Plak!
Pipi kiri Haryadi ditampar hingga pipinya memerah karena bekas tamparan. "Apa kau tidak tahu, jika kakakmu membangun hotel itu dari nol hingga bisa berjalan sampai saat ini?"Plak!!!Sekali lagi, pipi kanan Haryadi yang ditampar, "Sekarang, kauhancurkan semalam hanya dengan berjudi!! Mau taruh di mana mukaku jika aku mati dan bertemu dengan kakakmu!!" Teriak Helena meluapkan emosinya."Bun ... sudah Bun! Ingat, Bunda masih sakit. Jangan tambah beban Bunda," ucap Sarah kepada Helena, bundanya, yang marah kepada om-nya, Haryadi Tjokroaminoto.Sarah melihat bundanya memegang dadanya yang serasa mau pecah. Segera saja dipeluknya pundak bundanya agar sedikit lebih tenang.Di hadapan Helena, Haryadi hanya bisa berlutut. Di bawah kaki kakak iparnya, dia memohon agar dosanya diampuni."Berapa hutangmu???" tanya Helena sambil berteriak."Hampir lima milyar, kak ...""Ya Tuhan ... kau tahu, hotel dijual pun belum bisa menutup hutangmu!!""Maaf kak, aku khilaf, hotel sudah aku jaminkan, dan sisa hutangku tinggal lima milyar itu ...!"Astaga!!! Sudah kaujaminkan?!"Buughh!!Helena dengan geram mengambil kursi plastik dan memukul Haryadi hingga kursi plastik itu pun pecah. Sedangkan Haryadi meringis kesakitan akibat pukulan kursi itu."Arrgghh ampun kakkk!""Bun!!! Tenang Bun!!" Sarah berusaha membuat Helena menjadi tenang. Tampaknya, amarah Helena belum reda. Dipeluk bundanya agar tidak melakukan hal-hal yang lebih parah lagi."Sarah ... Ayahmu ... Ayahmu akan kece--," tiba-tiba saja Helena ambruk, badannya lemas. Sarah kaget dan langsung memegang badan bundanya."Om!!! Tolong bunda!! Dia pingsan!" teriak Sarah.Haryadi langsung bangkit dari tempatnya berlutut dan langsung membantu Sarah membopong Helena ke sofa dan membaringkannya."Telepon ambulans!" Perintah Haryadi.Sarah berlari mengambil ponsel di atas meja, kemudian memencet tombol kontak ambulans agar segera datang."Bun ... sadar Bun, ambulans akan segera datang, kita ke rumah sakit yah?" ujar Sarah sambil menggosok-gosokkan minyak kayu putih di kening, leher dan sedikit aroma di hidung bundanya agar siuman.Helena pun siuman, "Dada bunda ...," ucapnya sambil memegang dadanya yang terasa sakit.Nguing ... nguing ... nguing!Suara ambulans dari kejauhan terdengar. Makin lama makin terdengar kencang dan mendekat."Ambulans sudah datang! Sarah ayo bersiap, bawa perlengkapan bundamu. Om akan bantu menggotong bunda ke brankar!" perintah Haryadi. Sarah membawa tas ransel dan keperluan bundanya.Mobil ambulans sudah berada di teras rumah Sarah. Dua orang perawat mengeluarkan brankar dan membantu Haryadi menggotong Helena ke atasnya, kemudian dimasukkannya ke dalam mobil ambulans. Sarah duduk di samping bundanya membawa tas perlengkapan bundanya. Kemudian ambulans pun melaju ke rumah sakit.Di dalam mobil ambulans, Helena diperiksa terlebih dahulu oleh para perawat dan diberi pertolongan pertama berupa oksigen."Apakah ibumu ada riwayat penyakit?" tanya perawat."Pernah sekali serangan jantung ketika ayahku meninggal," ucap Sarah.Perawat mengangguk, diperhatikan dengan lebih detail lagi, "sepertinya ibumu terkena serangan jantung yang kedua, semoga keadaannya tidak buruk, berdoa saja. Kita sebentar lagi akan sampai," ucap perawat menenangkan.Perawat pun menelepon bagian administrasi untuk segera mendatangkan dokter jantung untuk kasus urgensi.Tak lama, mobil ambulans pun tiba di rumah sakit. Hari sudah