Share

Pelecehan

last update Last Updated: 2022-08-09 18:50:25

Aku mempercepat langkahku, bergegas mendekati Vanya. Aku merangkul Vanya, menenangkannya.

"Dek, kamu gak apa-apa?" tanyaku sambil membantunya berdiri.

Vanya langsung bersembunyi di balik punggungku tanpa berucap sesuatu apapun.

"Kamu kenal wanita ini, Aldi?" tanya Dion sambil menatapku bingung.

"Dia ... istri saya, Pak," jawabku.

Netra Dion membulat sesaat, lalu tersenyum miring.

"Aneh sekali istrimu ini. Padahal aku cuma bertanya ada keperluan apa, karena pakaiannya terlihat sangat mencolok," ucap Dion sambil menatap aneh pada Vanya. "Eh, dia malah berlari seperti melihat setan."

Aku kaget mendengar ucapannya. Vanya pasti mengenal Dion, tapi Dion tidak mengenali Vanya karena dia memakai cadar. Tapi kenapa Vanya begitu ketakutan?

"Maaf, Pak. Istri saya memang suka takut pada orang asing," ucapku beralasan.

Aku memang mengenal Dion sudah lama, tapi saat di kantor aku harus tetap bicara sopan padanya karena dia atasanku.

"Seleramu sudah berubah, Aldi," ucap Dion lagi sambil tertawa. "Jadi kamu bosan dengan yang seksi, dan memilih yang tertutup rapat? Setidaknya suruh istrimu memperlihatkan wajahnya spesial untuk sahabatmu ini."

Vanya beringsut semakin dalam mendengar ucapan Dion. Aku memegang tangan Vanya yang dingin erat, mencoba membuatnya tenang.

"Maaf, Pak. Saya tidak bisa memaksa istri saya melakukan sesuatu yang tidak dia suka," ucapku menegaskan.

Wajah Dion seketika berubah tak senang. Aku kenal benar sifat Dion. Dia yang selalu bergonta-ganti pacar juga suka berfoya-foya menghamburkan uang. Setiap keinginannya harus terpenuhi, biarpun harus membayar mahal untuk itu.

"Belagu kamu, Aldi," ucap Dion kemudian. "Kamu jadi sok alim sekarang. Mau ganti profesi jadi ustadz kamu?"

Aku hanya bisa diam mendengar ocehan Dion. Yang terpenting sekarang adalah membuat Vanya merasa aman, tidak ketakutan lagi seperti sekarang.

"Saya permisi, Pak. Saya akan mengantar istri saya keluar untuk memanggil taksi, dan saya juga harus bekerja sekarang."

Dion hanya mengulum bibir. Aku menarik tangan Vanya menjauh dari Dion, menuju jalan keluar. Namun baru beberapa langkah meninggalkan Dion, tampak Tasya berdiri di depan kami. Astaghfirullah, jika tahu akan seperti ini seharusnya aku tidak menyuruh Vanya masuk tadi. Seharusnya aku meminta dia menunggu di luar saja. Maafkan suamimu yang bodoh ini, Dek ....

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Tasya sambil menatap tajam pada Vanya. " Jangan bilang kamu ke sini untuk menemui kakakku?"

Aku terkejut mendengar pertanyaan Tasya. Apa maksud ucapan Tasya?

"Apa maksudmu, Tasya?" Dion akhirnya kembali mendekati kami. "Kamu kenal dengan istrinya Aldi?"

"Tentu saja, Kak. Kita semua mengenalnya," jawab Tasya sambil tersenyum miring. "Dia itu Vanya, wanita murahan itu, racun untuk keluarga kita."

Dion tampak tersentak kaget mendengar ucapan adiknya. Aku langsung melindungi Vanya di belakang punggung. Genggaman tangan Vanya mengeras, bisa kurasakan tubuhnya gemetar hebat. Saat ini Vanya seperti seekor kelinci lemah, yang dikelilingi oleh singa yang siap menerkam.

"Apa kalian tidak puas menghina istriku? Tidak bisakah membiarkannya pergi?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu. "Ini kantor, bukan tempat untuk menyelesaikan masalah pribadi."

