Share

Nadin

Author: Gyuu_Rrn
last update Last Updated: 2022-03-30 22:32:57

***

[Terima kasih, Sayang untuk uangnya, sudah Mas terima.]

Dinda menyeringai, kala menatap layar ponselnya yang tiba-tiba menampilkan sebuah pesan dari Arkan.

Tanpa membalas pesan tersebut, Dinda kembali memasukan benda pipih itu ke saku blazer, kedua manik matanya langsung berfokus pada salah seorang pekerja yang tidak lain adalah Nadin.

Dalam benaknya, Dinda terus bertanya-tanya mengenai sejak kapan Arkan dan Nadin mengkhianati dirinya.

"Nadin, kemari kamu!" ketua Dinda, memuat sang empunya nama sedikit terperanjat.

Nadin yang Dinda kenal sedikit polos, baik dan cukup kompeten, ternyata adalah ular yang diam-diam menusuknya dari belakang.

"Ada apa, ya, Bu?"

"Cepat masuk ke ruangan saya!" 

Para pekerja lainnya sedikit berbisik satu sama lain, mereka merasa ada yang tidak beres kali ini.

Karena mereka tahu, tiap kali ada seseorang yang Dinda panggil ke ruangan, maka besar kemungkinan orang itu sedikit bermasalah.

"Ba-baik, Bu!"

***

Brak!

Nadin terperanjat dari posisi berdirinya, ketika mendengar suara yang cukup keras, di mana berasal dari beberapa berkas yang sengaja Dinda bantingkan ke atas meja.

"Apa-apaan ini, Nadin!"

"Ma-maksud, Ibu?" tanya Nadin dengan sedikit tergagap-gagap. 

"Coba kamu lihat sendiri, apa ini yang di namakan dengan pekerjaan, hah!" 

Dinda berteriak dengan cukup nyaring, matanya membeliak sempurna, begitupun dengan dadanya tiba-tiba naik turun secara tidak teratur.

Amarah Dinda benar-benar telah berada di puncaknya. Dia begitu muak sekaligus marah, ketika melihat wajah Nadin yang tampak begitu polos, padahal tersimpan beribu kebusukan di dalamnya.

"Ma-maafkan saya, Bu. Saya sungguh menyesal," ucap Nadin seraya menunduk dalam.

"Bawa semua berkas-berkas itu dan perbaiki hari ini juga!"

Sontak, Nadin langsung mendongak, mulutnya menganga dengan lebar, kala kedua bola matanya jatuh pada tumpukan berkas-berkas yang cukup banyak.

"Ta-tapi, Bu, ini cukup banyak, saya takut tidak bisa menyelesaikannya hari ini juga."

Brak!

Dinda bangkit dari duduk, dia mengebrak meja dengan cukup kasar. Hingga pandangan Dinda dan Nadin bertemu satu sama lain.

"Kamu mau masih mau membantah perintah saya atau kamu keluar dari sini sekarang dan jangan pernah kembali lagi."

Deg!

Nadin kembali menunduk, dia meremas tangannya dengan cukup kasar, giginya pun ikut bergemertuk.

Hingga selang beberapa detik kemudian, Nadin mengangguk, kedua tangannya mulai meraih berkas yang ada di atas meja.

"Baik, Bu. Akan saya kerjakan."

"Cepat!" balas Dinda seraya kembali menjatuhkan bokongnya ke kursi kerja. 

Baru saja Nadin berbalik, hendak melangkah dari ruangan Dinda, tiba-tiba saja Dinda kembali berkata dengan penuh penekanan.

"Kalau kinerja kamu menurun, saya tidak segan-segan memecatmu dari sini. Camkan itu!"

"Maafkan saya, Bu," lirih Nadin seraya menundukkan kepala.

"Sudah, cepat sana pergi!"

***

"Ah, s*al!" hardik Nadin seraya meletakkan beberapa berkas yang dia bawa dari ruangan Dinda dengan cukup kasar, hingga membuat beberapa teman kerjanya terperanjat.

"Awas saja, Dinda. Setelah semuanya selesai, kamu tidak akan bisa berkutik lagi, sebentar lagi semuanya akan berakhir, termasuk keangkuhanmu itu, j*l*ng!" batin Nadin sembari menyeringai.

Diantar semua teman kerjanya, tidak ada yang berani menyapa Nadin ataupun menanyakan masalah yang menimpa wanita berambut pirang tersebut.

Bukan tanpa alasan, tetapi para karyawan yang bekerja langsung dengannya sudah tahu tentang sikap Nadin yang sebenarnya. Di mana wanita itu begitu pandai memakai topeng untuk menutupi jati dirinya yang sebenarnya.

Karena masih begitu kesal, Nadin pun mengambil ponselnya dari laci dan mengetikkan sebuah pesan untuk Arkan.