sangat malam, hampir jam 10 malam. Sarah dan para perawat berjalan di koridor rumah sakit sambil membawa brankar menuju ruang UGD."Dokternya sudah ada?" tanya perawat yang membantu Helena selama perjalanan di ambulans."Sedang dalam perjalanan, sebaiknya ditangani dulu oleh dokter Markus, dia dokter jaga," ucap suster administrasi.Perawat pun membawa ke salah satu ruang yang kosong, dokter Markus datang dan memeriksa Helena, "Tolong bunda saya, dok," mohon Sarah."Akan saya cek terlebih dahulu, kami akan mengambil darahnya untuk diperiksa, apakah diijinkan?" tanya dokter Markus."Lakukan yang terbaik dok," jawab Sarah."Mbak, sebaiknya mbak menandatangani berkas-berkas ini, kemudian bisa ke ruang kasir untuk biaya administrasinya," ucap suster.Sarah menandatangani berkas-berkas yang diberikan dan ke kasir untuk membayar biaya administrasi."Dokter Budiman, spesialis jantung sudah datang, dia sedang menangani ibu mbak," kata suster."Terima kasih suster," jawab Sarah hendak masuk."Mbak, sebaiknya, jangan masuk terlebih dahulu, nanti mbak bisa konsultasi dengan dokter Budiman di ruangannya setelah kami pindahkan ibu mbak dari ruang UGD ke kamar," ucap suster.Sarah hanya mengangguk pasrah. Dia duduk di ruang tunggu menunggu dokter Budiman memeriksa bundanya."Kamu putrinya?" tanya dokter Budiman setelah selesai memeriksa Helena."Iya, dok.""Ikut ke ruangan saya," ajaknya.Sarah mengikuti langkah dokter Budiman masuk ke ruang kerjanya, "Begini, ibumu mengalami penyumbatan pada pembuluh darah di jantungnya, jadi harus segera dioperasi bypass," ujar dokter."Apa tidak ada cara lain selain operasi dok?""Bisa menggunakan obat, tapi untuk kasus ibumu, sebaiknya dioperasi. Pada saat ini, saya hanya bisa menstabilkan aliran darah dengan obat-obatan, tapi tidak bisa berlangsung lama. Maksimal satu minggu harus sudah di operasi.""Satu minggu?"Dokter Budiman mengangguk."Biayanya berapa dok?""Sekitar 70 juta sampai 120 juta, tergantung dari hasil pemeriksaan darah, apakah ada penyakit lain yang mengikutinya."Sarah menunduk, bundanya sakit karena hutang pamannya 5 milyar yang dibebankan kepada bundanya. "Apakah bunda masih menyimpan perhiasan? Mungkin bisa dijual untuk biaya operasi," ucapnya dalam hati."Kau mau berapa lama lagi ingkar, Haryadi?!" Pekik seseorang di balik telepon. "I ... iya, Boss!!" jawab Haryadi dengan gemetar. "Bagaimana bisa orang ini tahu nomor ponselnya yang terbaru?" pikir Haryadi. "Jadi kapan?" tanya orang itu lagi. "Satu minggu, Boss?" tawar Haryadi. "Tiga jam dari sekarang, kau harus sudah melunasinya. Jangan kabur!! Anak buahku tidak akan segan-segan untuk menyeretmu kemari, dan aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri!!" Telepon pun ditutupnya. Haryadi memandang ponselnya yang sudah diputus itu, "Sialan!!" ucapnya dengan marah. "Arrgghh! Bagaimana aku bisa dapat duit sebanyak itu dalam waktu 3 jam?" Disisirnya rambutnya dengan jari tangannya. Pikirannya kacau, matanya melanglang buana ke segala arah. Dilihatnya lukisan karya Affandi milik almarhum kakaknya yang dulu dibeli dengan harga mahal, "Sepertinya laku untuk dijual." Haryadi naik ke atas kursi, kemudian menurunkan figura lukisan dari dinding. Diambilnya lap, dan dengan hati-hati membersihk
