공유

DUA

작가: Hwali
last update 최신 업데이트: 2022-05-07 18:33:20

Kinara membuka matanya perlahan yang berusaha beradaptasi dengan lampu.

Dimana aku?

Kinara yang berusaha bangun, merasakan berat di perut dan tangannya. Ia melihat si bungsu tertidur di perutnya sementara si sulung tertidur sambil duduk dengan tangan menggenggam erat dirinya.

Si bungsu terbangun dan menggosok matanya lalu tersenyum bahagia melihat mamanya sudah bangun. "Mama!"

Si sulung jadi terbangun dan menggosok matanya.

Kinara tersenyum canggung, sudah lama ia tidak berinteraksi dengan anak-anaknya.

"Kamu sudah bangun, Nara?"

Kinara mengangkat kepalanya dan terkejut. Kenapa kakak dan istrinya ada disini?

Si bungsu memeluk leher mamanya dengan erat, seolah tidak mau dipisahkan. Dia menatap tajam kakak dan istrinya.

Kinara teringat dengan bunuh dirinya. "Aku- kenapa masih hidup?"

Dimas menggertakan gigi begitu mendengar pertanyaan adiknya. "Kenapa kamu ingin bunuh diri? Apa karena laki-laki itu?"

Fumiko menggandeng lengan kedua anak Kinara dan membujuk mereka keluar dari kamar untuk memberi waktu Dimas dan Kinara.

"Apakah hidup laki-laki itu sangat berharga sampai kamu seperti ini?" tegur Dimas.

"Kak, aku tidak bisa hidup tanpanya."

"Dia sudah menginjak dan membohongi kamu! masih kamu bela dia?"

"Setidaknya kami punya anak, jadi dia-"

"Dia juga punya anak dengan wanita lain!"

Kinara terdiam lalu menumpahkan air matanya. Selama ini dia berjuang untuk mempertahankan cintanya tapi sekarang pertahanan itu runtuh begitu saja karena melihat langsung bagaimana Adit lebih memilih wanita itu.

"Nara, sadarlah! dimata suamimu, kamu sudah tidak berharga. Untung saja insting kakak iparmu tepat setelah mendengar isu itu sebelum masuk berita." Dimas menggoyang badan adiknya supaya sadar.

"Tapi Nara cinta dia," isak Kinara.

"Mas sama papa dan mama juga cinta kamu, Nara. Sekarang bayangkan, betapa sesaknya kamu ditinggalkan Adit sementara keluarga kamu? Apa kamu gak memikirkan perasaan kami?"

Kinara menatap kakaknya dengan berkaca-kaca lalu menangis. Iya, dia pergi untuk mengejar cinta tapi dia lupa ada orang yang mencintainya di belakang.

"Sekarang kamu pulang ya," bujuk Dimas sambil memeluk Kinara.

Kinara menggeleng.

"Na-"

"Nara mau ambil barang anak-anak, mereka harus sekolah. Selain itu, papa dan mama-"

"Tenang saja, kakak akan menjamin adik cantik kakak. Papa dan mama pasti gak akan marah."

Kinara menumpahkan air matanya dan berusaha menghapus dengan menggesek wajah di baju kakaknya. "Kenapa, kenapa kakak masih baik sama Nara? Nara, sudah banyak mengecewakan kakak."

"Karena Nara adalah adik kesayangan kakak."

Tangisan Kinara pecah, dia menangis di dada kakaknya, hal yang dulu pernah dilakukan kakaknya ketika Kinara masih kecil.

---

"Tante, mama gak kenapa-kenapa kan?"

Fumiko yang sedang menyuapi perempuan kecil menggemaskan sontak menatap laki-laki kecil yang duduk di berseberangan dengannya tanpa menyentuh jatah makan.

"Siapa nama kamu?" tanya Fumiko dengan nada gemas.

"Edward, mama biasanya panggil saya Ed dan adik saya namanya Bella."

Fumiko mengangguk singkat. "Ah, mama kamu fansnya novel vampire itu. Dulu kecilnya, dia suka menjadi putri terus ada anak tetangga kompleks yang menjadi pangeran. Sayangnya anak itu sudah pindah rumah."

"Mama suka princess, di kamarnya banyak buku princess," kata Bella yang membanggakan mamanya lalu mendadak cemberut.

