bilanv bahwa kamu tidak mau menerimanya lagi, bukankah Dewi akan memberitahu mereka bahwa kamu sudah tahu? Jika begini, semua orang akan berada di posisi yang cukup canggung," jawab Mak Nem sambil tersenyum. Mak Yah mengangguk setuju.

"Jadi, aku harus diam saja?"

"Yah, kamu hanya bisa berpura-pura tidak tahu," ucap Mak Yah sambil terkekeh pelan.

"Mana bisa seperti ini!"

***

Ini adalah hari kelima sejak Syl tidak bisa berjalan ke mana-mana. Namun, saat ini Syl sudah bisa berdiri dan berjalan ke kantin sendirian. Saat ini, Syl sedang berjalan ke kantin, berniat sarapan karena semua karyawan pabrik sudah masuk kerja. Jadi, dia berpikir bahwa kantin sudah sepi. Sayangnya dia lupa bahwa masih ada anak malam yang belum kembali.

"Syl sudah bisa berjalan sendiri?" tanya Mbak Sah. Dia juga salah satu karyawan dapur seperti Mak Nem dan Mak Yah.

"Alhamdulillah sudah bisa jalan sebentar. Dokter Chu juga bilang kalau harus dipakai jalan biar ototnha cepat membaik," jawab Syl sambil tersenyum.

Mbak Sah hanya mengangguk ringan sebelum mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Syl. Dia juga memberikan bonus kepada Syl. Hal ini membuat Syl tersenyum sangat manis. Bagi Mbak Sah, Syl adalah orang yang ramah dan baik. Dia memiliki energi yang membuat semua orang ingin ikut menjaganya. Mbak Sah hanya bisa menggeleng sambil melihat punggung Syl yang menjauh dan duduk di salah satu pojok belakang.

"Syl kayaknya lupa kalau masih ada anak malam yang belum balik," gumam Mbak Sah sambil melirik ke arah jam.

Benar saja, belum ada dua menit berselang, suara anak-anak yang ramai membuat Mbak Sah menghela napas. Akan ada keributan jika para bujang itu tahu bahwa Syl makan sendirian. Namun, sebelum Mbak Sah bisa menyuruh Syl makan di dapur, dia melihat sesosok yang dia kenal duduk di depan Syl.

***

Syl yang baru makan beberapa sendok nyaris tersedak saat dia mendengar suara tawa yang ramai dari arah security gate. Dia menepuk keningnya pelan saat berpikir bahwa dia melupakan anak yang kerja shift malam. Dia tidak mungkin kembali ke asrama saat ini. Dan salah satu pilihannya adalah makan di dapur dengan Mak Yah. Namun, sebelum Syl melakukan hal itu, sesosok yang dikenal Syl duduk di depannya.

"Lanjutkan makannya. Anggap aja aku gak ada."

Andera hanya meletakkan segelas cappucino yang dibawanya. Dia juga bersender di dinding dan menaikkan kaki ke bangku. Pose Andera yang sedang berselonjor di kursi panjang kantin hampir membuat Syl tersedak kembali. Namun, kedatangan Andera juga sangat ampuh. Para karyawan lelaki yang melihat Syl sendirian di kantin tidak berani untuk mendekat.

"Abang gak makan?" tanya Syl pelan.

Niatnya, jika Andera bangkit dan mengambil makan, Syl akan berlari sekuat tenaga ke arah dapur. Namun, Andera hanya menggeleng. Yang berarti bahwa dia memang tidak berniat untuk makan. Sepertinya dia ke mari hanya ingin menyeduh sebungkus cappucino instan. Namun, kenapa dia gak balik ke asrama laki-laki saja? Bukannya malah duduk satu meja dengab Syl dan membuat lebih banyak rumor tentang gadis itu.

"Bagaimana kakimu?" tanua Andera pelan.

"Sudah baik. Mungkin hari selasa sudah bisa masuk kerja lagi," jawab Syl sambil tersenyum manis.

Andera yanh melihat senyum manis itu hanya bisa tertengun sebentar. Dia tidak menyangka bahwa senyuman Syl bisa berefek seperti ini. Pantas saja banyak teman seasramanya yang menjadi gila hanya karena disenyumin secara sekilas. Bahkan jika senyum itu bukan untuk mereka.

"Aku akan ke dapur," gumam Syl malu saat dia sadar Andera menatapnya begitu lama.

"Mau apa ke dapur?" tanya Andera dengan tenang. Hal ini membuat Syl gugup. Tidak mungkin dia bilang ke lelaki itu bahwa dia ingin kabur, bukan?

"Itu ... em ... ah ... buat susu cokelat," jawab Syl dengan gugup. Meskipun begitu, Syl tidak segera bangkit. Dia tahu bahwa dia tidak membawa susu cokelat dengannya pagi ini.

"Tapi kamu gak bawa susu, kan?" 

Mampus! Syl rasanya ingin segera menggali tanah dan mengubur diri. Sialan sekali laki-laki di depannya ini. Bagaimana bisa dia berbicara segampang ini? Wajah Syl hanya bisa memerah dengan sangat cepat.

"Anu, tadi Mak Yah bilang mau kasi susu hangat!"

Andera hampir terkekeh saat melihat betapa paniknya Syl saat ini. Dia belum melihat seorang gadis yang sangat ingin pergi dari hadapannya. Padahal biasanya banyak gadis yang ingin semeja dengan Andera. Hal ini membuat Andera merasa tertarik dengan Syl.

"Baiklah tunggu di sini."

Syl hanya melongo saat Andera meletakkan buku di meja. Dia tidak menyangka bahwa lelaki itu akan pergi ke dapur dan mengambilkan dirinya susu cokelat. Ini benar-benar membuat Syl ingin lari. Namun, semua mata saat imi sedang melihat ke arah Syl. Kantin saat ini sedang ramai. Benar-benar rasanya ingin menghilang saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status