AKU TANPAMU

AKU TANPAMU

By:  Aina D  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
7 ratings
152Chapters
13.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

AKU TANPAMU menceritakan pasang surutnya kehidupan Tania Nadira sepeninggal suami tercintanya, Farhan Ibrahim. Tania kembali menemukan jodohnya, namun ternyata bayang-bayang masa lalu kelam sang suami menghantui perjalanan rumah tangganya. Bagaimana akhir kisah cinta Tania? Akankah kebahagiaannya harus kembali terenggut?

View More
AKU TANPAMU Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Banana cake
Hi thor... kenapa tdk up date? Kami masih setia membaca yuk semangat thor.. ceritanya semakin menarik
2023-06-25 21:46:42
0
user avatar
Najat Agustin
blm up kah thor
2023-06-08 08:32:27
0
user avatar
Balqis Assyifa
aq udah nungguin seminggu lebih lho Thor kok gak update bab baru sih Thor?
2023-02-28 20:11:36
1
user avatar
Najat Qarina Agustin
blm up kah thor
2023-02-27 17:25:39
1
user avatar
Najat Qarina Agustin
gak up kah thor
2023-02-23 16:42:21
1
user avatar
Langit
kak kok dibandung sih jangan* dah punya anak sma yg dlu
2023-02-04 22:58:41
1
user avatar
Siti Sartika
aku nunggu di rumah Ivan, thorrr .... iseng2 buka profil mu. ya ampun ada rumah baru. dan langsung bikin nyeseekkkkkkk. tapi aku sukkkkaaaa. yakin ini nggak kalah seruuuu. tapi lebih seruuu lagi kalau Ivan juga lanjut season ke 2 sesuai janji mu thor.. please
2023-01-22 21:22:55
3
152 Chapters
1
Kutatap sendu gundukan tanah merah yang masih basah dan dipenuhi oleh taburan bunga-bunga segar di atasnya. Di dalam sana, terbaring jasad suamiku yang baru saja dimakamkan. Namanya terukir di sebatang kayu yang tertancap di atas pusaranya, Fahran Ibrahim. Nama yang selalu membuat hatiku bergetar penuh cinta. Nama lelaki yang selama setahun ini menjadi imamku. Nama orang yang sangat kucintai, yang membuatku selalu bersemangat menjalani hari-hariku, terlebih setelah aku mengandung anaknya yang kini sudah 5 bulan bersemayam dalam rahimku. Kuelus perut buncitku dengan air mata yang terus berderai. “Mbak, kita pulang, ya. Sudah sore dan juga mendung.” Suara Fahry, adik iparku tak membuatku mengalihkan pandanganku dari pusara suamiku.Sejenak aku menengadah menatap langit yang memang sedang mendung. Awan kelabu berarak perlahan di atas sana, hitam dan kelam. Langit sore seakan menggambarkan suasana hatiku saat ini. Kembali kususut bening di sudut mataku yang sedari tadi tak hentinya men
Read more
2
Tadi pagi Mas Farhan masih bersamaku, berpamitan padaku saat akan berangkat bekerja ke bengkel kecil miliknya. Semua terasa normal seperti hari-hari sebelumnya, di mana aku pagi-pagi melaksanakan rutinitasku membuat sarapan pagi untuknya, kemudian menemaninya sarapan sambil sesekali bergurau. Lalu kemudian ia berpamitan padaku dan tak lupa ritualnya mencium perutku yang semakin hari semakin membuncit karena usia kehamilanku yang sudah menginjak bulan ke-lima. Lalu aku akan mengantarnya sampai di depan rumah, tak lupa membawakan bekal makan siangnya dan menggantungnya di motor Mas Farhan. Aku selalu melakukan itu sendiri karena Mas Farhan selalu lupa membawa bekal yang sudah kusiapkan. Maka setiap hari, aku sendiri yang akan menggantung bekal makan siangnya di motor Mas Farhan.Hal yang tak biasa kemudian terjadi ketika baru beberapa saat Mas Farhan melajukan motornya, tapi ia tiba-tiba saja kembali dan langsung masuk ke dalam kamar kami di mana aku sedang membereskan kamar yang menjad
Read more
3