[Sayang, hari ini menyebalkan! Ah, aku begitu marah!]

Tidak lama kemudian, muncul balasan dari Arkan yang tidak lain adalah kekasih Nadin.

[Memangnya kenapa, Sayang?]

[Si Dinda benar-benar menguji kesabaranku. Aku tidak sabar, ingin melihat wanita itu bertekuk lutut padaku!]

[Ah, cepatlah, Sayang! Aku benar-benar sudah lelah bekerja di bawah telunjuk si j*l*ng, Dinda.]

Nadin memutar bola mata malas, dia mengepalkan tangannya kuat-kuat dengan mata yang ikut melebar sempurna.

Beberapa detik kemudian, Nadin kembali menatap layar ponsel, ketika dia mendapatkan balasan dari Arkan. 

[Kamu hanya perlu menunggu aku dan Dinda resmi menikah, setelah itu semuanya akan berakhir, Sayang.]

Kedua sudut bibir Nadin terangkat ke atas, ketika membaca balasan dari Arkan. Tidak bisa dia bayangkan, kalau semuanya telah jatuh ke tangan Arkan. 

[Baiklah, lakukan dengan baik, Sayang. Aku mencintaimu.]

[Aku juga.]

Namun, belum sempat Nadin membalas pesan dari Arkan, tiba-tiba seseorang meraih ponsel Nadin dan melemparkannya dengan cukup ke lantai.

"Ah, s*al*n apa yang kamu lakukan b*ngs*t!" raung Nadin secara spontan.

Hingga pada akhirnya, tubuh Nadin menegang, keringat langsung membasahi tubuhnya, ketika dia baru sadar siapa orang berdiri di depannya.

"Kamu tidak mematuhi perintah putri saya?"

***

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Hal Penting yang Dzikri Ketahui

    "Ada apa Fauzi dan ... siapa mereka?" tanya wanita paruh baya yang memakai tudung kepala dari anyaman bambu.Fauzi menghela napas panjang, dia bergegas turun dari teras, menghampiri kedua orang tuanya yang masih mematung di tempat dengan raut wajah kebingungan."Lebih baik kita ngobrol di dalam saja. Soalnya ini masalah yang cukup serius," balas Fauzi sambil menoleh ke belakang, menatap Dinda dan Dzikri sekilas.Sontak saja, kedua orang tua Fauzi saling pandang dengan cukup lama. Keduanya seakan-akan berbicara melalui lirikan mata. Fauzi yang sadar akan hal itu, kembali berbalik, melangkah ke hadapan Dinda dan Dzikri yang tengah bungkam."Mas, Mbak, ayo masuk! Biar kita bicarakan semuanya di dalam," ajak Fauzi dengan ramah kepada Dinda dan Dzikri."Baik, terima kasih. Ayo, Dinda kita masuk!""Ayo!"Baru ketika Dinda bangkit dari duduk, kedua orang tua Fauzi datang menghampirinya dan Dzikri."Iya, kalian boleh masuk dulu. Kami akan bersih-bersih sebentar," pesan Ibunya Fauzi."Baik, B

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Kerabat Nadin

    Sepanjang perjalanan menuju rumah kerabat mendiang kedua orang tua angkat Nadin, pikiran Dzikri dan Dinda terus saja berkecamuk.Dalam benak masing-masing, terus terbesit berbagai ribu pertanyaan mengenai alasan kenapa Nadin bisa sampai tega membunuh orang tua angkatnya.Entah hanya itu tuduhan semata atau memang benar begitu adanya. Tetapi, Dinda masih saja tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Tiba-tiba saja, dalam benak Dinda terlintas sekilas bayangan tentang Nadin yang pertama kali dia temui. Di mana wanita itu terlihat begitu polos dan baik, tampang seperti pembunuh maupun wanita perusak hubungan orang, benar-benar nyaris tak terlihat.Bagi Dinda, Nadin terlihat seperti wanita pada umumnya saja. Tidak ada sedikitpun rasa curiga dalam hatinya terhadap Nadin."Lagi ngelamunin apaan?" tanya Dzikri sembari menyenggol lengan Dinda.Sontak, Dinda menoleh, kemudian menggeleng pelan."Tidak, aku lagi memikirkan tentang Nadin saja. Aku--""Ini rumahnya," potong si wanita paruh baya