"Biar saja, biar sekalian semua orang tahu siapa wanita yang kamu nikahi ini!" ucap Tasya lagi.

"Aldi, kamu tahu kenapa aku begitu membencinya?" tanya Tasya padaku.

Aku terdiam seraya menatap Tasya gusar.

"Wanita yang kamu anggap suci ini, sudah merayu kakakku!" ucap Tasya lantang.

Netraku membulat, jantungku terasa seperti tertusuk pisau.

"Dia berani menjebak Kakakku dan mencoba mempermalukan keluarga kami. Aku menyebutnya pelac*ur bukan tanpa alasan, Aldi!"

Aku terdiam mendengar ucapannya. Tidak, apa aku harus percaya? Jika memang semua itu benar, ada alasan yang begitu kuat mengapa keluarga Tasya begitu membenci Vanya.

"Vanya!" panggil Tasya sambil menatap Vanya. "Apa kamu tidak malu dengan dirimu sendiri? Kamu sama sekali tidak pantas bersanding dengan lelaki dari keluarga terhormat seperti Aldi!"

"Jawab, Vanya!" suara Tasya penuh dengan penekanan. "Apa tidak cukup kamu merayu kakakku, dan sekarang merebut pacarku! Apa jangan-jangan kamu sengaja?"

Bisa kurasakan tangan Vanya melemas seketika mendengar ucapan Tasya. Perlahan dia melepaskan tangannya dari peganganku. Akupun masih begitu bimbang, antara harus percaya pada siapa.

"Buka matamu, Aldi! Wanita ini tidak sebaik yang kamu lihat! Dia memakai topeng. Pasti dia menikah denganmu hanya untuk menutupi aib dia saja," ucap Tasya lagi padaku.

Aku mengepalkan tangan, lalu menatap Tasya.

"Apapun yang terjadi pada kalian, semua itu hanya masa lalu. Sekarang dia istriku, jadi biar aku yang akan bertanggung jawab atas dirinya," ucapku, lebih pada meyakinkan diri sendiri.

"Jangan bod*h kamu, Aldi. Jika tidak untukmu sendiri, paling tidak pikirkan nama baik keluargamu. Apa yang dikatakan orang kalau tahu keluarga kalian memelihara wanita rendahan seperti ini!"

Aku terdiam lagi. Mama begitu menyayangi Vanya. Mama pasti tidak akan sanggup jika mengetahui apa yang Tasya ucapkan tentang masa lalu Vanya.

Tiba-tiba Dion mendorongku untuk menyingkir darinya dan mendekati Vanya. Vanya mundur, tubuhnya semakin gemetar. Akhirnya dia tersudut di tembok dan tidak bisa menghindar.

"Apa yang kamu lakukan, Kak?" Tasya menarik tangan Kakaknya. "Jangan dekati wanita kotor itu lagi."

Dion menepis tangan Tasya, tetap mendekati Vanya.

"Jadi kau ini benar-benar Vanya?" tanyanya sambil menatap Vanya.

"Apa yang terjadi denganmu, Vanya? Kenapa berpenampilan seperti ini?"

"Pergi!" teriak Vanya yang ketakutan. "Pergi, Kak!!!"

Aku tersentak kaget. Kakak? Kenapa Vanya memanggil Dion Kakak? Aku semakin bimbang, semakin tidak mengerti. Ada apa denganmu, Aldi?

"Jangan mendekat, Kak! Pergi!"

"Jangan takut, Vanya. Bukankah selama ini aku selalu memperlakukanmu dengan baik?" ucap Dion lagi. "Ayolah, kamu tidak pantas memakai pakaian seperti ini. Cepat buka."

Vanya menangis histeris ketika Dion dengan lancangnya menarik niqabnya. Kedua tangannya menutupi wajahnya.

Jantungku berdegup kencang.

Kenapa kamu diam saja, Aldi?!

Bedebah!

BLETAK!

