Share

1. Sangsaka

Author: Rumi Cr
last update Last Updated: 2025-10-04 08:03:57
"Bapak langsung pulang?" tanya Fran ketika mobil bosnya sudah terlihat.

Satria mengangguk. "Capek banget."

"Ibu kirim chat ke saya, info soal Kakek Rahmat sudah dipindah ke ruang rawat VIP-Plus siang tadi. Keadaan Kakek Rahmat juga stabil. Untuk suster pendampingnya sudah dipilih suster senior yang cekatan. Bu Syaiba sekarang menunggu beliau di rumah sakit."

"Good," ujar Satria, lalu memeriksa ponselnya sendiri. Tidak ada kiriman chat terbaru dari sang istri. Terakhir berkomunikasi pagi tadi, ketika ia mengirimkan informasi tiket dan dibalas dengan foto Saka yang pamer mobil listrik terbarunya.

Petugas valet keluar dari mobil dan beralih membuka pintu penumpang belakang untuk Satria. "Silakan, Pak."

"Thanks," ujar Satria, memasuki mobilnya dan langsung mengatur sandaran agar lebih nyaman.

Fran yang siap di balik kemudi memastikan bosnya cukup rileks sebelum melajukan kendaraan. "Tentang oleh-olehnya Ibu yang ketinggalan di—"

"Itu dikirim ke kantor aja, Fran. Yang penting punya S
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nopphy_lolipop
lanjut mbak ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   43. Merapikan Situasi

    “Semua brankas kamu tipe retina sensor. Cuma bisa dibuka sama kamu atau Kanaya.”“Oh iya!” Satria baru teringat dan berpikir keras. “Oke, kalau gitu, siapkan kamar lain jadi kamar utama dulu.”“Gimana maksudnya?”“Siapkan kamar lain di rumah aku jadi kamar utama. Begitu Kanaya pulang dan cukup teralihkan, aku akan urus isi brankas itu.”Daffa memejamkan mata sejenak, sadar maksud Satria.“Satria, jangan bilang kamu berencana mengatur ulang ingatannya Kanaya.”“Cuma perbaikan situasi di sana-sini.”“Perbaikan situasi?”“Aku cuma suami yang sibuk, bukan suami yang buruk. Kamu tahu aku pantas dapat semua perhatian dan cinta Kanaya.”“Cintanya Kanaya?” Daffa langsung tergelak, terpingkal-pingkal sampai mengusap sudut mata. “Cinta, kamu bilang?”Brengsek. Satria paling kesal kalau ucapannya dijadikan bahan tertawaan.“Aku hitung sampai tiga ya, Fa.”Daffa tetap tergelak meski menco

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   42. Berkas Gugatan

    “Kamu ketemu Kanaya besok aja. Aku harus atur beberapa hal dulu.” “Ngatur apa?” tanya Ghea penasaran. “Jangan banyak tanya, dan jangan dulu kirim barang-barang dari Surabaya. Ikutin semua arahanku.” “Ya! Tapi harus jelas juga maksudmu—” Ghea terpotong oleh getaran ponselnya. “Ah, Ibu nih … mau ngomong sama kamu soal Kanaya.” Satria beralih duduk, menunggu Ghea mengatur posisi ponsel dan menerima panggilan video itu. Wajah Bu Risma terlihat sedih, bercucuran air mata. “Naya ... gimana? Kamu bagaimna bawa mobilnya sampai kecelakaan begitu?" “Ghea sudah cerita apa saja ke Ibu?" Tanya Satria sembari melirik tajam ke arah sepupunya itu. Bu Risma bercerita sebagaimana yang diceritakan oleh keponakan suaminya itu. "Ya, begitulah, Bu ... masih sama aja kondisinya. Minta doanya ya, Bu ... Untuk saat ini, belum bisa mengingat semuanya,” jawab Satria muram. Ghea mengelus pelan lengan kakak sepu