“Yuk, turun, Mbak!” Suara Fahry membuyarkan lamunanku yang membayangkan cara pamit Mas Farhan yang sedikit aneh tadi pagi.Rupanya kami sudah tiba kembali di rumah. Ibu mertuaku bahkan sudah lebih dulu turun, kulihat beliau berlari kecil masuk ke dalam rumah menghindari gerimis. Aku sendiri tak menyadari jika mobil Fahry sudah terparkir di depan rumah ibu.“Ini payungnya, Mbak.” Fahry menawarkan payung sambil membukakan pintu mobil.“Kenapa payungnya enggak dikasih buat ibu tadi? Ibu sampai berlari menghindari hujan tadi,” jawabku pelan.“Udah, Mbak. Tapi kata ibu buat mayungin Mbak Tania aja.”“Enggak usah, Fad. Biar payungnya buat kamu aja.” Aku turun dari mobil dan menolak tawaran payung dari Fahryi.Kulangkahkan kakiku ke arah pintu rumah sambil sesekali memejamkan mata meresapi gerimis yang mulai berubah menjadi hujan.‘Bahkan langit pun menangisi kepergianmu, Mas,’ gumamku dalam hati.Aku memperlambat langkahku, masih ingin menikmati aroma hujan ini, berharap hujan bisa menghapu
Read more
4
“Saya pamit masuk dulu, ya.” Aku berucap. Aku sudah merindukan kamar kami, aku ingin segera masuk ke sana sebab di sana masih ada aroma tubuh suamiku meskipun kini jasadnya telah terkubur di dalam tanah. Kurebahkan tubuhku memandangi langit-langit kamar. Rasa lelah mendera saat punggungku menyentuh tempat tidurku dan Mas Farhan. Kusapukan tanganku ke arah samping. Terasa dingin, dan mungkin selamanya tempat tidur ini akan terasa dingin karena tak akan ada lagi kehangatan suamiku setelah ini. Kembali kupejamkan mataku saat kilasan-kilasan kejadian tadi pagi kembali melintas di kepalaku.Sekitar satu jam setelah pamitan Mas Farhan yang menurutku sedikit aneh, ibu mengetuk kamarku dengan ketukan yang tak biasa. Saat itu aku masih berbaring sambil memijat-mijat pinggangku yang terasa pegal.“Ada apa, Bu?” tanyaku saat membuka pintu. Tatapan ibu saat itu semakin aneh, wajah rentanya pun terlihat pucat.“I-itu ... suamimi, Nak. Suamimu!”“Ada apa, Bu? Ada apa dengan Mas Farhan?”“Suamimu,
Read more
5
Tiga hari setelah kepergian Mas Farhan, rumah ibu tak pernah sepi dari para pelayat. Di hari ke tiga bahkan kami semua dikejutkan dengan kedahiran serombongan anak-anak dari panti asuhan. Dengan menumpang 3 buah mobil angkot, mereka berhamburan masuk ke dalam rumah ibu kemudian menyalamiku dan ibu yang masih terbengong-bengong. Dari salah seorang pendamping mereka akhirnya kami tau jika Mas Farhan semasa hidupnya menjadi salah satu donatur tetap di Panti Asuhan Kasih Ibu itu.Mengapa aku justru tak mengetahui semua kebaikan suamiku selama ini? Mas Farhan tak pernah sekalipun memotong jatah uang belanja bulanan untukku, namun ia masih bisa menjadi donatur tetap di panti asuhan. Betapa mulia akhlakmu wahai suamiku! Aku kembali menyusut mataku ketika mengenangnya.“Bahkan selama 5 bulan belakangan ini, selain menjadi donatur tetap, Mas Farhan juga setiap hari jumat bersedekah nasi bungkus pada anak-anak panti. Katanya itu dilakukannya karena rasa syukurnya atas kehamilan istrinya.” Penga
Read more
6
“Aku turut berduka cita ya, Mbak, atas kepergian Mas Farhan,” ucapnya lagi. Aku menjawab dengan anggukan, Nasya memelukku, memberikan dukungan kekuatan padaku.Kini, di rumah besar milik Ibu hanya tersisa aku, ibu, Fahry dan Nasya. Semua tetamu dan keluarga sudah kembali ke rumah masing-masing. Rumah ibu memang luas, bahkan termasuk salah satu rumah yang paling bagus di lingkungan tempat tinggal ibu. Menurut Mas Farhan, ini semua adalah hasil kerja keras Fadly. Ia memang berprofesi sebagai seorang arsitek dan bekerja di sebuah perusahaan yang berasal dari luar negeri yang trekenal sebagai perusahaan nomor wahid di Indonesia. Jabatan Fahry di perusahaan itu juga tidak main-main, ia adalah kepala arsitek di sana.Dulu, aku sempat bingung melihat perbedaan yang sangat mencolok antara Mas Fahran dan Fahry, adiknya. Mas Farhan hanya membuka bengkel kecil-kecilan yang akhirnya menjadi tempatnya menjemput ajal, sedangkan Fahry punya pekerjaan yang sangat bergengsi yaitu seorang arsitek terna
Read more
7