Vanya dan Tasya menjerit melihat Dion jatuh tersungkur karena pukulanku yang tepat mengenai pipi kanannya. Dion menatapku gusar dengan wajah meringis dan punggung tangan mengusap pipinya.

"Kamu memang atasanku, Dion! Tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya menghina istriku, sampai dengan lancang membuka cadarnya di depanku!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Akhir

    "Kamu tahu di mana Vanya?" tanyaku tak sabar ketika mendengar ucapan Dion di seberang telepon.Dion mengiyakan, lalu dengan suara gagapnya dia menjelaskan."Kemarin dia datang untuk mengunjungi kami, dan mengabarkan kalau panti asuhan yang dibangunnya telah selesai. Hari ini dia kembali ke kotanya."Netraku seketika membulat. Tubuhku melemas seketika. Kenapa dia tidak menemuiku? Apa dia sudah melupakan aku, suaminya?"Vanya menanyakan kabar kalian. Dia bahagia Tasya hamil," ucap Dion kemudian, seperti tahu apa yang kupikirkan. "Dia bilang tak ingin merusak kebahagiaan kalian."Aku memejamkan mata, menahan perih tak terkira dalam hati. Tak tahukah dia, siang malam aku tak pernah berhenti memikirkannya?"Aku harus mencarinya!" ucapku kemudian pada Dion."Jangan, Aldi. Tasya membutuhkanmu!" sahut Dion lagi. "Biar aku saja!"Aku terdiam sejenak. Benar, Tasya dalam kondisi kritis. Aku tidak mungkin meninggalkannya."Kamu jangan khawatir, Aldi. Aku akan mengejarnya. Semoga belum terlambat."

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Keinginan

    POV ALDI"Aku berangkat dulu, Dek," ucapku sambil membenarkan letak dasi di depan cermin."Hati-hati, Mas. Maaf, tidak bisa mengantarmu ke depan," ucap Tasya sambil tersenyum dengan duduk bersandar dia ranjang, seraya memegangi perutnya yang membesar."Tidak apa-apa, Dek. Istirahatlah," jawabku sambil menarik selimut, menutupi sebagian tubuhnya.Tasya terlihat mengangguk. Aku meraih tas kerjaku dan berjalan keluar kamar."Aldi, nanti pulang cepat, ya? Antar Tasya untuk cek up ke Dokter nanti," ucap Mama saat aku bersiap berangkat kerja."Iya, Ma," jawabku sambil meraih tas kerja dari kursi di meja makan.Aku menatap ke arah kamar tempat Tasya masih istirahat. Sejak hamil kondisi tubuhnya lemah, dan harus beristirahat total.Benar, akhirnya aku melakukan tugas dan tanggung jawabku sebagai suaminya, meskipun sampai sekarang belum bisa mencintainya. Bagaimanapun, dia juga istriku yang sah di mata agama."Kamu sudah menemukan Vanya, Aldi?" Pertanyaan Mama seketika membuatku tersentak.Aku

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Bukan perpisahan - POV Aldi

    POV ALDI"Assalamualaikum ... Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam berulang kali di depan gerbang pesantren tempat dulu aku meminang Vanya.Aku sangat cemas ketika dari kemarin Vanya tidak juga pulang, dan dia juga tidak pulang ke rumahnya. Pasti dia menginap di pesantren ini semalam."Waalaikumussalam." beberapa saat kemudian ustadzah Zahra tampak berjalan menuju ke arahku.Beliau membuka pintu gerbang, lalu mempersilahkanku masuk."Apa Vanya ada di sini, ustadzah?" Tanpa basa -basi aku langsung bertanya sambil mengarahkan pandanganku ke sekeliling pesantren."Tenanglah dulu, Nak Aldi. Duduklah dulu," ucap ustadzah Zahra sambil mempersilahkanku duduk di kursi teras."Mau saya bikinkan minum dulu, biar Nak Aldi bisa tenang?""Tidak, tidak perlu, Bu," sahutku.Aku duduk dengan tidak sabar. Aku benar-benar mencemaskan keadaan Vanya. Ustadzah Zahra terlihat membuang napas, lalu menatapku."Saya sudah dengar semuanya dari Vanya tentang hubungan kalian," ucap ustadzah Zahra kemudian.Ak

