Share

4. Banyak Alasan

“Kalian berdua sudah GILA? Ha?” Dandi melotot sembari mendesis, saat menatap Qai dan Thea yang kembali ke meja makan. Dandi yang masih menikmati beberapa camilan itu, sontak kehilangan selera makan karena perkataan Thea barusan. “Qai! Kamu punya apartemen, kan? Kenapa nggak simpan si Rumi itu di sana? Aku nggak mau ikut-ikut urusan kalian!”

Jaya hanya melirik sekilas pada Dandi, kemudian kembali beralih pada tablet di yang masih melekat di tangan. Ia belum berminat untuk ikut campur dan masih menyimak pembicaraan yang ada.

“Enak aja!” protes Thea sambil memeluk erat lengan Qai. “Kami masih make apartemen itu, Dan! Jadi—”

“Urusan Rumi sama Alpha, itu bukan urusanku!” Dandi menolak telak permintaan tolong tersebut. “Apa kata mamaku, kalau tahu ada cewek tinggal di rumah, The?”

“Nanti, biar aku yang ngomong sama tante Tya.” Terus terang, Thea benar-benar kasihan setelah mendengar semua cerita Rumi. Jika gadis itu dibiarkan seorang diri di luar sana, Alpha pasti akan membalaskan dendamnya pada Rumi. Jika sampai terjadi sesuatu pada Rumi, Thea yakin dirinya akan dihantui rasa bersalah dan penyesalan.

“Nggak!” tolak Dandi.

“Dan—”

“No Qai!” henti Dandi lebih dulu memutus ucapan pria itu. “Aku nggak mau direpotkan dengan masalah pribadi orang lain. Urusan di Jaya Group aja sudah buat aku sakit kepala, jadi jangan nambah-nambahin beban hidup.”

“Betul itu!” sambar Jaya berceletuk, tetapi tatapannya masih saja ke arah tablet. “Jangan nambah-nambahin beban hidupnya Dandi. Tapi Qai, apa Rumi itu cantik?”

“Papaaa?” Kedua mata Thea terbuka lebar dan mendadak menaruh curiga pada sang papa. “Umur Rumi itu … mungkin ada di bawahku jadi nggak usah aneh-aneh!”

“Cantik, Om?” Sebuah kesenangan bagi Dandi, jika bisa membuat sepupunya itu kesal. “Thea aja kalau cantik. Kalau Thea itu nilainya enam, Rumi itu delapan sete— The!”

Dandi mendesis nyeri saat satu sendok melayang mengenai punggung tangannya.

“Jangan macam-macam, kamu, Dan!” tunjuk Thea sudah mengatupkan geliginya dengan erat. Thea tidak masalah jika sang papa tertarik dengan seorang wanita, tetapi, jangan Rumi.

“Kalau begitu …” Jaya menahan tawa dan tetap memasang wajah serius di depan Thea. Ia meletakkan tablet di meja makan, kemudian meraih ponsel dan berdiri. “Ayo, Dan! Om mau lihat yang namanya Rumi.”

“Pa!” Thea segera beranjak dan mengalungkan tangan pada lengan sang papa. Mencegah agar pria tua itu tidak pergi ke ruang tamu dan bertemu dengan Rumi. Penilaian Dandi tidaklah salah. Rumi memang sangat cantik dan menarik. Karena itulah, Thea juga sempat cemburu ketika gadis itu dekat dengan Qai dahulu kala. “Papa di dalam aja, nggak usah keluar.”

“Qai,” panggil Jaya kemudian melirik Thea, sembari melepaskan tangan sang putri yang terus saja menempel dengan erat. “Urus dulu istrimu ini.”

Qai menahan napas. Tidak bisa memilih antara menuruti Jaya, atau Thea yang tengah meributkan masalah kecil. Jelas-jelas terlihat Jaya hanya bercanda, tetapi Thea terlalu menganggap serius hal tersebut. Terlebih dengan Dandi, yang akan selalu jadi kompor di antara ayah dan anak itu.

“Beb! Nggak usah ikut-ikut,” desis Thea menunjuk Qai, agar tetap berada di kursinya. “Pa, aku nggak ngelarang misal Papa mau nikah lagi, tapi please! Jangan sama Rumi. Masih banyak—”

“Ayo, Om!” ajak Dandi sudah mengalungkan tangan, pada lengan Jaya yang satu lagi. “Kita temui calon mamanya Thea!”