Fumiko yang melihat itu menjadi sakit hati. "Kenapa sedih sayang?"

Bella menggeleng sedih. "Mama jarang pulang, terus gak mau bicara sama kami."

"Itu karena mama dan papa sibuk," kata Edward.

"Tapi papa sering bawa temannya ke rumah sama bawa teman buat kakak."

"Bella." Nada bicara Edward berubah.

Fumiko yang menyadarinya, mencoba mengorek secara halus sambil membelai rambut panjang bergelombang dan lembut Bella. "Bella tahu siapa nama temannya papa?"

Bella menggeleng. "Papa sering bilang tapi Bella lupa, jadinya Bella disuruh panggil mami."

"Mami?" tanya Fumiko lalu melirik Edward.

Edward mengalihkan pandangannya. Ia merasa kesal begitu mengingatnya.

"Tante apanya mama?" tanya Bella dengan mata berbinar dan mulut belepotan es krim dan cokelat.

"Jadi, mama kalian punya kakak dan kakaknya itu suami tante." Fumiko mengelap wajah Bella dengan lembut.

Bella bingung. "Bella gak ngerti."

Fumiko tertawa kecil. "Nanti Bella tahu sendiri."

Edward menyipitkan matanya. "Tante bukan temannya papa?"

Fumiko tersenyum lalu menggeleng. "Tante tidak pernah bertemu papa kalian."

"Papa itu ganteng lho, tante. Tapi, jangan ambil papa ya, papa itu punyanya mama sama Bella sama kak Ed," kata Bella.

Fumiko mencubit gemas hidung mungil Bella. "Tante 'kan sudah punya suami."

"Bella juga punya pangeran suami."

Fumiko tertawa renyah.

Edward menatap intens Fumiko. "Tante belum jawab pertanyaan saya."

Fumiko mengalihkan pandangannya ke Edward. "Wah, maaf ya. Mama kalian baik-baik saja kok, sebentar lagi masa pemulihan jadi kalian harus bisa jaga mama."

"Tapi nanti mama marah." Cemberut Bella

Edward mengangguk. "Setiap pulang kerja, mama selalu mengurung diri di kamar atau ruang kerja. Kalau kami dekati, mama menjauh. Kalau kami bertanya, mama melemparnya ke papa atau mbak di rumah. Kalau kami berisik, mama pergi."

Fumiko tidak menyangka adik iparnya separah itu. "Mama kalian sangat lelah, jadi mungkin minta waktu sendiri. Sekarang 'kan kalian bisa sekolah bagus, beli mainan banyak berkat kerja sama papa dan mama."

"Jadi, mama tidak benci kami?" tanya Bella.

"Tentu saja tidak, nanti coba saja tanya ke mama kalian." Fumiko sangat yakin Kinara mencintai kedua anaknya, hanya saja anak itu terlalu canggung menghadapi kedua anaknya.

Edward menatap makanannya dengan sedih. "Bagaimana dengan papa?"

Fumiko tidak bisa menjawab. "Tante tidak tahu, oh ya soal mami itu-"

Edward menghela napas panjang. "Papa bilang kami harus menghormatinya tapi gak bilang siapa dia, cuma mbak di rumah bilang kalau itu temannya papa."

"Teman tapi panggil mami ya?" curiga Fumiko. "Kalian tidak pernah cerita ke mama?"

Bella dan Edward sama-sama menggeleng.

Fumiko tersadar, Bella dan Edward tidak mungkin cerita karena Kinara bersikap menjauh terhadap anak-anaknya, mungkin itulah kesempatan yang diambil Adit.

"Mama tidak suka kalau kami dekat," kata Bella.

Edward mengangguk setuju.

Fumiko mengambil handphone dan menghubungi suaminya.

---

Setelah mendapat kepastian dari dokter bahwa Kinara boleh rawat jalan, Adit terpaksa membawa adiknya pulang bersama Fumiko.

Fumiko berjongkok di depan keponakannya dan menasehati mereka. "Jangan beritahu soal ini ke papa kalian, bilang saja mama sendirian di rumah sakit."

"Kenapa?" tanya Bella.

"Untuk melindungi mama kalian, selama kami berdua tidak ada, tolong lindungi mama kalian," kata Fumiko dengan harap-harap cemas.