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Pergi

    POV VANYAAku dan Mas Aldi saling berpandangan sesaat, lalu menatap mereka berdua lagi."Dion itu ... saudara kita, Sya. Kakak laki-laki kita," jawabku kemudian."Kakak? Kenapa Kak Vanya tidak pernah cerita kalau kita punya Kakak?" tanya Tasya lagi sambil mengerutkan kening.Aku tak langsung menjawab, tepatnya tak tahu harus menjawab apa. Bahkan untuk mendengar nama Dion saja sudah cukup berat bagiku, bagaimana aku bisa menjelaskan tentang dia?"Nanti biar aku yang jelaskan, Sya," sahut Mas Aldi, mungkin menyadari kalau wajahku menegang saat itu."Aku berangkat ke kantor dulu, nanti saja kita bicarakan tentang hal ini," lanjutnya.Tasya mengangguk, lalu cepat-cepat mengambil tas kerja milik Mas Aldi dan mengantarnya sampai depan pintu, hal yang selalu aku lakukan selama ini. Aku sengaja membiarkan Tasya yang melakukannya mulai sekarang, meskipun dengan perasaan yang berat. Mulai sekarang aku harus belajar menerima semua itu.Entah apa yang Mas Aldi jelaskan pada Tasya tentang Dion, tap

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Ikhlas - POV Vanya

    POV VANYA"Aku cinta sama Kak Aldi, Kak."Aku membulatkan netra sesaat, lalu menatap ke arah Tasya. Aku tak menyangka dia berani bicara seperti itu padaku. Rupanya setelah ingatannya hilang, perasaannya pada Mas Aldi tidak bisa hilang."Maafkan, aku, Kak. Aku tidak bisa membohongi perasaanku. Entah kenapa dan sejak kapan aku punya perasaan seperti ini. Padahal aku baru beberapa kali bertemu dengannya. Maafkan aku, Kak," isak Tasya.Aku mengatupkan bibir. Ada perasaan nyeri teramat sangat di dalam sana. Apalagi setelah dokter memvonisku menderita kanker rahim beberapa waktu yang lalu. Hatiku sungguh terluka, tanpa aku mampu bercerita."Kamu mau bersama dengan Mas Aldi, Tasya?" tanyaku dengan bibir gemetar.Tasya membulatkan mata, lalu menatapku."Kamu bisa bersama dengan Mas Aldi, tapi dengan syarat yang harus kamu penuhi," ucapku dengan suara yang hampir tercekat."Kakak bercanda, kan?" tanya Tasya dengan senyum getir. "Seorang lelaki tidak boleh menikahi kakak beradik kandung."Aku

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Permintaan

    Aku memegang kedua pundak Vanya."Dek, kumohon jangan seperti ini. Maafkan Mas karena belum bisa menjadi suami yang baik. Mas tidak mau pisah dari kamu, Dek," ucapku.Vanya tersenyum lagi, kali ini dengan bibirnya yang terlihat bergetar."Mas, Mama ingin punya cucu, dan kamu adalah putra beliau satu-satunya. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagimu untuk berbakti pada Mama," ucapnya."Pasti ada cara lain, Dek. Jangan pernah berpikir tentang perpisahan," sahutku gusar."Kalian tidak perlu berpisah."Kami berdua seketika menoleh ketika melihat Mama masuk ke dalam ruangan itu sambil menuntun tangan Tasya."Mama, kenapa ke sini?" tanyaku, langsung berdiri dari tempatku."Bicara apa kamu, Aldi! Vanya itu menantu Mama. Mama juga mau melihat keadaannya," jawab Mama, sambil melewatiku dan mendekat ke arah Vanya."Bagaimana keadaanmu, Vanya? Kamu sudah merasa sehat?" tanya Mama sambil memegang tangan Vanya."Aku baik-baik saja, Ma, Alhamdulillah," jawab Vanya, tetap dengan senyumannya."Aldi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status