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   41. Duplikat

    Satria mengelus punggung anaknya dan berjalan ke pintu di belakangnya, menggesernya hingga cukup untuk mereka masuki. Ia saling pandang dengan Kanaya yang tampak menahan napas. “Saka .…” panggil Kanaya lembut. Satria terkesiap. Cara Kanaya memanggil nama itu sama, enggak berubah. Lengan kanan istrinya juga terangkat begitu saja. “Mamaaa .…” seru Saka antusias, tangannya terulur, berusaha meraih Kanaya. Satria mempercepat langkahnya, mendekatkan mereka, dan mendapati Kanaya tersenyum lebar tatkala Saka beringsut ke sisi kanan tubuhnya, memeluk erat. “Mama lama bangunnya .…” ucap Saka pelan, suaranya teredam di dada Kanaya. Kanaya menunduk, menciumi helaian rambut ikal anaknya, juga pelipisnya yang lembut dengan aroma susu dan buah raspberry-lime. “Iya, maaf ya … Saka pasti kangen banget, ya?” “Iya.” Saka menegakkan diri dan duduk baik-baik. “Enggak boleh peluk lama, soalnya Mama sakit.” Kanaya tertawa kecil. Ada rasa bahagia yang tak bisa ia ungkapkan setelah melihat, m

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   40. Kangen Kamu

    "Apakah selama kita menikah, Saka juga memanggilmu, Papa?”"Tentu. Aku, kan ayahnya.""Soalnya, bagi Saka ... papanya ya, Mas Kanzu. Mamanya itu, Kak Ainun.""Itu, dulu ... setelah Saka tinggal bersama kita. Dia juga memanggil kita berdua mama dan papa." Kanaya mendengkus. “Saka lebih suka mandi air hangat atau dingin?” “Hangat. Sama kayak aku.” “Warna favoritnya?” “Biru dan hijau. Lagi-lagi sama kayak aku.” “Ck! Kamu sengaja pamer, ya?” “Buat apa pamer? Memang anaknya mirip aku banget.” Kanaya kembali menyesap kuah kaldu. “Makanan favoritnya?” “Belakangan ini DinoJelly sama DinoCookies.” “Belakangan ini?” “Dia belum konsisten soal makanan favorit. Tapi akhir-akhir ini suka makan itu, buatan Mama Nununnya. Sebelumnya kamu yang selalu buatkan untuknya, Nay ...." “Oh, apakah dia sekarang semakin pinta

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   39. Enggak

    “Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Kanaya sambil menatap Satria. “Kita pergi bertiga ke Yogyakarta untuk liburan di Camping Park Merapi selama tiga hari. Lalu di hari terakhir, saat perjalanan cari oleh-oleh, terjadi kecelakaan. Jeep kita ditabrak truk yang remnya blong.” Napas Kanaya tertahan. “Bertiga, apakah bersama Saka juga. Bagaimana keadaannya ... apakah anakku baik-baik saja.” “Ya, dia baik-baik saja! Saka ada di sini selama kamu dirawat. Dia sangat sehat dan ceria. Baru kemarin dia ikut sepupu suamimu ke hotel,” jelas dr. Jihan “Aku ingin menemuinya, tolong,” pinta Kanaya, tidak bisa menunggu lebih lama. “Enggak!” ucap Satria. Enggak? ulang Kanaya dalam hati. Kesedihan yang muncul membuatnya kembali menangis. Ia tidak tahu kenapa rasanya sangat sakit mendengar Satria menolak permintaannya. “Kamu enggak bisa langsung begitu aja ketemu dia, Nay.” “Ya, tolonglah ...” kata Wafa, meny

  • AMALIA, Kesetiaanku Diragukan   38. Sabar, Nay

    “Akhirnya, Mbak Wafa datang juga ....”Wafa tersenyum pada suster yang menyapanya, meletakkan wadah makanan berisi dua belas sandwich dan enam kemasan jus.“Silakan ya, buat sarapan.”“Terima kasih, Bu. Saya kabari dr. Jihan dulu.”“Suami adik ipar saya sudah bangun?”“Sudah, Mbak Kanaya juga sudah.” Suster tersenyum lebar. “Ini baru mau saya teleponkan Mbak sebenarnya.”“Telepon saya? Ada apa?”“Mbak Kanaya yang minta, katanya tolong bilang Kak Aihun supaya segera datang.”Wafa menyipitkan mata. Lebih masuk akal jika Kanaya minta tolong Satria untuk meneleponnya.“Kok, Kanaya tahu suster bisa telepon—”Indikator pemanggil yang kemudian menyala-nyala membuat mereka terkesiap.“Itu ruangan Kanaya! Minta dr. Jihan segera ke ruangannya,” pinta Wafa setengah berlari memasuki ruang rawat adik iparnya.“Nay ....”Kanaya menangis keras, wajahnya basah dengan cucuran air mata. Satria tampak kebingungan untuk menenangkan.“Kakaaakk ....” isak Kanaya.“O ... oh iya, ini kakak, Nay ....” Wafa b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status