“DANDI!”

~~~~~~~~~~~

Rumi duduk dengan kikuk, saat seluruh keluarga Sebastian ada di hadapan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menunduk dan terdiam. Jika saja tidak kepepet, Rumi tidak akan nekat menemui Qai dan lebih memilih untuk menghilang dari peredaran seperti kemarin. Namun, karena Rumi telah mencelakakan Alpha, maka hatinya diburu dengan rasa bersalah dan ketakutan, yang tidak bisa ditepis dalam sekejap mata.

Terlebih lagi, saat mengingat Alpha berani mengancam ibu dan adiknya yang tidak tahu apa-apa.

“Rumi! Ini pak Jaya Sebastian.” Dandi melirik Thea, yang kembali melotot ke arahnya. Sepupunya itu, saat ini tengah duduk tepat di samping Jaya, sembari memegangi lengan sang papa dengan erat.

Rumi mengangkat wajah. Tersenyum dan mengangguk kecil. “Saya Rumi, Pak. Saya sudah sering lihat Bapak di tivi.”

Jaya tersenyum ramah dan balas mengangguk. Kemudian, ia menoleh pada Qai yang terlihat serba salah sedari tadi. “Qai, coba cari tahu kondisi Alpha. Telpon bu Agnes dan pintar-pintar kamu bicara sama dia.”

Bagaimana Qai bisa menolak permintaan papa mertuanya? Jadi, yang bisa Qai lakukan hanya mengangguk dan segera kembali ke ruang makan karena ponselnya tertinggal di sana.

“Thea sudah cerita semuanya,” ujar Jaya dan keputusanmu sudah tepat dengan datang ke sini.

“Ma-maaf, kalau saya merepotkan, Pak.” Rumi tidak menyangka, bila Jaya akan turun tangan dan menemuinya secara langsung seperti sekarang. “Tapi … saya nggak tahu harus ke mana lagi. Dan …” Rumi menoleh pada Dandi yang tidak menampilkan ekspresi apa pun sejak tadi. Mungkin saja pria itu tidak suka, dengan ide Thea yang menyuruh Rumi tinggal di rumah Dandi. Sejak awal bertemu, Dandi memang cenderung tidak ramah dan cuek pada Rumi. Jadi, pasti pria itu merasa direpotkan karena masalah Rumi. “Saya sebenarnya nggak mau ngerepotin Mas Dandi. Tapi, saya usahain nggak lama numpangnya, Mas. Besok saya mau ajuin resign dan pulang ke Malang dalam minggu-minggu ini.”

“Rumi, begini—”

“Pulang ke Malang?” tanya Jaya memutus ucapan Dandi. “Jadi, kamu asli dari sana?”

“Iya, Pak.”

Thea mulai tidak suka dengan arah pembicaraan Jaya yang merambah ke wilayah personal.

“Ohh …” Jaya mengangguk-angguk. “Saya sudah lama nggak main-main ke Malang. Mungkin, kapan-kapan saya—”

“Papaaa!” Thea semakin kesal dan mulai sakit kepala mendengar ocehan Jaya. “Kita selesaikan dulu masalah Rumi.”

“Alpha nggak bisa dihubungi dari semalam.” Qai kembali ke ruang tamu, seraya memegang ponsel di tangan. Ia baru saja mengakhiri panggilan singkat dengan Agnes, untuk menuruti perintah Jaya. “Dan …” Qai kembali duduk di samping Dandi, sembari menatap Qai. “Ada yang tahu kamu pergi sama Alpha kemarin malam, Rum?”

Rumi mengangguk. “Ceweknya mas Alpha yang sekarang.”

“Risa!” seru Qai.

“Ke-kenapa, Mas?” Rumi semakin dilanda ketakutan.

“Risa sudah lebih dulu nelpon bu Agnes tadi pagi, karena Alpha nggak bisa dihubungi.”

“Terus?” serobot Thea semakin penasaran.

“Risa bilang ke bu Agnes, kalau Alpha lagi bawa kamu ke kantor polisi tapi nggak ada kabar lagi setelah itu.”

“Ma-mas Alpha … mau bawa saya ke kantor polisi?” Rumi menelan ludah penuh rasa cemas. Jadi, selain berniat buruk terhadap Rumi tadi malam, Alpha ternyata juga ingin memenjarakannya.

“Masalah bocornya rahasia perusahaan,” terang Qai berdasarkan pernyataan yang didengarnya dari Agnes. “Jadi, aku rasa satu-satunya jalan sekarang adalah … kita ketemu sama Rafa.”

“Pa-pak Rafa?”  Rumi sempat mendengar, pria itu saat ini sudah menjadi suami Hera. Kira-kira, apa Rafa akan bisa menolongnya? Atau, pria itu justru berada satu kubu dengan Alpha, karena Rafa saat ini termasuk petinggi di Glory. “Mas, apa aku bakal ditahan?”

“Rumi, alasan penahananmu nggak akan kuat,” ucap Qai menenangkan. “Jadi, siap-siap, sebentar lagi aku hubungi Rafa dan kita bicara sama dia.”

“Aku ikut!” seru Thea tidak akan membiarkan suaminya dan Rumi berada dalam satu mobil.

“Thea, di rumah,” titah Jaya karena tahu kondisi putrinya yang tengah hamil saat ini. “Biar Qai sama Dandi yang pergi. Dan kalau memang kondisinya nggak memungkinkan, tinggallah dulu di tempat Dandi untuk sementara.”

“Om—”

“Aku yang telpon mamamu nanti,” sergah Jaya. “Sekarang, pergilah temani Qai dan setelah itu, antar Rumi ke tempatnya terus bawa pulang ke rumahmu. Nggak usah dibantah, karena aku tahu kamu nggak akan berani macam-macam sama Rumi. Entah nggak berani, atau memang nggak bisa.”

Dandi melotot lebar setelah mendengar sindiran dari Jaya. Apalagi saat Thea tertawa tanpa sungkan untuk mengejeknya. “Om! Aku masih—”

“Sudahlah, sudah!” Jaya kembali menghentikan Dandi berbicara. “Aku telpon mamamu dulu. Jadi, nggak usah banyak alasan!”

 

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Yanti
agak bingung. di awal bab disebutkan resepsi. qai-thea nikah dulu, hamil trus resepsi atau gimana? kok di bab ini thea sdh hamil
goodnovel comment avatar
Yanti
Qai-thea nikah dulu, hamil trus resepsi atau gimana ya ? kan di bab awal cuma disebutkan resepsi. kirain nikah sekaligus resepsi, tapi kok thea di bab ini sdh hamil
goodnovel comment avatar
Sasya Sa'adah
masih meraba raba nama tokoh² cerita berawal dari novel yang, karena tokoh di novel novel berkaitan satu sama lain yang belum aku baca semua ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status