Bella dan Edward melirik mama mereka yang duduk di kursi roda dengan wajah pucat dan sorot mata melamun, mama yang tidak pernah mereka lihat selama ini.

"Sifat Nara itu pemalu dan canggung terhadap orang asing karena dulunya lebih suka belajar daripada komunikasi dengan orang lain," kata Fumiko.

Bella mengangkat kepala dan menatap kakaknya. "Seperti kakak."

Edward menatap lurus mamanya tanpa berkomentar.

Dimas mengacak rambut Edward. "Sepertinya sifat Nara menurun ke anak ini, lihat wajahnya yang sok dewasa dan kaku ini."

Edward menatap takjub Dimas. Aku mirip mama? Dulu aku selalu bertanya-tanya, sifatku yang dianggap menyebalkan oleh papa mirip siapa, ternyata mirip mama.

Dimas berjongkok di hadapan Edward. "Saat ini kamu satu-satunya pria yang bisa melindungi mama kamu."

Edward mengangguk ragu.

Dimas ragu meninggalkan adik kesayangannya ke anak-anak, pulang ke rumah saja saja bertemu dengan sumber penyakit, tapi Dimas tidak mungkin mengatakan itu di depan anak-anak. Biar bagaimanapun Adit adalah ayah kandung mereka.

Edward bisa melihat keraguan Dimas. "Saya harus panggil anda apa?" tanyanya.

Dimas membelai dagunya. "Pakde?"

Dahi Fumiko berkerut tidak setuju. "Kedengarannya tua sekali."

Dimas tertawa kecil. "Kamu tidak setuju?"

Fumiko mendengus kesal. "Panggil tante saja gak keberatan kok, Nara belum resmi pulang ke rumah, panggilan itu tidak umum kecuali untuk keluarga. Jangan sampai orang itu tahu kamu kakak Nara, setidaknya jangan sekarang."

Dimas menunjukan ekspresi tidak percaya. "Mhm?"

Fumiko berdehem malu. "Setidaknya ada waktu buat aku terima panggilan itu."

"Kalian dengar 'kan permintaan budhe?"

Fumiko memukul lengan atas Dimas.

"Itu berarti kami tidak boleh bicara tentang kalian di depan papa dan lainnya?"

"Ya. Tentu saja," kata Fumiko dan Dimas bersamaan.

Edward melirik adik kecilnya yang sedang menguap, "Bella ngantuk?"

Bella menggosok mata dan mengangguk singkat.

Edward menarik Bella untuk mendekat. "Saya tidak akan bicara, Bella juga mungkin lupa besoknya."

Fumiko dan Dimas menghela napas lega.

Dimas menyentil kening Kinara.

Kinara mendecak kesal lalu mengusap keningnya.

"Sekarang kamu sudah menjadi seorang ibu. Dulu kamu meninggalkan keluarga demi cinta, itu tidak masalah karena kami masih bisa berdiri tapi kamu tidak bisa melakukannya ke anak-anak kamu."

Kinara melirik kedua anaknya yang sedang bercengkrama dengan kakak ipanya. "Nara tahu."

Dimas menghela napas. "Kamu yakin tetap pulang kesana? ini saja kalau nggak mas yang.."

"Kenapa mas bisa ke rumah?"

Dimas menggeleng miris. "Salah satu pekerja di rumah kamu itu mata-mata Fumi."

Dahi Kinara berkerut tidak suka.

Dimas buru-buru menjelaskan. "Fumi tanpa sengaja melihat artis itu masuk ke dalam rumah kalian saat kamu sedang di luar kota. Firasat Fumi pasti ada sesuatu makanya dia terpaksa turun tangan karena hapal dengan kenekatanmu, jangan salahkan dia. Dia itu sayang sama kamu."

Kinara memejamkan mata sebentar lalu membukanya dengan berat. "Maaf."

Dimas mengacak rambut adik kesayangannya. "Bilang itu ke mama dan papa nanti."

Kinara mengangguk.

"Fumi sudah menjelaskan orang rumah kalau kami rekan kerjamu, jadi tidak perlu khawatir. Hanya saja sepertinya suami kamu sudah mulai-"

"Nara tahu, mas Adit tidak, Adit sengaja memanggil media lalu membuat seolah-olah mereka tertangkap. Adit tidak sebodoh itu sampai bisa ketahuan."