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Mencari Tahu Soal Nadin

    "Jadi, ini tempatnya?" tanya Dinda pada pria yang duduk di sampingnya, yaitu yang tidak lain adalah Dzikri.Kebetulan sekali, hari ini Dinda dan Dzikri memilih untuk tidak masuk kantor. Keduanya sepakat untuk datang ke desa tempat di mana dulu Nadin tinggal.Selain perjalannya yang cukup memakan waktu, belum lagi kondisi jalanan serta hal lainnya yang membuat Dinda dan Dzikri sampai di desa tersebut di luar perkiraan keduanya. Beberapa kali Dzikri menghela napas, kala netranya menatap jalanan yang hanya berlapiskan batu serta tanah merah. Tidak bisa dia bayangkan, bagaimana kondisi jalan ini ketika diterpa hujan."Sepertinya memang betul. Tetapi, apa kamu merasa tidak aneh?" tanya Dzikri sambil menoleh ke arah Dinda. Kebetulan dia tengah menepikan mobil di pinggir jalan, berisitirahat sejenak."Maksudmu?" Dinda malah balik bertanya sambil menatap layar gawainya.Wanita itu sedikit kesal, karena jaringan internet susah sekali dia dapatkan ketika masuk ke desa ini. Malahan sedari tadi

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Keributan di rumah Ella

    "Mas, ada apa? Coba ceritakan secara jelas!" pinta Ella pada Tomo.Tomo yang tampak begitu kebingungan dan putus asa, terus menjambak rambutnya dengan kasar seraya terus berjalan mondar-mandir, dia tidak terlalu menghiraukan permintaan istrinya.Ella yang sadar, kalau Tomo tengah amat kebingungan, gegas menghampiri Tomo, mengenggam tangan suaminya itu dengan kasar."Mas, sudah diam dulu! Sekarang ceritakan padaku, sebenarnya ada apa?! Aku tidak akan pernah tahu, kalau kamu terus bersikap seperti ini."Ella yang terlanjur kesal dengan suaminya, tidak ragu berteriak di depan wajah Tomo hingga pria itu terpaku di tempat.Sesekali Tomo menghela napas panjang, dia bergegas melangkah menuju kursi kayu yang ada di depan rumahnya dan segera mendaratkan bobot tubuh di atasnya."Ella, kamu tahu, Burhan, 'kan?""Tentu saja, memangnya siapa yang tidak tahu dengan Burhan, dia 'kan sosok orang kaya yang--""Stop!" Tiba-tiba saja Tomo berteriak, memotong ucapan Ella dengan cepat, hingga wanita itu t

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Tomo

    Arkan tampak gelagapan, kedua bola matanya bergerak dengan cepat, terlihat pula jika jari tangannya saling bertautan, meremas satu sama lain.Kentara sekali, kalau Arkan begitu gugup dengan pertanyaan Dinda. Malahan sesekali dia menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya sendiri."Be-benarkah seperti itu, Sayang? Ah, gila sekali! Padahal dia mengatakan padaku sudah mengajak beberapa karyawan yang lain," dalih Arkan di depan Dinda. Malahan Arkan sampai menyilangkan tangan di dada sembari memasang wajah kesalnya. Melihat akting Arkan yang cukup baik, Dinda langsung tersenyum tipis. Dalam hati, dia tidak ragu memberikan Arkan dua jempol sekaligus."Tentu saja, jadi kamu tidak tahu soal itu?"Arkan menggeleng cepat, berusaha berakting sebaik mungkin di depan Dinda. "Tidak, Sayang. Dia benar-benar pendusta, aku benci manusia seperti itu," ucap Arkan dengan penuh penekanan di tiap kalimat.Mendengar hal tersebut, rasanya perut Dinda langsung bergejolak. Ingin rasanya dia memuntahkan sei

  • AKUN PALSU CALON SUAMI   Desakan Ibu Arkan

    Dinda mengangguk pelan, dia meletakkan beberapa makanan yang sempat dia bawa dari rumah, termasuk buah-buahan dan makanan sehat untuk Arkan.Meskipun Dinda telah di sakiti oleh Arkan, tetapi dia masih sedikit memiliki rasa peri kemanusiaan pada orang tersebut. Dalam pikiran Dinda, dia tidak akan berhenti berbuat baik pada orang lain, meskipun orang tersebut justru berbuat jahat padanya. Karena biar Tuhan saja yang membalas semuanya. "Baik, Ma." Dinda duduk tepat di samping Ella."Dinda, bagaimana dengan persiapan pernikahannya?" tanya Ella dengan begitu antusias sembari mengenggam tangan calon menantunya.Dinda yang sebenarnya cukup malas, ketika membahas tentang pernikahannya dengan Arkan, hanya bisa menjawab dengan asal-asalan saja. Terpenting bagi Dinda adalah, apa yang dia berikan pada Ibunya Arkan cukup masuk akal. Biarkan saja wanita itu tahu semuanya nanti."Ya, begitu saja, Ma. Lagipula pernikahan kami masih lama. Jadi, hanya baru beberapa persen saja."Ella menghela napas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status