Kututup kembali pintu kamar setelah menerima teko yang sudah diisi penuh oleh Fahry. Inilah salah satu perbedaan mencolok Mas Farhan dan Fahry. Mas Farhan pria yang menjalani kehidupannya dengan sangat taat. Dulu Mas Farhan mengaku padaku bahwa ia tak pernah mengenal pacaran. Masa mudanya dihabiskannya dengan bekerja, mencari nafkah untuk ibu dan adiknya. Sehingga aku adalah wanita pertama yang disentuh olehnya. Aku bahkan masih ingat ketika tangannya terlihat gemetaran saat akan akan menyentuh tanganku sesaat setelah ia mengucapkan ijab qobul. Bibirnya juga bergetar dan wajahnya merah padam saat pria itu mencium keningku pertama kalinya setelah kami telah resmi berstatus suami istri.Berbeda dengan Fahry yang menganut gaya pacaran metropolitan. Mungkin karena pergaulannya yang luas dan banyak bekerja sama dengan orang-orang luar, membuat Fahry sangat berbeda dari kakaknya. Bahkan pernah beberapa kali aku mendengar suamiku menegur Fahry kala itu ketika ia memergoki Fahry dan Nasya ber
Read more
8
“Tetaplah di sini bersama ibu, Tania. Dengan adanya kamu di rumah ini, aku masih merasa dekat dengan Farhan, karena ia meninggalkan anak yang ada di dalam kandunganmu.” Itu alasan ibu tak memperbolehkanku kembali ke rumah orang tuaku.“Mbak Tania jangan ke mana-mana. Mbak Tania dan anak Mas Farhan kelak adalah tanggungjawab kami, Mbak.” Itu kata Fahry menanggapi.Maka aku pun memutuskan untuk tetap tinggal di rumah ini, terlebih aku masih ingin selalu mengenang kebersamaanku dengan Mas Farhan di setiap sudut rumah ini. Kebersamaan singkat namun membawa banyak kebahagiaan dalam hatiku, sebelum akhirnya semua kebahagiaan itu harus terenggut seiring dengan kepergian suamiku ke haribaan-Nya.***“Mbak Tania!” Suara Fahry mengejutkanku di saat aku sedang berada di dapur pagi-pagi buta.Aku selalu merasa lapar saat bangun di pagi hari dan pasti akan selalu menuju dapur mencari apa saja yang bisa dimakan. Ini menjadi kebiasaanku sejak usia kandunganku menginjak usia 6 bulan hingga saat ini,
Read more
9
Hingga akhirnya tiba masanya aku mengalami kontraksi, ibu mertuaku dan juga ibuku lah yang datang untuk menemaniku. Rumah orangtuaku memang hanya berjarak sekitar 5 km dari rumah ibu mertuaku. Ibuku dan ibu mertuaku pun memang sudah saling mengenal sejak lama. Menurut ibu, mereka dulu bertetangga kontrakan pada saat masing-masing belum memiliki rumah pribadi dan masih sama-sama mengontrak. Pada saat itu, kami semua masih bocah, bahkan adikku Nilam masih bayi.Lalu kemudian orangtuaku pindah setelah membeli perumahan sederhana mengingat ayahku hanya seorang guru berpangkat rendah, sedangkan ibuku sehari-hari membantu mencari tambahan dengan menjual kue-kue basah. Rupanya hubungan silaturahmi ibuku dan ibu mertuaku tak berhenti setelah itu. Ibu mertuaku masih sering datang ke rumah kamu dan membeli kue-kue dagangan ibu. Itu terus berlanjut hingga akhirnya pada saat Mas Farhan dan Fahry beranjak remaja, mereka berdua lah yang akhirnya sering disuruh oleh Bu Siti, ibu mertuaku untuk datan
Read more
10
Lagi-lagi aku meneteskan air mata. Dulu, Mas Farhan selalu penasaran saat aku menjalani pemeriksaan USG, dia selalu penasaran ingin mengetahui jenis kelamin anak kami. Sayangnya, hingga kepergiannya menghadap Sang Pencipta, Mas Farhan belum mengetahui jenis kelamin bayinya, karena saat itu usian kenadunganku baru menginjak bulan ke-lima, dan pada saat pemeriksaan USG selalu saja belum bisa terlihat karena posisi bayi kami selalu tak menampakkan jenis kelaminnya.“Kamu sengaja bikin ayah penasaran, ya, Nak?” bisik Mas Farhan saat terakhir kali ia menemaniku menjalani USG. Aku hanya terkekeh melihat wajahnya yang seolah kesal karena belum bisa mengetahui jenis kelamin si jabang bayi.“Aku ingin sekali punya anak perempuan, Dik,” ucapnya lagi di lain waktu. Aku hanya tersenyum.Bukan tanpa sebab Mas Farhan sangat menginginkan anak perempuan. Itu karena ia tak punya saudara perempuan. Berbanding terbalik denganku yang tak memiliki saudara laki-laki.“Kalau bayinya laki-laki gimana, Mas?”
Read more
DMCA.com Protection Status