Home / Romansa / ASI Untuk Bosku / Bab 50 Radit Mengkhawatirkan Elina

Share

Bab 50 Radit Mengkhawatirkan Elina

Author: Manila Z
last update Last Updated: 2025-04-28 12:09:33

Elina melirik jam di dinding ruangannya. Waktu masih belum menunjukkan tanda-tanda pulang, namun hatinya sudah tak sabar untuk segera bertemu Kina. Beberapa hari terakhir, mereka berdua memang intens berbicara mengenai sesuatu yang belum sepenuhnya jelas, dan pertemuan hari ini adalah kesempatan untuk menggali lebih dalam.

Dia tahu, dengan Radit yang belum terlihat di kantor, dia bisa pulang lebih dulu tanpa harus khawatir. Biasanya, Radit selalu menjadi yang terakhir meninggalkan kantor, jadi tak ada alasan untuk menunggunya.

"Radit juga tidak mungkin akan pulang cepat," gumam Elina pelan pada dirinya sendiri, seolah memberi keyakinan lebih bahwa dia sudah bisa meninggalkan pekerjaan untuk hari ini.

Dengan sigap, dia mulai mengemas barang-barangnya seperti laptop, buku catatan, dan beberapa dokumen yang mungkin masih dibutuhkan nanti. Suara ketikan keyboard dan gesekan kertas terdengar lebih hening dari biasanya, memberi kesan bahwa Elina sudah siap meninggalkan ruangannya.

Setelah m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ASI Untuk Bosku   Bab 96 Memilih Gaun Untuk Bela

    Kina masih kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh Elina kemarin, dia mengatakan kalau harus menerima itu. Sebenernya Kina juga menyukai Rian, hanya saja dia memang yang suka berhalu dan nonton Drakor, membuat dia jadi sulit dipercaya."Ah, sulit sekali."Dia bahkan tidak tahu harus berbuat apa lagi setelah ini. Pikirannya penuh sesak oleh bayangan Rian, hingga dia hampir tak menyadari dering ponselnya yang membuyarkan lamunan."Halo, Bela," ucap Kina, mencoba terdengar normal."Ah, Kina. Kamu sibuk?" suara Bela terdengar agak cemas."Enggak juga, kenapa?""Bisa temanin aku ke butik? Dani nyuruh aku pilih gaun pengantin, tapi dia nggak bisa nganterin. Katanya lagi ada urusan kantor."Kina terdiam sejenak. Kalau dia terus di rumah, pikirannya pasti kembali ke Rian. Mungkin ini bisa jadi pengalih perhatian yang baik."Oke. Tunggu aku ya, aku ke sana sekarang," jawab Kina akhirnya."Makasih banget, Kina. Aku tunggu ya!"Senyum tipis muncul di wajah Kina. Ini bisa jadi jeda yang dia butu

  • ASI Untuk Bosku   Bab 95 Menyatukan Bela dan Dani

    Dani terpaku saat melihat Bela berdiri tak jauh darinya. Hatinya seperti ditarik kembali ke masa lalu yang penuh luka dan penyesalan. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah mendekat dan langsung memeluk wanita itu erat, seolah tak ingin kehilangannya lagi."Bela… maafkan aku," bisiknya lirih, nyaris putus asa.Bela diam. Dadanya sesak. Kata-kata menggantung di tenggorokannya, tak sanggup ia keluarkan. Pelukan Dani terasa hangat, tapi juga menakutkan—karena ia tahu, hatinya belum sembuh sepenuhnya."Jangan pergi lagi..." ucap Dani pelan, melepaskan pelukan itu untuk menatap wajah Bela. "Aku nggak akan sanggup kalau kehilangan kamu untuk kedua kalinya."Kina dan Rian yang berdiri tak jauh hanya bisa saling pandang, lalu melirik ke arah keduanya. Ada haru dalam keheningan itu, namun mereka memilih membisu.Bela membuka mulut, ingin bicara… namun Dani memotong lebih dulu."Aku tahu semua yang kamu alami. Dan aku nggak akan lari dari tanggung jawab. Kita akan menikah, Bela. Aku ingin kamu j