"Yah, pantas saja- mantan aktor."

"Mantan aktor atau tidak, orang licik tetap saja licik,"

"Nara, mobilmu sudah datang." Fumiko mengingatkan Kinara.

"Istirahat yang banyak dan langsung makan tapi jangan berat-berat, dokter sudah menguras isi perutmu," ceramah Dimas.

Kinara bengong sesaat lalu tersenyum sedih. Sudah lama tidak ada yang mengingatkan dia hal kecil seperti ini, mungkin ini teguran Tuhan.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • ARE YOU DONE, MY DEAR?   EXTRA PART

    Jantung Adelio berdebar kencang, hari ini dia resmi menikah dengan Kinara. Setelah bertahun-tahun mereka berjuang bersama, akhirnya mereka bisa meresmikan pernikahan secara agama. Rumah besar mertua Adelio penuh sesak dengan kedatangan keluarga dan teman dekat.Edward dan Daichi main mengelilingi taman bersama anjing yang baru-baru ini diadopsi Adelio untuk Kenzi. Ya, anjing ini dulu yang mereka tolong.Kinara sibuk di dalam kamar bersama mama, Fumiko dan ibu Fumiko.Reiko celingukan mencuri makanan.Dimas berkenalan dengan Bryan, Alex dan lainnya.Sementara Kenzi ke penjara sebentar untuk menyerahkan makanan ke sipir dan papanya."Daddy bilang, bawa makanan yang banyak buat papa. Terus Kenzi bawa kulkas juga buat dipakai bersama, jadi papa bisa menyimpan makanannya juga." Kenzi tersenyum polos.Adit tidak tahu harus tertawa atau menangis melihat setumpuk makanan dan camilan, tidak bisa dihabiskan satu hari jika hanya dimakan sendirian. "Apakah hari ini adalah perayaan khusus?"Kenzi m

  • ARE YOU DONE, MY DEAR?   TIDAK MUDAH UNTUK MEMAAFKAN TAPI BIARKAN KAMI MENCOBA

    Adit menangis seharian ketika mendengar kakak kandungnya tiba-tiba meninggal, begitu juga dengan keponakan serta si kembar.Bohong jika dirinya tidak sayang si kembar, polisi mengizinkannya menghadiri pemakaman mereka yang dibuat keluarga Anton.Sekarang dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi, semua pergi. Yang tersisa hanya Kenzi tapi Kenzi juga pasti memilih pergi dan tidak mau menemuinya.Apa yang harus aku lakukan sekarang? Hartaku sudah disita, aku dituntut penjara dan aku keluar tidak akan punya apa-apa!Pihak Tsoejipto dan Sanjaya menuntut hukuman maksimal karena sudah menggelapkan dana tidak sedikit, tidak hanya itu- pihak BPK juga menuntut banyak poin mengenai korupsi yang dilakukan banyak pihak yang melibatkan dirinya.Pihak-pihak yang terlibat sudah dilepas jabatan serta dihukum, Adit juga langsung paham ketika nama Kinara tiba-tiba hilang dari daftar tersangka padahal banyak bukti yang memberatkannya.Adit juga sudah berusaha keras supaya semua tanda tangan dan nama atas K

  • ARE YOU DONE, MY DEAR?   SEMBILAN PULUH (END)

    Anton menggertakan gigi begitu mendengar kabar dari kakaknya kalau mereka dipastikan akan kalah, sudah lama mereka menjadi pengikut keluarga Sanjaya dan mendapat banyak proyek tapi sekarang mereka harus jatuh begitu saja.Hal yang paling diharapkan setelah pengakuan itu.Mana mereka juga terlibat kejahatan ayah Adelio, hancur sudah keluarganya.Terbesit ide gila yang tiba-tiba muncul. "Bagaimana kalau kita memakai jasa dukun terbaik di Indonesia? Kalau perlu kita ke luar negeri supaya bisa lepas begitu saja."Kakak Anton tersenyum. "Kamu kira kami tidak menggunakan itu dari dulu?""A- apa?" tanya Anton tidak mengerti."Kami tidak hanya mengandalkan itu, tapi juga orang pintar."Anton merinding begitu melihat seringai kakaknya. "Kak, kenapa aku tidak tahu?""Kami sepakat untuk tidak melibatkan kamu."Perasaan Anton menjadi tidak enak lalu melotot ngeri. "Kalian pasti membutuhkan tumbal.""Benar, begitu ada yang tidak berguna. Kami akan menumbalkannya.""Kenapa? AKU ADIK KAMU DAN BERJUA

