Share

16

Fahry menuntunku ke arah kamarnya di malam hari setelah suasana rumah sudah sepi. Hanya ada beberapa kerabat ibu yang datang dari luar kota yang masih menginap di rumah kami. Keluarga besarku sendiri sudah pulang sejak sore tadi.

Aku masih melirik sekilas ke arah pintu kamarku dan Mas Farhan sebelum mengikuti langkah Fahry ke dalam kamarnya. Ini pertama kalinya aku masuk ke kamar Fahry, kuedarkan pandanganku ke sekeliling kamarnya. Ukuran dan bentuk kamarnya sama persis dengan kamarku dan Mas Farhan. Hanya saja kamar ini terlihat lebih maskulin dengan cat abu-abu, sedangkan kamarku hanya dicat putih.

Tak ada hiasan apa pun di kamar Fahry, karena aku memang menolak ketika pihak salon menawarkan hiasan untuk kamar pengantin. Bagiku, ritual seperti itu hanya membuang-buang waktu dan tenaga. Padahal ketika masih gadis dulu, aku selalu memimpikan kamar pengantin yang dihias cantik penuh taburan bunga-bunya yang semerbak. Namun kini aku justru menolaknya ketika aku bisa saja memintanya dari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status