  • ASI Untuk Bosku   Bab 94 Dani Mencari Bela

    Di dalam kantor yang mulai lengang menjelang siang, Elina terduduk di meja kerjanya dengan wajah masam. Tangannya sibuk menumpuk berkas-berkas yang seharusnya bukan tanggung jawabnya. Wajahnya jelas menunjukkan kekesalan yang ditahan-tahan.“Kenapa dia gak masuk juga hari ini?” gerutunya dengan nada tajam. “Apa dia pikir semua ini bisa selesai sendiri?”Dani, rekan kerjanya, sudah dua hari tak menunjukkan batang hidungnya di kantor. Dan karena itu, semua pekerjaan penting otomatis dialihkan padanya. Beban bertambah, sementara kepala terasa mau pecah.Tiba-tiba, aroma kopi hitam menyeruak. Radit datang menghampiri dengan senyum tipis dan secangkir kopi hangat di tangan. Dia tahu betul ekspresi seperti itu artinya Elina sedang berada di ambang ledakan.“Ini... buat meredakan sedikit amarah,” katanya sambil menyodorkan cangkir.Elina menerima dengan helaan napas panjang. “Makasih,” gumamnya, berusaha menenangkan diri.Radit duduk di pinggir meja, menatap Elina dengan pandangan penuh perh

  • ASI Untuk Bosku   Bab 93 Bela Yang Pergi

    Elina baru saja selesai mandi. Sisa-sisa make up pesta telah lenyap, berganti dengan wajah polos yang terlihat lelah. Pesta tadi menyisakan kelelahan bukan hanya secara fisik, tapi juga batin—terutama karena sikap ibu Radit yang masih dingin terhadapnya.Di balik aroma sabun yang masih melekat di kulit, pikirannya melayang-layang."Bagaimana kelanjutan hubunganku dengan Radit nanti?" gumamnya lirih. Sorot matanya menatap kosong ke arah jendela kamar. Ia terlanjur menyayangi anak Radit, menganggapnya seperti darah daging sendiri. Tak ada yang bisa memisahkan mereka—Elina bersumpah dalam hati.Tiba-tiba, ponselnya bergetar pelan di meja. Nama 'Kina' muncul di layar. Elina mengernyit.“Kina?” ujarnya pelan.Tanpa berpikir panjang, ia menjawab panggilan itu. “Halo, Kina. Ada apa?”“Kamu sudah dengar soal Bela?” suara Kina terdengar agak panik.Elina langsung siaga. “Kenapa dengan Bela?”“Dia benar-benar mengundurkan diri dari perusahaan. Rian bahkan disuruh Dani buat melacak keberadaannya

  • ASI Untuk Bosku   Bab 92 Merasa Kesal

    "Berhenti!!"Gita sedikit kesal ketika melihat dua orang itu malah bermesraan dihadapannya, dia menjadi muak dan kesal. Terlebih setelah dia kaya obat nyamuk sendiri."Kenapa Gita?" tanya Elina yang pura-pura tidak tahu. Dia sengaja menyindir Gita karena memang tahu karakter wanita itu."Iya, Gita. Kenapa?"Radit malah pura-pura polos sekarang, dia sengaja mengatakan itu karena ingin membuat Gita merasa tidak nyaman. "Kalian bermesraan tidak tahu tempat sama sekali," umpat Gita yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil ini."Kamu kenapa, Gita? Tidak mau ikut pulang?" tanya Radit."Tidak usah, aku berhenti disini saja," kata Gita sambil mengumpat kesal.Pasangan yang memang tidak tahu tempat sama sekali, membuat dia kesal. Terlebih ketika ekspresi dirinya yang memang sangat kurang. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi.Sampai tak lama kemudian, dia teringat akan sesuatu sekarang. Bahkan dia tidak menyangka dengan semuanya."Jangan pak," kata Radit kepada supirnya sete

  • ASI Untuk Bosku   Bab 91 Elina Melawan Gita

    "Siapa dia?"Gita memicingkan mata, menatap tajam ke arah wanita asing yang berdiri terlalu dekat dengan Radit. Ada ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan dari suaranya. Sorot matanya tajam, seakan ingin menelanjangi niat wanita itu."Saya pacarnya Radit."Nada Elina terdengar tenang, tapi sarat akan keberanian. Bibirnya melengkung membentuk senyum tipis, seolah menyadari bahwa kata-katanya barusan adalah tamparan bagi lawan bicaranya. Ia tahu siapa Gita—wanita yang selalu dielu-elukan oleh Ibu Radit, wanita yang katanya "cocok untuk jadi menantu".Gita terkesiap, lalu segera menoleh pada Radit. "Apa benar seperti itu?" suaranya pelan, nyaris berbisik. Tapi nadanya mengandung luka dan gugatan.Radit mengangguk pelan. "Tentu saja. Memang kenyataannya seperti itu."Gita menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. Tapi suaranya mulai bergetar. "Kak Radit, bukannya kamu pernah bilang akan menikah denganku? Kenapa kamu malah bawa dia ke sini?"Radit menunduk, enggan menatap mata Gita yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status