"Beb, apa maksud lo dengan putus?" tanya Kalina tak percaya. "Lo dah dengar apa yang gue omongin, jadi gak perlu gue perjelas lagi," ucap Heru melepaskan lengan Kalina dan berlalu. Kalina terdiam, tidak percaya, dirinya diputus begitu saja oleh Heru. Kalina pun menyusul Heru keluar untuk mempertanyakannya. "Beb!! Beb!! Tunggu!!" teriaknya. Heru sudah hampir tiba di mobilnya, melihat Kalina datang mengejarnya, dia pun berhenti. "Beb! Jelasin apa salah gue sama lo? Apa kurangnya gue? Kenapa lo mutusin gue?" tanya Kalina dengan isak tangis mempertanyakan perlakuan Heru. "Lo gak salah," jawab Heru, "yang salah, gue. Karena gue dah bosen sama lo." Tanpa memperdulikan Kalina yang menangis, Heru masuk ke dalam mobil sportnya dan pulang ke rumah. "Hei, Neng! Habis diputus cinta nih ye? Yuk sama Abang aje?!" ucap seorang preman yang sedang mangkal di pinggir jalan. Pakaian kaos yang dipakainya terlalu besar, tidak sebanding dengan ukuran badannya yang kurus. Rambutnya yang dicat berwar
"Jadi, sebaiknya ibumu harus segera dioperasi. Soal dana, jangan dipikirkan, sambil jalan saja dulu, dokter berdoa agar semua dipermudah," ujar dokter Budiman. "Baiklah dok, saya akan berusaha mencari dananya, saya ingin bunda segera sembuh," ujar Sarah. Dokter mengangguk, "Jangan lupa dengan doa. Anak yang mendoakan ibunya disaat sakit adalah salah satu obat kesembuhan," ujarnya. Sarah tersenyum, mengangguk. Kemudian keluar dari ruangan dokter Budiman kemudian masuk ke ruangan bundanya yang sudah diinfus dan diberi oksigen. Sedangkan pada bagian dinding kasurnya terdapat alat detak jantung. Sarah menangis, melihat keadaan bundanya seperti itu. Digenggam tangan bundanya dan diciumnya. Kemudian diambilnya kursi dan duduk, "Bun ... bunda harus segera sembuh, jangan biarkan Sarah sendirian di dunia ini. Sarah takut bun ... Sarah takut kehilangan bunda. Sarah belum siap menjadi sebatang kara," tangis pilu Sarah. Air matanya mengenai tangan bundanya, dan Sarah mengusap-usap tangannya u
Dilihat jam tangannya sudah pukul 10 pagi. Hari ini Heru ada kuliah pukul 11 siang. Mengingat ucapan daddy-nya yang ingin dirinya cepat lulus, dengan malas diambilnya tasnya, kunci mobilnya dan pergi ke kampus. Diparkir mobilnya di bawah pohon yang rindang, dilihat dari kaca spion penampilan machonya, kemudian dipasang kacamata hitam sebagai pemanis. Sebagai anak konglomerat yang terkenal, gadis-gadis cantik selalu saja menghampirinya hanya untuk say hello, ataupun tersenyum. Kali ini, dia akan menyeleksi gadis-gadis itu menurut kriterianya, cantik, body goals, berambut panjang, seksi, dan pintar untuk calon pacar berikutnya, "Siapa tahu pilihan Tante Bella tidak secantik yang gue pikirkan," ucapnya sambil bersiul, membuka pintu mobilnya. Tiiiiiiiin!!! Heru kaget ketika melewati mobil city car kecil mengklakson dirinya, "Kurang ajar! Siapa sih yang klakson bikin kaget?" tanyanya sambil menyelidiki mobil yang dilewatinya itu. "Sialan!!! Sialan!!! Sialan!!! Dasar om penjahat!!!" maki
"Hai Bro!!" Punggung Heru ditepuk seseorang dari belakang. Heru kaget dan melihat orang yang menepuknya. "Eh, lo! Mike!" Heru melihat Michael. "Heh lo mutusin Kalina kemarin, apa dia gak ngehubungi lo lagi?" tanya Michael. "Gue sudah blokir semua yang berhubungan dengan Kalina, dan siap dengan hubungan yang baru," ujar Heru sambil memakai kaca mata hitamnya dan tersenyum. "Dasar Casanova! Kita ke pub nanti malam?" tanya Michael. "Sorry, gue gak ikut," jawab Heru. "Loh kenapa? Tumben bener gak ikutan?" tanya Kevin. "Lo yah! Gue ikut juga, lo sama cewek lo berdua, anggap gue cuma kambing conge. Liatin kalian berdua cipokan depan gue, jijik gue lihatnya!" ujar Heru membayangkannya. "Makanya, lo cari dong pacar! Buat lo, siapa sih yang gak mau? Semua cewek bakalan antri cuma buat nemenin lo semalam," ujar Michael. "Sabar bro ... Bukan Casanova namanya kalau Heru gak dapat pengganti Kalina," jawab Heru bangga. "Dah lo pergi dari sini! Gue lagi pengen sendiri," usir Heru dengan men