  • ARE YOU DONE, MY DEAR?   DELAPAN PULUH SEMBILAN

    Dua hari kemudian, istri Donny puas melihat laporan yang dibuat kedua menantunya."Sebenarnya mama sudah pernah menerapkan ini, tapi kalian tahu bagaimana sifat papa dan Dimas soal laporan keuangan. Mereka tidak mau membaca hal-hal yang ribet selain itu ingin menghemat kertas laporan." Tawa istri Donny.Sudah kami duga. Batin Adelio dan Fumiko yang tersenyum.Adelio mengusap bawah hidungnya dan menurunkan suaranya ketika istri Donny sibuk membaca. "Benar-benar ajaib rumah sakit ini bisa besar, untung saja masih belum ada yang berinisiatif untuk menggelapkan uang."Fumiko mengangguk setuju, asal-asalan membuat laporan keuangan sama saja memberikan celah untuk pencuri. "Wah, benar-benar kebetulan aku punya dua menantu yang bekerja di dua bidang berbeda. Satunya bank, satunya lagi hotel sehingga kalian bisa lebih teliti lagi." Kagum istri Donny. "Tapi ada salah satu kelemahan di sini."Fumiko dan Adelio menegang. "Obat-obatan, kalian tidak melupakannya bukan?""Tidak, kami sudah memikir

  • ARE YOU DONE, MY DEAR?   DELAPAN PULUH DELAPAN

    Cynthia ingin menampar wajah Kinara tapi terlalu takut dengan bodyguard yang berdiri di belakang kursi lawan bicaranya."Apakah tidak pernah terbesit di benak kamu kenapa bisa Adit dan keluarganya mudah dibodohi, padahal wajah si kembar tidak mirip dengan kamu? Yah, meskipun kamu selalu bilang mereka mirip dengan kamu atau orang-orang bilang mereka mirip Adit."Cynthia menyipitkan mata dengan curiga. "Apa yang ingin kamu katakan?"Kinara menatap lurus Cynthia dengan tatapan mengejek dan senyum miring. "Karena Adit dan Anton satu ayah."Cynthia sontak berdiri dan menjerit histeris. "BOHONG!""Dari awal sampai akhir semua orang tidak akan tahu, tapi hanya Maya yang tahu dan dia membawanya sampai mati. Lalu kenapa aku bisa mengetahuinya? Itu mudah, karena aku sudah menyimpan ini dari awal aku selingkuh.""Kenapa aku tidak tahu? Aku sudah mengenal Anton lebih dulu dari Adit.""Karena Anton tidak tahu."Kaki Cynthia melemas lalu berlutut di lantai yang dingin. "Adit dan Anton tidak tahu p

  • ARE YOU DONE, MY DEAR?   DELAPAN PULUH TUJUH

    Sekolah sudah diambil alih keluarga Tsoejipto, Bella sudah mulai kembali ke TK dengan ditemani nenek.Para orang tua yang sudah mendengar dan melihat baik secara langsung maupun lewat berita, pilih menjauh daripada dikatakan penjilat. Meskipun ada satu atau dua orang bodoh yang tetap mendekat, keluarga Salim tetap tidak peduli pada penjilat.Bella pun blak-blakan bicara ke nenek sambil menunjuk orang tua atau anak-anak yang menyakitinya, ingatan anak kecil memang tajam.Edward dan Daichi pun juga kembali dengan damai, para guru yang terlibat dengan kekerasan sudah dipecat termasuk kepala sekolah. Para murid yang terbukti melakukan kekerasan pada Edward dan Kenzi juga dikeluarkan, gosip yang beredar bisnis keluarga mereka juga goyah sehingga tidak mampu bayar sekolah swasta mahal.Para murid yang tidak terlibat atau hanya menjadi saksi, tidak berani berurusan dengan Edward dan Daichi bahkan untuk mendekat, dilarang keras orang tua mereka.Edward dan Daichi pun tidak terganggu, mereka b

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status