Share

150

Pagi ini aku bangun dengan wajah pucat, tapi masih tetap menjalankan tugasku menyiapkan sarapan untuk keluarga kecil kami, dan menyiapkan semua perlengkapan kerja Mas Fahry.

“Kamu pucat sekali, Nak.” Ibu menegurku saat aku sedang sibuk di dapur.

“Iya, Bu,” jawabku singkat.

“Nilam sakit, Nak?”

“Nggak, Bu. Biasa, penyakit bulanan.”

“Nilam lagi haid?”

“Iya, Bu.”

Ibu dan bahkan Mas Fahry memang sudah hapal dengan kebiasaanku. Setiap bulan, saat sedang haid, aku akan selalu terlihat pucat dan tak bersemangat. Ini memang sudah menjadi penyakitku sejak masih gadis dulu. Masa-masa haid selalu membuatku tersiksa, sakit perut dan pucat serta lemas.

“Sebaiknya Nak Nilam sesekali memeriksakan diri ke dokter.”

“Ah, nggak perlu, Bu. Nilam udah terbiasa. Nanti juga sembuh sendiri.”

“Tak ada salahnya mencoba, Nak. Ibu hanya khawatir, soalnya Nilam kalau sedang haid selalu seperti ini.”

“Nilam nggak apa-apa, Bu.”

Aku masih berusaha meyakinkan ibu, sementara Mas Fahry dan Khanza tak berkomentar apa-apa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Jamiah Kampil
update dong.... cerita semakin menarik...kayak turun ranjang..
goodnovel comment avatar
Aina D
masih ada yang baca cerita ini nggak sih? kalo gak ada aku gak update lagi ya
goodnovel comment avatar
Harda78abqar Mustika
masihh..meski kecewa tania meninggal hiks
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status