"Gue bilang, gue nungguin temen!" bentak Anggie."Oh, oke! Karena teman yang lo tunggu, gue duduk disini," ucap Heru sambil nyengir menyeruput es kopinya.Anggie pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya kembali menyeruput minuman di depannya, sedangkan Heru hanya memperhatikan Anggie dan melihat sekeliling, mencari cewek yang dia sendiri lupa tanya namanya.Sepuluh menit berjalan, Anggie dan Heru sama-sama terdiam. Anggie yang merasa tidak nyaman dengan adanya Heru pun mulai mengambil ponselnya dan mengirim pesan, "Kamu sudah sampai Starduck?"Ponsel Heru pun berbunyi dan muncul notifikasi. Heru melihat pesan dan membalasnya, "Aku sudah menunggu 10 menit, dan aku tidak suka menunggu. Kutunggu 5 menit lagi, jika tidak datang, Aku pulang."Bunyi ponsel Anggie yang kembali berbunyi. Heru melihatnya, dan menyambar ponsel milik Anggie. "Hei!!!" teriak Anggie kaget."Heh! Ternyata lo rekomendasinya Tante Bella? Lo mau selingkuh ama gue?" tanya Heru marah."Eh! Gue gak tahu kalau lo temenan
Orang itu kemudian berbalik arah kepada Sarah dan memberikan amplop coklat kepada Sarah, "buka dan baca!" perintahnya.Sarah mengambil amplop coklat itu kemudian membukanya. Di dalamnya ada surat, dokumen-dokumen yang berisi mengenai sertifikat tanah, surat kuasa dan lainnya.Sarah membuka suratnya yang berisi hutang atas nama Haryadi Tjokroaminoto sejumlah 5 Milyar yang akan dilunasi paling lambat beberapa hari yang lalu, dan konsekuensinya rumah dan isinya yang dijaminkan akan menjadi milik Sugandi Hadiningrat.Sarah tidak mampu berbuat banyak. Dengan tak semangat, Sarah naik ke lantai 2, tempat kamarnya, dibawanya baju, dokumen penting dan buku-buku kuliahnya. Semuanya dimasukan ke dalam tas kopernyaSebelum menutup pintu kamarnya, diperhatikan sekali lagi, barang-barang apa saja yang harus dia bawa, "Aku meninggalkan kenangan disini. Tapi ingatlah suatu saat semuanya akan kembali kepadaku!!" tekadnya dengan penuh keyakinan."Ayo cepat!!!" teriak seseorang dari bawah."Sini, aku ba
"Bokap gue Subroto Tjokroaminoto--,""Oh pemilik Hotel The Tjokro?" sela Heru bertanya.Sarah mengangguk, lalu memandang Heru, "Lalu, apa masalah lo, hingga Lo buat pengen kawin kontrak?" tanya Sarah.Heru pun duduk di samping Sarah, "Bokap gue ingin gue nerusin perusahaannya. Kalau gue gak lulus dan belum nikah, pengelolaan perusahaan bakal di urus sama nyokap tiri gue," ucapnya setengah berbisik. Dia tidak ingin menjadi bahan pembicaraan di ruang publik yang ramai ini."Alasan klasik yang ada di novel-novel roman picisan," ujar Sarah mengejek."Hei!! Memang yah Lo jadi orang gak ada perhatiannya sama gue!" ucap Heru dengan kesal."Lo tahu? Dimana-mana yang disuruh nikah itu cewek, bukan cowok! Lagian, diumur lo yang belum sampai 30 tahun, pengalaman apa yang lo punya buat pimpin sebuah perusahaan? Muka ganteng?" tanya Sarah sambil memegang pipi Heru dan menyubitnya, "perut six pack?" dipegangnya perut Heru untuk dicubitnya.